“Sprint membutuhkan lebih banyak kekuatan dan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, ada beberapa teknik lari jarak pendek yang perlu diketahui.”
Lari jarak pendek atau biasa disebut sprint adalah cabang olahraga atletik lari yang berjarak sekitar 100-400 meter. Jenis cabang olahraga ini memiliki jarak yang paling pendek dari cabang olahraga lari lain. Sprint membutuhkan lebih banyak kekuatan dan kecepatan tinggi.
Karena jaraknya sangat pendek, atlet harus memiliki stamina dan kecepatan untuk mencapai garis finis secepat mungkin. Sprint membutuhkan teknik lari khusus untuk menempuh garis finish dengan kecepatan tertinggi. Pelari juga harus tahu trik agar kecepatan bisa tetap stabil garis start hingga garis finis.
Ada tiga nomor lari untuk lari jarak pendek, yaitu lari 200 meter, lari 400 meter, dan lari pendek 100 meter untuk putra dan putri. Pada setiap nomor ini pun, atlet harus menggunakan teknik-teknik yang berbeda. Misalnya, pelari harus menggunakan semua kecepatan dan tenaganya pada jarak yang lebih pendek.
Ada beberapa teknik dasar lari jarak pendek dan teknik ini akan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu pada saat start, aba-aba, berlari, dan mencapai garis finis. Berikut penjelasannya:
Start jongkok adalah jenis posisi awal yang digunakan untuk lari jarak ini. Posisi jongkok digunakan sebagai start karena posisi ini akan meningkatkan kecepatan lari saat pistol ditembakkan. Selain itu, pelari juga akan merasa nyaman dalam posisi ini saat mereka bersiap untuk berlari.
Ada tiga macam dalam melakukan start jongkok, antara lain:
Aba-aba dalam lari jarak pendek terjadi sebelum pelari mulai berlari. Aba-aba dalam lari ini dibagi menjadi tiga tahap.
Ada beberapa cara berlari sprint dalam lari jarak pendek, berikut penjelasannya:
Ada pula cara yang bisa dilakukan pelari saat hendak mencapai garis finis agar kecepatan stabil. Berikut caranya:
Berlari adalah salah satu olahraga yang paling sering menyebabkan cedera. Pasalnya, olahraga ini melibatkan hampir seluruh otot dalam tubuh. Berlari juga termasuk olahraga dengan intensitas yang tinggi. Oleh karena itu, baik atlet profesional maupun pemula dapat mengalami cedera akibat berlari.
Ada beberapa cedera yang sering dialami oleh pelari, berikut contohnya:
Beberapa dari cedera di atas hanya perlu penanganan rumahan pertama, seperti kompres atau perban. Namun, beberapa juga harus membutuhkan perawatan intensif hingga pembedahan. Daripada mengobati, lebih baik mencegah agar tidak terkena cedera saat sprint.
Berikut beberapa pencegahan untuk mencegah cedera ketika berlari jarak pendek:
Tidak hanya berlari, seluruh olahraga harus diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Pemanasan berguna untuk menyiapkan otot-otot agar tidak terkejut saat berolahraga. Pemanasan sebelum berlari juga dapat mempersiapkan sistem kardiorespirasi (jantung dan paru-paru) untuk “bekerja keras”.
Mulailah pemanasan dengan jalan cepat atau joging dan secara bertahap tingkatkan kecepatan lari. Setelah joging, jangan lupa untuk melakukan pendinginan.
Sepatu adalah benda penting dalam berlari. Pastikan memakai sepatu khusus untuk berlari yang nyaman. Hal ini untuk melindungi cedera luka pada kaki, seperti jari, tumit, dan telapak kaki.
Risiko cedera mungkin dapat terjadi ketika jarak lari tidak sesuai dengan kemampuan tubuh. Sebaiknya, catat peningkatan jarak lari untuk membantu memberikan patokan apakah progresivitas penambahan jarak tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. Sebaiknya untuk menaikan jarak secara bertahap sebanyak 10 persen setiap minggunya.
Air penting untuk dikonsumsi sebelum, selama, dan setelah berolahraga. Minumlah 2-3 gelas air sekitar dua atau tiga jam sebelum berolahraga. Juga, minum air secukupnya setelah berolahraga, jangan terlalu berlebihan.
Sumber: halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.