Informasi Kesehatan

Ini 6 Dampak Terlalu Sering Mengonsumsi Makanan Cepat Saji

Ini_6_Dampak_Terlalu_Sering_Mengonsumsi_Makanan_Cepat_Saji.jpg

5 Penyebab Bercak Merah pada Mata

Kamu pasti pernah mengalami gejala mata merah. Pada banyak…

4 Manfaat Minyak Kayu Putih untuk Kesehatan

Di balik aromanya yang menyegarkan, terdapat banyak manfaat…

Cara Menghilangkan Bekas Cacar Air dengan Obat Alami

 Cacar air adalah infeksi virus Varicella-zoster yang menghasilkan bentol-bentol berisi…

“Makanan cepat saji dapat menyebabkan masalah kesehatan saat dikonsumsi terlalu banyak. Salah satu dampak buruknya adalah kenaikan pada gula darah.”

Makanan cepat saji, atau biasa disebut junk food, termasuk disukai banyak orang. Anak-anak yang menyukai makanan ini karena rasanya yang gurih dan bisa mendapatkan hadiah. Namun, semua orang perlu paham terkait dampak buruk yang bisa dialami akibat terlalu sering mengonsumsi makanan ini.

Dampak Buruk Kesehatan dari Konsumsi Makanan Cepat Saji

Sudah menjadi rahasia umum jika makanan ini buruk dalam memenuhi kebutuhan gizi. Ada beberapa zat yang tidak sehat terkandung di dalamnya seperti tingginya kadar gula, garam, lemak jenuh, hingga bahan olahan. Bahkan juga minim berbagai nutrisi yang bermanfaat.

Jika terlalu sering mengonsumsinya, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi, antara lain:

1. Kenaikan gula darah

Makanan saji yang masuk ke tubuh dapat menyebabkan lonjakan cepat pada gula darah. Hal ini disebabkan banyaknya kandungan karbohidrat olahan dan gula tambahan pada sajiannya.

Bukan hanya itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan lonjakan insulin yang besar tidak normal. Sehingga mengakibatkan penurunan gula darah. Sebagai akibatnya, tubuh merasa lelah dan tubuh menjadi lapar kembali dalam waktu singkat.

2. Meningkatkan tekanan darah

Makanan cepat saji terkenal kaya akan kandungan garamnya. Mengutip jurnal dari HHS Public Access, konsumsi garam dalam kadar tinggi bisa berdampak langsung pada pembuluh darah. 

Sebab, garam dapat meningkatkan jumlah natrium pada sel darah dan menyebabkan retensi cairan. Akibatnya, jantung perlu memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.

3. Meningkatkan peradangan

Dampak buruk lainnya dari konsumsi makanan cepat saji adalah peradangan yang meningkat di seluruh tubuh. Menurut jurnal dari Health Promotion Perspectives, satu sajian makanan ini memiliki kandungan tinggi lemak jenuh. Dampaknya adalah terjadi peningkatan peradangan saluran napas, kondisi yang membahayakan pengidap asma.

4. Gangguan sistem reproduksi

Perlu diketahui juga jika junk food bisa berdampak buruk pada tingkat kesuburan. Mengacu pada Environmental Health Perspectives, makanan olahan ini mengandung ftalat, yaitu bahan kimia yang dapat mengganggu kerja hormon pada tubuh.

Kandungan bahan kimia di dalamnya dapat menyebabkan masalah reproduksi, termasuk gangguan perkembangan janin.

5. Gangguan pada gigi

Makanan cepat saji kaya akan kandungan karbohidrat dan gula, paparan dalam jangka panjang dapat meningkatkan tingkat keasaman di mulut. Sifat asam tersebut dapat merusak enamel gigi, sehingga bakteri mampu bertahan lama dan menyebabkan gigi berlubang.

6. Gangguan pada tulang

Terlalu banyak makan junk food juga dapat menyebabkan obesitas, akhirnya mengalami gangguan terkait kepadatan tulang dan massa otot. Penurunan kualitas tulang dapat meningkatkan risiko fraktur, terutama pada orang tua. Maka dari itu, perlu rutin berolahraga agar dapat membentuk otot serta menjaga pola makan dengan baik.

Sekarang kamu tahu berbagai dampak buruk yang bisa terjadi akibat konsumsi terlalu banyak mengonsumsi makanan siap saji. Pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan ini guna menghindari berbagai masalah yang telah disebutkan.

 

Sumber: halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.