"Musim pancaroba adalah peralihan musim yang bisa memberikan dampak pada kesehatan. Beberapa dampak kesehatan yang perlu kamu waspadai, yaitu masalah pencernaan dan penyakit kulit."
Musim pancaroba merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Proses transisi ini seringkali membawa perubahan yang signifikan dalam cuaca dan lingkungan sekitar.
Akibatnya, ada berbagai dampak yang ditimbulkan dari proses peralihan tersebut, termasuk kesehatan. Supaya kamu lebih waspada, kenali dampak dari musim pancaroba berikut ini!
Musim pancaroba adalah periode peralihan antara dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Transisi ini terjadi dua kali setahun, tepatnya ketika matahari melintasi garis khatulistiwa.
Di wilayah tropis, seperti Indonesia, musim pancaroba umumnya terjadi pada bulan Maret hingga Mei, yaitu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, dan September hingga November yakni transisi dari musim kemarau ke musim hujan.
Musim pancaroba ditandai oleh cuaca yang tidak menentu, termasuk hujan yang tak terduga, suhu udara yang bervariasi, dan perubahan pola angin.
Fenomena ini dapat berdampak pada berbagai sektor kehidupan, mulai dari pertanian hingga kesehatan.
Musim pancaroba sering dianggap sebagai musim penyebar penyakit. Pasalnya, transisi antara musim hujan dan musim kemarau dalam musim pancaroba sering disertai dengan fluktuasi suhu dan kelembaban udara.
Kondisi ini dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur untuk berkembang biak dengan cepat.
Nah, berikut berbagai penyakit yang rentan muncul saat musim pancaroba:
Salah satu dampak utamanya adalah peningkatan risiko gangguan pernapasan.
Perubahan suhu dan kelembaban udara dapat memicu penyebaran virus pernapasan, seperti flu dan pilek.
Selain itu, debu dan partikel lainnya yang terbawa angin dapat menjadi pemicu masalah pernapasan, terutama bagi individu yang sudah memiliki gangguan pernapasan, seperti asma.
Cuaca yang tidak menentu juga dapat memengaruhi kesehatan kulit.
Kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri pada kulit.
Akibatnya, tubuh rentan mengalami masalah kulit, seperti ruam, eksim, atau infeksi jamur. Sebaliknya, udara kering dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah.
Beberapa penyakit tertentu cenderung meningkat selama musim pancaroba. Misalnya, infeksi virus seperti demam berdarah atau influenza.
Demam berdarahi lebih berpotensi muncul karena kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus demam berdarah.
Oleh karena itu, lakukan tindakan pencegahan, seperti penggunaan kelambu dan menutup penampungan air.
Influenza juga rentan muncul saat pancaroba. Alhasil kamu bisa terkena flu, pilek atau batuk.
Perubahan suhu dan kelembaban juga dapat memengaruhi sistem pencernaan manusia.
Beberapa orang mungkin mengalami gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit, karena perubahan kondisi lingkungan.
Penting untuk menjaga kebersihan diri dan konsumsi air bersih untuk mengurangi risiko masalah pencernaan.
Nyatanya, musim pancaroba tidak hanya berpotensi menyebabkan penyakit yang menyerang fisik. Kondisi ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental.
Perubahan cuaca dan cahaya matahari yang kurang dapat memengaruhi suasana hati dan energi.
Beberapa orang mungkin mengalami perubahan suasana atau bahkan gejala depresi selama transisi ini.
Aktivitas fisik, pola tidur yang baik, dan dukungan sosial dapat membantu mengelola dampak psikologis akibat kondisi ini.
Itulah informasi seputar musim pancaroba dan penyakit yang rentan timbul selama waktu tersebut.
sumber: Halodoc . . com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna