“Papilledema dapat terjadi karena penumpukan cairan yang menekan otak dan menyebabkan pembengkakan pada saraf optik. Papilledema harus segera ditangani karena kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan.”
Akhir-akhir ini papilledema sedang banyak dibicarakan di media massa. Pasalnya kondisi ini merupakan penyakit yang menyerang salah satu mantan atlet kebanggaan Indonesia selama bertahun-tahun.
Papilledema sendiri merupakan penyakit mata yang ditandai dengan pembengkakan pada saraf optik.
Jika gejalanya ringan biasanya penyakit ini tidak mengindikasikan masalah serius. Namun, jika gejalanya sudah lebih parah, hal ini bisa menandakan cedera atau masalah kesehatan serius yang harus ditangani sesegera mungkin. Karena itu, ketahui fakta-faktanya dan gejalanya lebih dini, supaya tidak menimbulkan komplikasi.
Papilledema bukan suatu penyakit yang bisa disepelekan, sebab penyakit mata ini dapat menyebabkan komplikasi yang fatal.
Berikut ini beberapa fakta tentang papilledema:
Cairan serebrospinal atau CSF adalah cairan yang mengelilingi otak dan saraf optik. Cairan ini berfungsi untuk menjaga keduanya agar tetap stabil dan melindungi dari kerusakan akibat gerakan tiba-tiba.
Nah, papilledema terjadi ketika adanya peningkatan tekanan di sekitar otak yang terjadi karena penumpukan CSF. Ketika tekanan otak meningkat, akibatnya saraf optik membengkak saat memasuki bola mata di cakram optik atau optic disc.
Tekanan pada otak dapat terjadi karena sejumlah kondisi medis tertentu yang cukup serius, antara lain:
Gejala awal papilledema yang paling umum adalah perubahan minor pada penglihatan. Awalnya perubahan ini mungkin terasa seperti gangguan penglihatan sepele dan biasanya hanya terjadi beberapa detik.
Akan tetapi, jika tekanan otak terus berlanjut, perubahan penglihatan dapat berlangsung selama beberapa menit atau lebih lama. Dalam beberapa kasus, gejala ini bahkan bisa menjadi permanen. Berikut beberapa gejala papilledema:
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, gejala ini semakin buruk dan berujung pada kehilangan penglihatan.
Selain karena kondisi medis yang sudah disebutkan sebelumnya, papilledema juga bisa terjadi karena IIH. IIH atau idiopathic intracranial hypertension merupakan kondisi langka ketika tubuh memproduksi terlalu banyak CSF atau tidak dapat mengalirkannya dengan baik.
Kelebihan CSF bisa menyebabkan peningkatan tekanan di otak. Gejala IIH biasanya berupa sakit kepala, gangguan penglihatan, dan telinga berdenging.
Penyebab pasti dari kondisi ini masih belum jelas. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti litium, antibiotik, dan kortikosteroid, diperkirakan sebagai penyebab kondisi ini.
IIH sendiri biasanya lebih sering menyerang wanita. Umumnya wanita yang berusia 20 hingga 44 tahun dengan kelebihan berat badan (BMI lebih besar dari 25) atau obesitas (BMI lebih besar 30). Kasus papilledema pada kelompok individu ini adalah 13 per 100.000.
Pengobatan papilledema bisa berbeda-beda bergantung pada kondisi medis yang menjadi pemicunya. Jika terjadi karena IIH, dokter akan menyarankan untuk menurunkan berat badan dengan melakukan diet rendah garam. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan seperti acetazolamide, furosemide, atau topiramate.
Operasi juga bisa menjadi pilihan jika obat-obatan tidak bekerja dengan efektif. Bagi pengidap papilledema yang terjadi karena tumor atau cedera kepala, operasi atau perawatan yang lebih intensif biasanya dapat menangani penyakit ini.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna