Informasi Kesehatan

10 Mitos Seputar Penyakit Rabun Jauh dan Faktanya

10-mitos-seputar-penyakit-rabun-jauh-dan-faktanya.jpg

Ini Penyebab Radang Amandel yang Perlu Diketahui

“Kebanyakan kasus radang amandel terjadi akibat infeksi virus,…

Amankah jika Anak Menggunakan Kuteks?

Warna-warna kuteks atau cat kuku yang begitu cerah…

Sering Menangis Tanpa Sebab, Ini Kemungkinan Penyebabnya

Menangis merupakan respons alami tubuh untuk mengungkapkan perasaan…

Banyak orang menganggap rabun jauh atau miopi hanya terjadi pada anak-anak. Ada juga yang bilang penggunaan kacamata bisa memperburuk rabun jauh. Padahal, semua itu hanya mitos yang tidak terbukti kebenarannya.

Rabun jauh merupakan salah satu bentuk kelainan refraksi mata. Ketika mengalami rabun jauh, penderita tidak mampu melihat dengan jelas suatu objek yang letaknya jauh. Padahal, objek tersebut bisa dilihat dengan jelas oleh orang yang penglihatannya normal.

 

Miopi (myopia) disebabkan oleh struktur bola mata yang terlalu panjang atau kornea terlalu melengkung. Kondisi ini menyebabkan cahaya yang ditangkap oleh mata terfokus di depan retina, sehingga benda yang jauh terlihat buram.

Menguji Kebenaran Mitos Seputar Rabun Jauh

Ada banyak mitos seputar rabuh jauh atau miopi. Namun, jangan mudah percaya dulu karena belum tentu mitos tersebut terbukti kebenarannya.

Berikut ini adalah beberapa mitos mengenai rabun jauh beserta faktanya:

1. Miopi hanya terjadi pada anak-anak

Miopi biasanya memang berkembang di masa kanak-kanak, ketika pertumbuhan masih berlangsung. Namun, miopi juga dapat terjadi pada orang dewasa. Salah satu penyebabnya adalah akibat kebiasaan melihat benda dari jarak yang sangat dekat.

2. Duduk terlalu dekat dengan TV dapat menyebabkan miopi

Kebiasaan melihat benda dari jarak dekat memang dapat meningkatkan risiko terjadinya rabuh jauh. Namun, jangan langsung mengambil kesimpulan.

Bisa saja orang yang sering menonton TV dari dekat memang sebenarnya sudah menderita rabun jauh. Penderita miopi lebih suka menonton TV dari dekat karena mereka sulit melihat dari jauh.

3. Kacamata dapat memperburuk rabun jauh

Kacamata dan lensa kontak adalah salah satu cara untuk membantu penderita rabun jauh agar bisa melihat dengan jelas. Alat bantu ini memang tidak dapat mengobati miopi, tetapi juga tidak membuat miopi jadi makin parah.

Sebaliknya, kacamata dan lensa kontak justru mencegah keparahan kondisi miopi yang bisa terjadi karena tidak ditangani.

Perlu diketahui, rabun jauh tetap dapat bertambah parah meski telah mengenakan kacamata atau lensa kontak. Namun, hal tersebut bukan disebabkan oleh penggunaan alat bantu ini, melainkan karena faktor usia, genetik, atau kebiasaan sehari-hari.

4. Operasi laser adalah solusi jitu untuk mengatasi miopi

Rabuh jauh dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang atau kornea terlalu melengkung. Operasi mata dengan laser atau LASIK dilakukan untuk memperbaiki bentuk kornea.

Pada umumnya, orang yang telah menjalani LASIK tidak perlu lagi menggunakan kacamata atau lensa kontak. Meski demikian, hasil LASIK dapat bergantung pada tingkat keparahan rabun jauh.

LASIK cenderung lebih berhasil pada orang yang minusnya rendah daripada pada orang yang minusnya tinggi atau disertai dengan astigmatisme. Namun, setelah bentuk kornea diperbaiki dengan operasi laser, kondisi rabun jauh dapat menjadi lebih ringan.

5. Miopi terjadi akibat cara melihat yang salah

Mitos ini ada benarnya. Seseorang dapat terkena miopi jika sering melihat benda dari dekat dalam waktu yang lama, misalnya membaca, menjahit, atau melihat layar gawai. Namun, kondisi genetik juga memegang peranan yang besar.

Pastikan untuk memberi jarak sekitar 35 cm antara mata dengan benda yang dilihat. Terapkan juga aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit, alihkan pandangan untuk melihat objek sejauh 20 kaki (6 meter), selama 20 detik.

Jika sudah melihat objek dari dekat selama 2 jam, sebaiknya istirahatkan mata selama minimal 15 menit.

6. Melihat objek berwarna hijau dapat mengurangi atau mencegah miopia

Mengistirahatkan mata dengan cara melihat objek yang jauh di sela-sela aktivitas adalah hal yang baik untuk dilakukan. Objek berwarna hijau, seperti tumbuh-tumbuhan, bisa saja terlihat ketika mata sedang melihat jauh.

Namun, tidak ada keharusan untuk melihat benda atau pemandangan yang berwarna hijau sewaktu mengistirahatkan mata. Anda cukup mengalihkan pandangan dari benda yang sedang Anda pandangi.

7. Miopi disebabkan oleh kebiasaan membaca sambil tiduran

Kebiasaan membaca sambil tiduran, membaca dalam gelap, dan menonton TV terlalu lama dapat membuat mata harus fokus pada benda-benda yang jaraknya dekat dalam waktu lama. Hal inilah yang bisa meningkatkan risiko terjadinya miopi.

Kebiasaan ini lebih sering dilakukan oleh anak-anak. Jadi, jika anak Anda memiliki kebiasaan yang bisa merusak mata, cobalah untuk memeriksakannya ke dokter mata. Gangguan penglihatan yang terlambat diketahui dapat menyebabkan kelainan yang lebih serius, misalnya mata malas (amblyopia).

8. Tidur lebih awal dapat mencegah rabun jauh

Tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa tidur lebih awal dapat membantu mencegah miopi. Bukan lamanya tidur yang dapat memengaruhi risiko seseorang untuk terkena rabun jauh, melainkan aktivitas yang dilakukan sewaktu terjaga.

Bila Anda sering tidur larut malam karena melakukan aktivitas yang mengharuskan Anda untuk melihat jarak dekat, seperti bermain game di layar gawai atau membaca dengan jarak yang terlalu dekat, tentu risiko untuk terkena rabun jauh akan lebih besar.

9. Makan wortel atau suplemen vitamin A dapat mencegah atau mengobati rabun jauh

Mengonsumsi makanan yang tinggi vitamin A memang memiliki efek yang baik untuk kesehatan mata. Namun, hal tersebut belum terbukti memiliki efek khusus untuk mencegah dan mengobati rabun jauh.

Meskipun demikian, makanan yang kaya akan vitamin A tetap perlu dikonsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan mata.

10. Kacamata dengan minus yang lebih rendah bisa mengurangi rabun jauh

Mitos ini tidak benar. Mengenakan kacamata dengan ukuran lensa yang rendah dari seharusnya justru dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, mata lelah, pusing, dan sakit kepala. Oleh karena itu, gunakanlah kacamata dengan ukuran lensa yang tepat, agar Anda dapat melihat dengan jelas dan nyaman.

Agar tidak mendapatkan informasi yang salah seputar kesehatan mata dan penglihatan, jangan sembarang percaya dengan mitos. Pastikan kebenaran di balik mitos rabun jauh dengan berkonsultasi ke dokter mata.

Selain itu, untuk menjaga kesehatan mata, periksakan mata Anda secara rutin ke dokter. Hal ini terutama untuk Anda yang menderita rabun jauh maupun kelainan tajam penglihatan lainnya, sesuai dengan anjuran dokter.

 

Sumber: alodokter.com