Quadriplegia dan paraplegia sama-sama menyebabkan gangguan pada pergerakan atau saraf tubuh. Namun, kedua penyakit ini ternyata berbeda, baik dari sisi penyebab maupun gejala yang timbul. Quadriplegia merupakan kondisi yang menyebabkan kelumpuhan pada empat tungkai dan badan. Kondisi ini bisa muncul akibat penyakit ataupun cedera pada otak maupun saraf tulang belakang.
Sementara paraplegia ditandai dengan paralisis atau hilangnya kemampuan tubuh, mulai dari pinggang ke bawah. Kondisi ini merujuk pada hilangnya kemampuan anggota tubuh untuk bergerak atau merasakan sensasi. Umumnya, paraplegia merupakan akibat dari kerusakan otak, sumsum tulang belakang, ataupun keduanya. Biar lebih jelas, kenali lebih dalam apa itu quadriplegia dan paraplegia untuk mengetahui perbedaannya.
Quadriplegia menyebabkan pengidapnya mengalami kelumpuhan pada keempat anggota gerak atau kedua tangan dan kedua kaki. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit ataupun cedera pada otak maupun saraf tulang belakang. Gejala utama dari penyakit ini adalah ketidakmampuan secara fisik motorik untuk melakukan gerakan tubuh. Hal itu menyebabkan pengidapnya mungkin membutuhkan bantuan dalam beraktivitas, latihan dengan pola tertentu, serta fasilitas pendukung lainnya.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak. Quadriplegia yang menyerang anak sering menyebabkan gejala berupa gangguan perkembangan fungsional, kesulitan belajar, gangguan emosional, serta kelainan berbicara dan berbahasa. Ada beberapa cara pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, yaitu pemeriksaan fisik dan neurologis, EEG, serta MRI kepala, hingga saraf tulang belakang. Kabar buruknya, belum ada pencegahan spesifik yang bisa dilakukan untuk quadriplegia.
Berbeda dengan quadriplegia, pada paraplegia kelumpuhan anggota gerak tubuh hanya terjadi pada kedua tangan atau kedua kaki. Penyakit ini menyebabkan pengidapnya kehilangan kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh tertentu. Bagian yang terserang penyakit ini juga biasanya akan kehilangan kemampuan untuk merasakan sensasi atau sentuhan. Paraplegia umumnya terjadi karena ada kerusakan pada otak, sumsum tulang belakang, atau pada keduanya.
Uniknya, penyakit ini bisa memicu gejala yang berubah dari hari ke hari. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan hal itu terjadi, mulai dari proses regenerasi dan penyembuhan, cara pengobatan, serta penyakit yang mendasari paraplegia. Secara umum, penyakit ini menyebabkan pengidapnya mengalami gejala berupa hilangnya kemampuan motorik dari pinggang ke bawah, kehilangan kemampuan sensorik pada daerah di bawah lesi, mengalami sensasi aneh, seperti setruman listrik, penurunan libido, gangguan buang air, kenaikan berat badan, perubahan suasana hati drastis, serta nyeri kronis di bagian tubuh tertentu.
Salah satu penyebab kondisi ini adalah cedera sumsum tulang belakang. Secara umum, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini menyerang, mulai dari kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, cedera saat berolahraga, serta kesalahan atau kecelakaan pada operasi dan tindakan medis lainnya. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dibutuhkan pemeriksaan neuromuskular lengkap serta pemeriksaan penunjang, seperti MRI atau CT scan. Masalah pada sumsum tulang belakang, misalnya fraktur, penyempitan, atau tumor penyebab kondisi ini juga bisa dideteksi melalui rontgen polos. Sedangkan untuk melihat infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan darah.
Sumber : Halodoc . . com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.