Skleroterapi adalah prosedur untuk mengatasi varises. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat khusus (sklerosan) ke dalam pembuluh darah vena yang terkena varises agar menyusut atau mengempis.
Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah vena yang paling sering terjadi di area tungkai, terutama betis, karena bagian tersebut mengalami tekanan saat berdiri atau berjalan. Varises dapat menimbulkan gejala nyeri, kram otot, dan rasa berat di kaki.
Salah satu cara untuk mengobati varises adalah dengan tindakan skleroterapi. Pengobatan ini biasanya efektif untuk varises yang kecil.
Dokter akan menyarankan skleroterapi kepada pasien yang mengalami gejala varises di tungkai, seperti:
Skleroterapi juga disarankan pada penderita varises yang tidak mengalami perbaikan gejala dengan mengenakan stoking khusus atau menurunkan berat badan.
Skleroterapi tidak disarankan kepada pasien dengan kondisi berikut:
Pada pasien yang menderita diabetes tidak terkontrol, skleroterapi perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.
Sebelum menjalani skleroterapi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Pada sesi konsultasi, dokter akan menanyakan riwayat penyakit pasien, termasuk penyakit jantung, gangguan pembekuan darah, dan alergi. Selain itu, dokter akan bertanya tentang pengobatan varises yang pernah dijalani.
Dokter juga akan bertanya tentang obat-obatan, suplemen, atau produk herbal yang sedang dikonsumsi pasien. Bagi pasien yang mengonsumsi obat-obatan, seperti aspirin, ibuprofen, atau obat pengencer darah, dokter akan memberi tahu kapan harus berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut untuk sementara.
Pasien juga akan menjalani pemeriksaan USG kaki. Tujuannya adalah agar dokter dapat melihat secara detail area pembuluh darah yang akan ditangani.
Pada hari skleroterapi dilakukan, pasien dianjurkan untuk tidak mencukur bulu kaki atau mengoleskan losion di kaki. Hal ini untuk mengurangi risiko terjadinya iritasi.
Tergantung pada keparahan kondisi varises, skleroterapi umumnya berlangsung sekitar 30–45 menit. Pasien dapat diminta untuk berbaring dengan posisi telentang atau tengkurap, tergantung posisi pembuluh darah yang terkena varises.
Untuk mendeteksi reaksi alergi terhadap sklerosan, dokter akan menyuntikkannya pada area kecil di kulit terlebih dahulu. Sklerosan yang diberikan bisa berupa polidocanol, sodium tetradecyl sulfate, atau cairan salin hipertonik
Jika tidak timbul reaksi alergi, dokter akan memulai prosedur skleroterapi dengan tahapan berikut:
Jumlah suntikan sklerosan yang diberikan dapat bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi varises. Oleh sebab itu, tahapan di atas bisa diulangi sesuai tingkat keparahan varises yang dialami pasien.
Setelah skleroterapi, pasien akan diminta untuk tetap berbaring selama sekitar 15 menit. Hal ini untuk memastikan tidak ada reaksi alergi terhadap sklerosan yang diberikan.
Jika tidak ada reaksi alergi, pasien bisa kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa. Pasien akan diminta untuk sering berjalan atau beraktivitas ringan guna mencegah penggumpalan darah di kaki.
Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk menggunakan kaus kaki kompresi (compression stocking) selama 1–2 minggu.
Untuk membantu proses penyembuhan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pasien, yaitu:
Pasien juga dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter setelah skleroterapi. Jika diperlukan, dokter bisa menyarankan pasien untuk menjalani sesi skleroterapi selanjutnya sampai mendapat hasil yang diinginkan. Sesi selanjutnya disarankan paling cepat 6 minggu setelah sesi sebelumnya.
Ketika dokter menyuntikkan sklerosan ke pembuluh darah, pasien mungkin akan mengalami efek samping, seperti perih, kram, atau sensasi panas di kaki. Sementara itu, efek samping yang umumnya timbul setelah prosedur skleroterapi antara lain:
Efek samping di atas biasanya akan mereda dalam waktu 3−6 bulan.
Meskipun jarang, efek samping atau komplikasi yang berat juga bisa timbul setelah skleroterapi. Segera ke dokter jika mengalami keluhan berikut: