“Jika dikonsumsi terlalu sering, mie mengandung zat aditif yang berisiko membahayakan kesehatan anak. Beberapa di antaranya obesitas, gangguan pencernaan, kerusakan organ dan kanker.”
Mie jadi salah satu makanan siap saji yang terbuat dari olahan tepung dan telur. Makanan ini memiliki rasa yang cenderung asin, manis dan menjadi salah satu santapan dalam keadaan darurat.
Jenis mie yang sering dikonsumsi adalah mie instan. Di dalamnya terdapat beberapa jenis bumbu yang mengandung zat aditif, salah satunya Monosodium glutamate atau MSG.
Jika terlalu sering dikonsumsi, MSG bisa menyebabkan kerusakan otak pada anak. Selain memicu kerusakan pada otak, anak yang sering makan mie juga berisiko obesitas hingga kanker.
Mie memiliki nutrisi yang rendah karena bahan utamanya hanya terbuat dari terigu dan tepung. Kedua bahan ini kemudian diolah melalui proses yang panjang sebelum pengemasan.
Terigu dan tepung tidak mengandung vitamin dan mineral penting yang dibutuhkan anak di masa pertumbuhannya. Sementara anak membutuhkan asupan tersebut untuk menjaga daya tahan tubuh dan mengoptimalkan perkembangannya.
Di dalamnya juga mengandung tinggi kalori, karbohidrat dan lemak trans yang berdampak pada peningkatan berat badan anak. Risiko obesitas bisa terjadi jika anak mengonsumsi mie lebih dari satu bungkus setiap hari.
Keseringan makan mie bisa menghambat nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akibat kurangnya vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan. Akibatnya, anak bisa saja mengalami gangguan pencernaan.
Beberapa gejalanya ditandai dengan susah buang air besar, kembung, diare hingga kebocoran pada usus. Jika sudah begitu, anak berisiko mengalami kekurangan gizi, dehidrasi, anemia (kurang darah) dan perdarahan di saluran pencernaan.
Kandungan propylene glycol dalam mie berisiko menghambat perkembangan organ tubuh anak yang belum terbentuk sempurna. Propylene glycol adalah bahan kimia yang berfungsi untuk menjaga kelembapan mie dalam kemasan.
Bahan kimia tersebut bisa menumpuk dan mengendap di dalam hati, jantung dan ginjal anak. Akibatnya, anak berisiko mengalami kerusakan jangka panjang pada organ-organ penting tersebut.
Dampak yang satu ini disebabkan oleh kadar sodium dalam jumlah tinggi untuk mengawetkan mie dalam kemasan. Akibatnya, sodium menurunkan kinerja organ tubuh, salah satunya ginjal.
Jika ginjal tidak dapat mengolah dan mengeluarkan sodium dari tubuh, maka metabolisme tubuh menjadi terganggu. Garam akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sodium juga bisa menumpuk pada pembuluh darah. Jika sudah begitu, tubuh akan mengalami gangguan metabolisme yang berujung pada penumpukan cairan, termasuk di otak. Kondisi ini memicu koma, kejang dan berujung pada kematian.
MSG yang terdapat dalam bumbu mie bersifat karsinogenik (zat pemicu pertumbuhan sel kanker). Zat ini merangsang pertumbuhan kelainan pada DNA sel normal. Akibatnya, sel tumbuh secara tak terkendali.
Karena dampaknya sangat membahayakan, ibu perlu menyiasati jika tak ada pilihan selain makan mie. Caranya bisa dilakukan dengan mengurangi porsi mie dan perbanyak potongan sayuran serta lauk.
Sumber: halodoc .com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna