“Bayi yang terinfeksi HIV dapat mengalami berbagai komplikasi kesehatan dan perkembangan. Namun dengan penanganan yang tepat, banyak bayi yang terinfeksi HIV dapat tumbuh dan berkembang secara normal.”
Menjalankan gaya hidup yang sehat menjadi salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit ini disebabkan oleh satu jenis virus menular yang merusak sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat menghancurkan sel CD4 dalam tubuh. Semakin banyak sel CD4 yang dirusak oleh HIV maka sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi optimal.
Berbagai cara penularan dapat terjadi. Mulai dari melakukan hubungan intim dengan pengidap, penggunaan jarum suntik bersama, hingga proses persalinan dan menyusui. Ya, bukan hanya pada orang dewasa, HIV pun dapat diidap oleh bayi yang baru dilahirkan. Lalu, bisakah bayi dengan HIV tumbuh dengan normal? Berikut ulasan mengenai HIV pada bayi!
Infeksi HIV bermula pertama kali terjadi pada tahun 1981. Melansir data dari Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) data akumulasi pada 2020 sampai 2022 lalu, kasus HIV pada anak kecil di Indonesia mencapai lebih dari 12 ribu kasus. Bahkan, di Afrika, 95 persen bayi dengan HIV mengalami penularan semenjak dalam kandungan, proses persalinan, hingga menyusui.
Lalu, bisakah mereka tumbuh normal seperti anak lainnya? Di Afrika, sekitar 25 hingga 30 persen bayi yang mengalami HIV meninggal sebelum usia satu tahun. Sedangkan 50 sampai 60 persen dapat bertahan hidup hingga usia 2 tahun.
Tentunya, menjalani tumbuh kembang dengan penyakit HIV bukanlah hal yang mudah bagi pengidap HIV maupun orangtua. Pengobatan bisa dilakukan dengan menjalani Antiretroviral Therapy (ART). Bayi dengan HIV yang tidak mendapatkan perawatan ART biasanya lebih mudah mengalami berbagai gangguan kesehatan hingga kematian.
Namun, pemberian ART bukanlah hal yang mudah dan tanpa masalah. ART dapat menyebabkan berbagai efek samping pada bayi maupun anak. Mulai dari diare, batuk, hingga penurunan nafsu makan. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko pertumbuhan yang semakin buruk pada bayi maupun anak-anak.
Kurangnya asupan nutrisi dan gizi yang diterima oleh anak dapat memengaruhi pertumbuhan. Untuk itu, saat anak menjalani perawatan sebaiknya ibu pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi dan gizi yang tepat bagi kesehatan tubuh. Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare.
Tidak hanya menjalankan pengobatan dan memperhatikan asupan nutrisi. Ibu juga perlu memberikan dukungan moral pada anak mengenai penyakit yang diidapnya. Pastikan anak mendapatkan dukungan penuh dari keluarga agar terhindar dari kondisi stres maupun depresi.
Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV dapat menyebar melalui darah, cairan tubuh lainnya, dan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Bayi yang terinfeksi HIV dapat mengalami berbagai komplikasi kesehatan dan pertumbuhan, tetapi dengan pengobatan yang tepat, banyak bayi HIV yang dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Nyatanya, gejala akan dialami berbeda-beda oleh tiap bayi. Ada yang memiliki gejala di awal setelah paparan virus HIV. Namun, ada juga yang mengalami gejala bersama dengan proses tumbuh kembangnya. Jika orangtua memiliki riwayat HIV, tidak ada salahnya ketahui beberapa gejala umum yang dialami oleh bayi dengan HIV, seperti:
1.Bayi tidak menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan usianya.
Biasanya, bayi dengan HIV akan kesulitan untuk menambah berat badan. Perkembangan motorik dan sensorik tidak sesuai dengan usianya. Bayi dengan HIV akan memiliki perkembangan motorik dan sensorik yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya.
2.Bayi dengan HIV akan mengalami gangguan perkembangan pada otak.
Hal ini menyebabkan mereka akan mengalami kesulitan mengingat. HIV akan membuat bayi lebih mudah terserang penyakit. Mulai dari batuk, diare, hingga infeksi telinga.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pengobatan dan dampak HIV pada bayi, penting untuk memahami pentingnya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Karena penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, langkah-langkah pencegahan harus dilakukan pada setiap tahap proses ini. Kamu juga bisa membaca artikel mengenai potensi ibu hamil yang dapat menularkan HIV secara lengkap.
Beberapa cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak antara lain:
Pemeriksaan HIV selama kehamilan sangat penting untuk mengidentifikasi ibu yang terinfeksi HIV dan memberikan pengobatan yang tepat untuk mencegah penularan HIV ke bayi.
Terapi ARV pada ibu yang terinfeksi HIV dapat mengurangi jumlah virus dalam darah dan memperkecil risiko penularan HIV ke bayi.
Jika virus HIV masih terdeteksi dalam darah ibu saat persalinan, persalinan dengan seksio sesarea dapat mengurangi risiko penularan HIV ke bayi.
Jika ibu terinfeksi HIV, memberikan formula bayi daripada ASI dapat mencegah penularan HIV melalui ASI.
Namun, meskipun pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak sangat penting, penularan HIV masih dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Oleh karena itu, pengobatan yang tepat dan pemantauan kesehatan yang teratur sangat penting untuk bayi yang terinfeksi HIV.
Pengobatan untuk bayi yang terinfeksi HIV tergantung pada usia bayi dan tingkat keparahan infeksi. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV harus diuji untuk HIV segera setelah lahir. Jika tes awal menunjukkan bahwa bayi positif HIV, tes harus dilakukan lagi untuk mengonfirmasi hasil dan memulai pengobatan secepat mungkin.
Terapi ARV adalah pengobatan utama untuk bayi yang terinfeksi HIV. Terapi ini dapat membantu menurunkan jumlah virus dalam darah bayi, memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi, dan mencegah terjadinya komplikasi kesehatan yang terkait dengan HIV.
Itulah penjelasan terkait penyakit HIV pada bayi. HIV pada bayi dapat dicegah dengan memeriksa kondisi kesehatan ibu sebelum merencanakan kehamilan.
Sumber: halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.