Meski telah banyak digunakan untuk mengatasi COVID-19, ada sejumlah bahaya dan efek samping favipiravir bagi ibu hamil dan janin. Oleh karena itu, obat ini tidak dianjurkan bagi wanita yang sedang hamil atau berencana untuk hamil.
Favipirafir memiliki merek dagang dengan nama Avifavir dan Avigan. Kedua obat ini pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu menghambat virus Corona untuk berkembang biak dalam tubuh.
Meski memiliki kemampuan tersebut, favipiravir ternyata tidak memiliki manfaat yang signifikan dalam mengatasi COVID-19. Bahkan, obat ini justru memiliki efek samping yang berbahaya terhadap kondisi kehamilan.
Berdasarkan penelitian pada hewan, favipiravir tergolong sebagai teratogen, yaitu zat yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kerusakan dalam pembentukan embrio atau perkembangan janin, misalnya cacat lahir dan keguguran.
Itulah mengapa penggunaan favipiravir untuk ibu hamil tidak dianjurkan. Sementara itu, wanita yang mungkin hamil juga perlu menjalani tes kehamilan untuk memastikan bahwa ia sedang tidak hamil ketika akan memulai pengobatan dengan favipiravir.
Selain itu, favipiravir juga diduga dapat menyebar melalui sperma sehingga baik pria dan wanita yang sedang dalam program hamil harus menggunakan alat kontrasepsi selama dan sesudah menggunakan obat ini.
Jika mengonsumsi obat ini, wanita dan pria usia subur yang akan menggunakan favipiravir perlu memakai alat kontrasepsi secara konsisten untuk mencegah kehamilan, mulai dari awal pengobatan hingga 7 hari setelah penggunaan favipiravir.
Konsumsi favipiravir secara umum juga diketahui berisiko menimbulkan sejumlah efek samping. Beberapa efek samping tersebut meliputi:
Pada beberapa kasus, penggunaan favipiravir dapat meningkatkan kadar asam urat dan enzim hati dalam tubuh.
Meski dahulu termasuk dalam pilihan pengobatan untuk COVID-19, data mengenai uji klinis penggunaan favipiravir pada manusia masih sangat terbatas, terlebih untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.
Apalagi beberapa studi terbaru menyatakan bahwa penggunaan favipiravir tidak menunjukkan efektivitas dalam mendukung penyembuhan COVID-19, mencegah komplikasi, maupun menghindari penderitanya dari rawat inap di ruang ICU.
Dalam panduan World Health Organization (WHO) pun, favipiravir tidak termasuk dalam rekomendasi obat-obatan untuk terapi COVID-19.
Jika Bumil merasakan adanya gejala-gejala yang mengarah ke COVID-19, sebaiknya segera melakukan isolasi mandiri di rumah, mencukupi kebutuhan air putih dan nutrisi, tetap mengonsumsi vitamin kehamilan, serta beristirahat yang cukup.
Namun, jika Bumil merasakan sesak berat, denyut jantung berdebar kencang dan tidak beraturan, apalagi memiliki riwayat penyakit kronis yang tidak terkontrol, jangan ragu untuk meminta bantuan medis di IGD terdekat.
Guna mencegah penularan virus Corona, Bumil tetap disarankan mematuhi protokol kesehatan 5M, yaitu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi bepergian.
Selain itu, segeralah lakukan vaksinasi dan lengkapi dosis vaksin COVID-19 untuk mengurangi risiko munculnya gejala berat COVID-19.
Apabila Bumil masih memiliki pertanyaan mengenai bahaya dan efek samping favipiravir untuk ibu hamil atau tentang pengobatan COVID-19 lainnya, seperti favipiravir, atau molnupiravir, jangan ragu untuk berkonsultasi ke Klinik Pelita Sehat
Sumber: alodokter. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.