Montessori adalah metode pembelajaran yang membebaskan anak untuk memilih aktivitas sesuai minat dan bakatnya. Metode ini diketahui dapat memberikan banyak dampak positif dalam tumbuh kembang anak, misalnya anak lebih percaya diri dan mandiri.
Montessori pertama kali dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori untuk mengajarkan anak usia dini dari keluarga berpenghasilan rendah di Roma dan anak dengan ketidakmampuan intelektual. Metode ini berfokus pada belajar secara mandiri dan membebaskan anak untuk belajar hal yang diminatinya.
Meski lebih ditujukan untuk pendidikan anak usia dini, yaitu 3–6 tahun, Montessori juga dapat dilakukan untuk anak di usia sekolah, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Secara umum, prinsip pembelajaran Montessori dilakukan secara individu antara guru dengan anak secara langsung atau dalam kelompok kecil. Anak akan diberikan kebebasan untuk memilih aktivitas yang diinginkan, kemudia guru akan mendampingi anak untuk melakukan aktivitas tersebut.
Perlu diketahui bahwa kebanyakan Montessori tidak memberlakukan adanya sistem nilai, ujian, dan penggunaan buku cetak. Ini karena dalam metode pembelajaran ini anak akan belajar menggunakan alat, misalnya puzzle, balok, dan manik-manik.
Namun, terkadang ada Montessori yang juga memberikan pembelajaran pada anak dengan aktivitas merawat tumbuhan atau hewan peliharaan.
Setelah aktivitas pembelajaran dilakukan, anak akan dibiasakan untuk berpartisipasi dalam melakukan tugas sehari-hari. Contohnya, merapikan peralatan yang telah digunakan untuk belajar, mengatur meja makan, atau menyiapkan makanan.
Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak dengan Montessori, Anda perlu ketahui dulu kelebihan dan kekurangan dari metode ini. Berikut ini adalah penjelasannya:
Selain itu, sebuah studi menyatakan bahwa anak usia dini yang belajar dengan Montessori akan memiliki prestasi akademis serta kemampuan kognitif dan sosial yang lebih baik dibandingkan anak seusianya yang disekolahkan dengan metode belajar tradisional.
Di sisi lain, kekurangan dari Montessori adalah memerlukan biaya yang cukup mahal karena termasuk sekolah privat, sehingga mungkin tidak semua orang bisa menjangkaunya.
Tidak hanya itu, Montessori juga tidak cocok untuk anak yang lebih nyaman belajar dalam kelompok besar. Ini karena aktivitas pembelajaran Montessori dilakukan secara individu atau dalam kelompok kecil.
Berbeda dengan metode belajar tradisional, Montessori cenderung lebih fleksibel karena anak diberikan kesempatan untuk menentukan sendiri hal apa yang ia mau pelajari. Sementara itu, aktivitas dalam metode belajar tradisional telah ditentukan oleh guru.
Montessori juga memungkinkan anak untuk bergerak secara bebas di ruang kelas, sedangkan metode belajar tradisional mengharuskan anak untuk tetap duduk di meja belajar selama sesi pembelajaran.
Meski memiliki banyak manfaat, Montessori belum tentu cocok untuk semua anak dan kondisi keluarga. Oleh karena itu, sebelum Anda memutuskan untuk menyekolahkan Si Kecil dengan Montessori, sebaiknya pertimbangkan dulu dengan matang.
Namun, jika tetap tertarik untuk menyekolahkan Si Kecil dengan metode Montessori, Anda bisa coba mengajak Si Kecil mengikuti kelas uji coba lebih dulu.
Jika perkembangan anak tidak sesuai dengan usianya dan ia selalu mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu hal, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menentukan penyebab kondisi tersebut serta menyarankan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai kondisi anak.