Informasi Kesehatan

Berbagai Hal tentang Termometer yang Perlu Diketahui

Berbagai_Hal_tentang_Termometer_yang_Perlu_Diketahui.jpg

Fakta Minum Air untuk Mengatasi Cegukan

Cegukan umumnya tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat…

Manfaat Lobak Putih untuk Kesehatan Tubuh

Lobak putih yang memiliki nama Latin Raphanus sativus merupakan sayuran…

Double Cleansing untuk Kulit Wajah yang Lebih Bersih

Sudah rajin cuci muka, tetapi wajah tetap berjerawat…

“Termometer tersedia dalam beberapa jenis dan cara penggunaan yang berbeda-beda. Jenis termometer yang paling umum saat ini yaitu termometer digital.”

 

Memiliki termometer medis di rumah kemungkinan sangat kamu perlukan sewaktu-waktu, terutama untuk mengukur anggota keluarga yang sedang demam. Mengetahui suhu tubuh saat sakit sangat dibutuhkan untuk menentukan langkah perawatan selanjutnya. 

Saat ini, ada banyak jenis alat pengukur suhu yang bisa kamu pilih, mulai dari jenis kontak dan bebas kontak. Usia anggota keluarga dan preferensi pribadi, dapat menentukan jenis yang akan kamu beli. Kamu juga harus memahami cara kerja jenis yang kamu pilih.

Lantas, apa saja jenis-jenis termometer yang perlu kamu ketahui? Ini ulasannya!

Jenis-Jenis Termometer dan Cara Menggunakannya

Ada dua jenis alat pengukur suhu, yaitu digital dan manual (merkuri). Kedua jenis alat tersebut mengukur suhu dengan tiga cara, yaitu lisan, rektal (dubur), aksila (ketiak). Selain itu, tersedia dua jenis termometer khusus digital lainnya yang penggunaanya diarahkan ke telinga dan dahi. 

Sementara itu, American Academy of Pediatricians merekomendasikan alat pengukur suhu digital untuk mengukur suhu tubuh anak, karena lebih cepat dan akurat. Sedangkan jenis termometer digital spesifik yang harus digunakan bervariasi tergantung usia. 

Berikut ini jenis-jenis termometer dan cara mengunakannya:

1. Termometer oral

Alat pengukur suhu jenis oral dapat orang dewasa gunakan, tapi tidak direkomendasikan untuk anak kecil. Sebab, anak kecil mungkin tidak dapat menutup mulutnya cukup lama untuk mendapatkan pembacaan suhu tubuh yang baik.

Begini cara menggunakannya:

  • Cuci tangan sebelum menyentuh alat ini.
  • Letakkan di bawah lidah.
  • Pastikan mulut tetap tertutup sepanjang waktu. 
  • Tunggu kira-kira hingga lima menit (jenis manual) atau untuk bunyi ‘bip’ (digital).

2. Termometer aksila (ketiak)

Alat pengukur suhu ini juga sulit menghasilkan pembacaan suhu yang akurat jika memberikannya pada anak. Namun, pada orang dewasa tampaknya tidak ada masalah.

Cara menggunakannya, yaitu:

  • Tempatkan alat di bawah lengan dengan ujung alat di lipatan ketiak yang paling dalam.
  • Tunggu kira-kira lima menit (manual) atau hingga muncul bunyi ‘bib’ (digital.

3. Termometer rektal (dubur)

Jenis ini dirancang khusus yang memungkinkan pembacaan suhu yang tepat tanpa harus masuk terlalu jauh ke dalam tubuh. Termometer rektal digunakan untuk bayi atau mereka yang suhunya tidak dapat diukur dengan cara lain. 

Cara menggunakannya, yaitu:

  • Gunakan pelumas, seperti petroleum jelly, untuk memudahkan pemasangan.
  • Tempatkan ujung alat di rektum.
  • Tunggu kira-kira lima menit (manual) atau sampai muncul bunyi ‘bip’ (digital).

4. Termometer timpani (telinga)

Termometer ini sering digunakan untuk orang tua dan anak kecil, karena lebih cepat dibandingkan jenis digital biasa dan mudah digunakan. Namun jenis ini sulit digunakan pada bayi dan seringkali tidak akurat, karena saluran telinganya sangat kecil. 

Cara menggunakannya, yaitu:

  • Tarik bagian atas daun telinga ke atas dan ke belakang.
  • Tempatkan ujung alat di lubang saluran telinga. Pastikan mengarahkan ke lubang saluran telinga, buka ke dinding telinga.
  • Tekan tombol hingga berbunyi ‘bip’.
  • Pastikan tidak ada kotoran telinga berlebih sebelum menggunakan alat ini, karena dapat menyebabkan hasil yang kurang akurat.

5. Termometer temporal (dahi)

Jenis ini adalah yang terbaru dan termahal di pasaran. Alat ini dapat membaca panas yang berasal dari arteri temporal, yang berada tepat di bawah kulit dahi.

Termometer ini yang tercepat dan mungkin termudah untuk digunakan. Namun, terkadang membaca suhu terlalu rendah. 

Model yang berbeda mungkin memiliki cara penggunaan yang berbeda. Namun, cara umum menggunakannya, yaitu:

  • Tekan tombol ke bawah.
  • Sapukan probe di dahi dan lepaskan tombol setelah selesai.

Meskipun ini adalah jenis yang cukup baru, tapi penelitian menunjukkan bahwa termometer temporal tidak seakurat timpani. 

6. Termometer merkuri

Jenis ini adalah yang paling kuno, sebelum termometer digital tersedia. Termometer merkuri sudah tidak direkomendasikan lagi karena terbuat dari kaca dan mengandung merkuri. Selain itu, jenis ini sulit dibaca sehingga tidak memberikan informasi yang akurat. 

Alasan utama termometer merkuri tidak direkomendasikan lagi, karena merkuri dapat meracuni tubuhmu. Hal tersebut bisa terjadi ketika kaca pecah dan merkuri keluar dari tempatnya. Lagi pula, saat ini kebanyakan orang lebih suka menggunakan jenis termometer digital yang lebih aman dan mudah digunakan. 

Cara Tepat Menyimpan Termometer

Sebaiknya simpan alat ini sesuai petunjuk yang ada pada kemasan produk. Bersihkan sebelum dan sesudah menggunakannya.

Kamu dapat menggunakan sabun dan air atau alkohol untuk membersihkan ujung termometer digital. Kemudian, bilas sesudahnya dengan air hangat. 

Jika kamu menggunakan termometer rektal, pastikan untuk membersihkannya secara menyeluruh dan beri label. Simpan sedemikian rupa, sehingga kamu dapat segera mengetahui bahwa itu adalah termometer rektal, dan tidak menggunakannya secara oral atau ketiak. 

Apabila alat ini dilengkapi wadah pelindung, simpan di dalam wadah tersebut. Simpan termometer jenis apa pun di tempat kering yang mudah ditemukan dan tidak terkena perubahan suhu yang drastis.

 

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna