Transplantasi jantung adalah prosedur untuk mengganti jantung yang sudah tidak berfungsi secara optimal dengan jantung yang baru. Organ jantung yang baru berasal dari pendonor yang sudah meninggal dunia atau dalam keadaan mati otak.
Gagal jantung stadium akhir ditandai dengan otot jantung yang tidak maksimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Pada tahap ini, terapi dengan obat atau metode lain mungkin sudah tidak efektif.
Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani transplantasi jantung. Langkah ini dapat membantu memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meski banyak manfaatnya, operasi transplantasi jantung di Indonesia masih jarang dilakukan. Salah satu alasannya adalah karena jumlah orang yang mendonorkan jantungnya masih sangat terbatas.
Transplantasi jantung biasanya akan dipertimbangkan untuk pasien gagal jantung stadium akhir atau gagal jantung yang tidak tertangani dengan obat-obatan. Ada beberapa gangguan medis yang bisa menyebabkan kondisi ini, antara lain:
Perlu diketahui bahwa tidak semua pasien gagal jantung stadium akhir bisa menjalani transplantasi jantung. Beberapa kriteria pasien yang tidak dianjurkan untuk menjalani operasi ini adalah:
Sebelum transplantasi jantung, dokter akan melakukan evaluasi apakah operasi ini merupakan pilihan yang tepat untuk pasien. Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien mengenai penyakit yang pernah diderita, obat-obatan yang dikonsumsi rutin, dan riwayat alergi terhadap obat.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan umum, mulai dari tes fisik, tes darah, EKG, ekokardiografi, foto Rontgen, CT scan, atau MRI. Dokter juga akan menjalankan pemeriksaan tambahan untuk mendeteksi penyakit yang mungkin diderita pasien, seperti TBC, HIV, cytomegalovirus, atau hepatitis.
Selain itu, dokter dapat meminta pasien menjalani pemeriksaan gigi dan mulut. Pasien juga mungkin dianjurkan untuk menjalani tes psikologis untuk memastikan bahwa ia siap secara mental untuk menjalani transplantasi jantung.
Sebelum tindakan transplantasi jantung dilakukan, pasien akan diminta untuk berpuasa sekitar 6–8 jam sebelum operasi. Pasien juga disarankan meminta anggota keluarga atau kerabat untuk menemani selama dan setelah operasi.
Sebelum transplantasi, pasien akan diminta untuk melepas perhiasan dan benda lain yang mungkin bisa mengganggu jalannya operasi. Pasien juga perlu mengganti pakaian dengan jubah khusus rumah sakit.
Sebelum operasi, pasien akan diberikan obat bius umum sehingga berada dalam keadaan tidak sadar. Dokter juga akan memasang selang ventilator atau alat bantu napas. Pada prosedur ini, fungsi jantung untuk memasok darah ke seluruh tubuh akan digantikan sementara oleh mesin khusus (heart lung machine).
Operasi akan dimulai setelah dokter memastikan ventilator dan mesin jantung berfungsi dengan baik. Berikut adalah tahapan yang dilakukan oleh dokter dalam transplantasi jantung:
Keseluruhan prosedur transplantasi jantung umumnya berlangsung selama sekitar 4 jam.
Setelah transplantasi jantung, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan agar kondisinya terpantau. Dokter akan memeriksa tanda-tanda vital pasien, seperti denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah secara berkala. Transplantasi jantung dan proses pemulihannya biasanya memerlukan waktu 1–3 minggu.
Selama rawat inap, pasien dibolehkan untuk makan dan minum, serta melakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan di sekitar ruang perawatan.
Bila dokter memastikan kondisi pasien sudah stabil, pasien bisa kembali ke rumah, tetapi harus menjalani kontrol rutin selama beberapa bulan. Tujuannya adalah untuk memantau apakah muncul tanda-tanda reaksi penolakan tubuh terhadap jantung yang dicangkokkan.
Untuk membantu proses pemulihan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pasien, yaitu:
Setelah menerima jantung yang baru, pasien akan dianjurkan untuk mengonsumsi obat imunosupresan selama hidupnya. Obat ini berperan untuk mencegah sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jantung yang baru.
Obat imunosupresan biasanya juga diberikan kepada pasien yang menjalani transplantasi organ lain, seperti hati, ginjal, atau sumsum tulang.
Sama halnya dengan operasi lain, transplantasi jantung memiliki risiko terjadinya efek samping dan komplikasi berikut:
Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut setelah menjalani transplantasi jantung: