Informasi Kesehatan

Hanya Konsumsi ASI, Ini Penyebab Bayi Susah BAB

Hanya_Konsumsi_ASI,_Ini_Penyebab_Bayi_Susah_BAB1.jpg

Dermatillomania, Kebiasaan Mencabuti Kulit

Dermatillomania adalah kondisi saat seseorang menggaruk, menggosok, menggigit,…

Ini Penyebab Anemia Defisiensi Besi yang Perlu Diketahui

“Ada berbagai penyebab anemia defisiensi besi yang perlu…

Kebas, Mulai dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Kebas dapat disebabkan oleh aktivitas harian, seperti duduk…

“Susah buang air besar pada bayi yang hanya mengonsumsi air susu ibu adalah hal yang wajar. Hampir semua zat dalam ASI terserap di dalam tubuh bayi, sehingga yang dikeluarkan dalam bentuk feses hanya sedikit.”

Saat bayi tiba-tiba mengalami susah buang air besar (BAB), orang tua mungkin akan merasa khawatir. Ibu mungkin akan berpikir bahwa susah BAB pada bayi terjadi karena Si Kecil hanya konsumsi air susu ibu (ASI). Lantas, benarkah bayi susah BAB bisa terjadi walau ia hanya mengonsumsi ASI?

Tidak dapat dimungkiri, frekuensi dan pola BAB pada bayi bisa menjadi salah satu indikator kesehatan. Maka dari itu, sangat penting bagi orang tua untuk selalu memantau dan memerhatikan perubahan yang terjadi, termasuk pada warna atau tekstur tinja, serta frekuensi BAB dalam satu minggu. 

Bayi yang jarang BAB, terutama saat hanya konsumsi ASI, sebenarnya adalah hal yang normal. Berikut penjelasannya! 

Alasan Bayi Susah BAB Ketika Hanya Mengonsumsi ASI

Kondisi bayi susah BAB saat hanya mengonsumsi ASI sebenarnya tergolong normal dan tidak perlu kamu khawatirkan. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena komposisi ASI yang masuk ke dalam tubuh akan dibagi.

Tubuh bayi akan memanfaatkan kandungan dari ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Nah, sisa dari pembagian itulah yang nantinya akan dikeluarkan dari tubuh melalui BAB. 

Karena hampir semua zat dalam ASI digunakan, jumlah yang dikeluarkan dalam bentuk feses atau BAB cenderung sedikit. Itulah yang menjadi alasan bayi ASI jarang atau susah BAB. Bayi umumnya akan mengeluarkan tinja beberapa kali dalam seminggu, tapi tidak ada patokan khusus. 

Namun, frekuensi buang air besar pada bayi ASI biasanya akan berbeda dengan bayi yang diberi susu formula. Bayi yang mengonsumsi susu tambahan berupa susu formula biasanya akan lebih sering BAB. 

Bagaimana Ciri-Ciri Bayi Susah BAB

Meski kondisi ini sebenarnya adalah hal normal, susah buang air besar pada bayi juga tidak boleh dianggap sepele. Sebab, kondisi ini bisa saja menjadi gejala dari gangguan kesehatan, misalnya konstipasi pada bayi.

Sebenarnya, konstipasi jarang terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif, tapi bukan berarti tidak mungkin. Bayi juga rentan mengalami konstipasi saat sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).

Ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bayi mengalami konstipasi, di antaranya: 

  • Jarang buang air besar, yaitu kurang dari 2 kali dalam satu minggu.
  • Kesulitan dan merasa tidak nyaman saat buang air besar. 
  • Tinja susah keluar, hal ini umumnya terjadi karena feses keras dan kering. 
  • Perut bayi menjadi lebih keras saat disentuh. 
  • Bayi tidak memiliki keinginan untuk menyusu atau menolak diberi ASI. 

Apa Penyebab Bayi 0 Bulan Susah BAB?

Bayi baru lahir sangat rentan mengalami konstipasi. Lalu, apa yang menyebabkan bayi 0 bulan susah BAB? Berikut penyebabnya:

1. Adaptasi sistem pencernaan

Adaptasi sistem pencernaan menjadi salah satu alasan bayi 0 bulan mengalami kesulitan BAB. Kondisi ini cukup normal terjadi. Namun, pastikan ibu tetap memperhatikan kondisi kesehatan bayi.

2. Asupan susu formula

Pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir juga bisa menjadi alasan bayi baru lahir kesulitan BAB. Ibu bisa tanyakan langsung pada dokter anak mengenai jenis susu formula yang cocok dengan bayi.

3. Mengalami perut kembung

Anak-anak yang mengalami perut kembung akan rentan mengalami kesulitan BAB. Untuk mengatasi perut kembung, ibu bisa memijat lembut area perut, memutar kaki dengan gerakan melingkar, hingga melakukan burping.

4. Mengalami gangguan pencernaan

Bayi yang mengalami gangguan pencernaan juga berisiko mengalami kesulitan BAB. Ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan, seperti menjadi lebih rewel, mual, muntah, hingga dehidrasi.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Susah BAB?

Jarang buang air besar pada bayi ASI sebenarnya normal. Namun, hal ini sebaiknya tidak kamu sepelekan begitu saja.

Waspadai jika bayi susah BAB berlangsung dalam waktu yang lama, membuat bayi rewel, hingga memengaruhi berat badannya. Jika kondisi ini terus berlanjut dan gejala semakin buruk, sebaiknya ibu segera bawa ke rumah sakit. 

Sebagai pertolongan pertama untuk membuat Si Kecil merasa nyaman, perhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Olahraga

Seperti orang dewasa, olahraga dan gerakan fisik cenderung merangsang buang air besar pada bayi. Namun, karena bayi mungkin belum bisa berjalan atau merangkak, orang tua bisa membantu Si Kecil berolahraga untuk meredakan sembelit. 

Ayah atau ibu dapat menggerakan kaki bayi dengan lembut sambil berbaring telentang untuk meniru gerakan mengayuh sepeda. Cara ini dapat membantu fungsi usus dan meredakan sembelit. 

2. Mandi air hangat

Memandikan bayi dengan air hangat dapat mengendurkan otot perutnya dan membantu agar BAB lancar. Selain itu, cara ini dapat meringankan beberapa ketidaknyamanan yang berkaitan dengan sembelit. 

Hal ini juga terdapat dalam 7th International Scholars Conference Proceeding dengan judul The Effectiveness of Warm Water Therapy for Constipation. Menurut studi tersebut, mandi dengan air hangat bisa mengatasi konstipasi.

3. Hidrasi

Jika bayi hanya minum ASI atau susu formula, tetap berikan sesuai dengan keinginannya. Bayi dengan usia di atas 6 bulan yang sudah MPASI dapat diberikan air minum di antara waktu menyusui.

4. Jus buah

Bayi yang sudah mulai makan dapat mengonsumsi jus buah tanpa gula. Cara ini juga dapat meningkatkan pencernaan Si Kecil. Namun, ayah dan ibu sebaiknya bertanya pada dokter spesialis anak sebelum memberikan jus pertama kalinya pada bayi.

5. Sesuaikan susu formula

Perubahan pola makan juga dapat meredakan sembelit, tapi langkahnya akan bervariasi tergantung pada usia dan pola makan bayi. Jika bayi mengonsumsi susu formula, maka cobalah mengganti susu formula yang berbeda. Namun, sebelum mengambil keputusan tersebut, bicarakan pada dokter terlebih dulu.

6. Ubah pola makan

Jika bayi sudah mengonsumsi makanan padat, cobalah berikan sumber makanan yang mengandung serat yang baik, seperti:

  • Bubur brokoli atau wortel.
  • Biji-bijian utuh, seperti oatmeal, gandum, atau sereal.
  • Buah-buahan yang dihaluskan.

Melansir dari jurnal Nutrients dengan judul Association between Dietary Factors and Constipation in Adults Living in Luxembourg and Taking Part in the ORISCAV-LUX 2 Survey, memperbanyak asupan buah dan sayur bisa mengatasi konstipasi.

7. Berikan pijatan

Memberikan pijatan lembut pada bayi juga dapat meringankan gejala sembelit. Berikut beberapa tipsnya:

  • Gunakan ujung jari untuk membuat gerakan melingkar pada perut dengan pola searah jarum jam.
  • Jalankan jari-jari di sekitar perut dengan pola searah jarum jam.
  • Pegang lutut dan kaki bayi secara bersamaan, kemudian dorong kaki ke arah perut dengan lembut.
  • Usap dari tulang rusuk ke bawah melewati pusar dengan ujung jari. 

8. Berikan gerakan sederhana

Ibu juga bisa memberikan gerakan-gerakan sederhana pada anak untuk melancarkan proses buang air besar pada anak. Cobalah untuk menggerakan kaki dengan membuat gerakan membulat. Lakukan secara rutin agar pencernaan anak menjadi lebih sehat.

9. Memberikan obat sesuai anjuran dokter

Ibu juga bisa mengunjungi dokter untuk mengatasi konstipasi yang terjadi pada bayi. Dokter akan memberikan berbagai obat yang sesuai dengan kondisi kesehatan bayi. Misalnya seperti probiotik.

 

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.