Merasa seperti bintang yang bersinar terang dan menjadi pusat perhatian atau harus selalu dapat pujian dan sanjungan? Hati-hati, lho kecenderungan perilaku dan sikap seperti ini bisa mengarah ke star syndrome. Kenali lebih jauh tentang sindrom unik satu ini dan cara untuk menghindarinya!
Istilah star syndrome menggambarkan sekumpulan sikap dan perilaku saat seseorang yang sebenarnya biasa-biasa saja mengganggap dirinya adalah pusat perhatian sehingga terkesan seperti “bintang”. Star syndrome bukan termasuk dalam penyakit mental, tetapi sindrom ini bisa mengarah ke gejala gangguan kepribadian narsisitik.
Penyebab terjadinya star syndrome belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini bisa dipicu oleh kombinasi pola asuh dan kondisi lingkungan sosial.
Misalnya, seseorang yang sejak kecil diasuh di lingkungan penuh kompetisi dan sikap individualistik dikatakan lebih berisiko memiliki prilaku dan sikap fokus pada diri sendiri yang bisa berkembang menjadi star syndrome bahkan kepribadian narsistik.
Star syndrome dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang di berbagai area, terutama dalam lingkup sosial, termasuk hubungan dengan keluarga, teman, atau rekan kerja.
Karena merupakan kumpulan gejala (sindrom), sikap dan prilaku yang muncul pada seseorang dengan star syndrome bisa berbeda-beda. Namun, biasanya ada beberapa hal bisa menjadi tanda seseorang mengalami star syndrome, yaitu:
Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki star syndrome juga sering kali bersikap sombong, tidak mau menerima kritik, haus akan pujian, dan sering merendahkan orang lain.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, star syndrome dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, terutama di lingkup sosial. Makanya, seseorang dengan kondisi ini akan kesulitan untuk menjaga hubungan dengan orang lain, termasuk orang terdekatnya.
Sebenarnya, jika seseorang yang mengalami star syndrome memiliki support system yang baik, ia bisa dengan cepat diarahkan untuk tidak terlarut dengan kondisinya. Mengapa support system menjadi penting? Hal ini karena seseorang yang sedang mengalami star syndrome kerap tidak menyadari kondisinya sehingga merasa baik-baik saja.
Oleh karena itu jika orang terdekatmu terlihat mengalami star syndrome, bawa ia ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan pertolongan. Beberapa pilihan penanganan yang bisa dilakukan meliputi psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Namun, pemberian obat-obatan hanya dilakukan oleh dokter jika ada kondisi kesehatan mental tertentu yang timbul akibat star syndrome, seperti depresi.
Melalui psikoterapi, penderita star syndrome akan belajar untuk mengubah pola pikir dan persepsinya bahwa dia bukan pusat dunia dan semua orang punya peran masing-masing.
Sembari menjalani psikoterapi, seseorang yang mengalami star syndrome disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat, termasuk dengan melakukan olahraga yang bisa membantunya lebih tenang, seperti yoga dan meditasi.
Sumber: alodokter.com