Ruam adalah ciri-ciri HIV pada kulit yang paling banyak diketahui. Padahal, ciri-ciri HIV pada kulit ada banyak, tetapi mungkin tidak disadari karena mirip seperti gejala penyakit lainnya.
HIV adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus. Kebanyakan penderita HIV pada awalnya tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi virus ini. Sebab, ciri-ciri HIV mirip dengan kondisi medis lain, termasuk gejala flu, seperti demam, kelelahan, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
Selain itu, penyakit ini menimbukan ciri-ciri HIV pada kulit, seperti munculnya ruam. Gejala pada kulit ini bahkan sering kali menjadi gejala HIV yang pertama muncul. Namun, karena mirip dengan kondisi medis lain, penderitanya sering tidak menyadari telah terinfeksi HIV.
HIV akan membuat sistem kekebalan penderitanya menjadi lemah. Dengan demikian, infeksi akan lebih mudah terjadi, termasuk pada kulit. Berbagai ciri HIV bisa terjadi karena infeksi virus itu sendiri, karena infeksi virus atau bakteri lain akibat kekebalan tubuh yang lemah, maupun efek samping obat HIV.
Ruam akibat efek samping obat HIV biasanya bukanlah kondisi yang serius dan dapat hilang dengan sendirinya. Dokter mungkin akan mengganti obat HIV yang tidak menimbulkan ruam pada pasien.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri HIV pada kulit yang bisa terjadi:
Ciri-ciri HIV pada kulit yang kerap terjadi, bahkan muncul pertama kali, adalah ruam kulit dengan benjolan kecil di atasnya. Ruam biasanya muncul sekitar 2–4 minggu setelah terinfeksi virus. Umumnya, ruam HIV muncul di tubuh bagian atas, seperti dada, perut, punggung, serta bahu, dan dapat menyebar ke wajah, tangan, hingga kaki.
Ruam HIV bisa disertai dengan rasa gatal dan nyeri. Terkadang ciri HIV ini juga menyebabkan kulit di sekitarnya menjadi kering.
Meskipun jarang, ruam akibat efek samping obat HIV juga bisa menjadi gejala sindrom Stevens-Johnson (SJS). Bila sedang menjalani pengobatan HIV dan mengalami ruam yang disertai dengan demam, gejala flu, dan lepuh yang menyakitkan, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Folikel yang merupakan tempat tumbuhnya rambut memiliki celah yang kecil, sehingga memungkinkan masuknya bakteri dan kuman. Pada orang sehat, masuknya bakteri dan kuman ini bukanlah ancaman. Namun, pada penderita HIV, hal ini akan membuat folikel rambut terinfeksi hingga menyebabkan folikulitis eosinofilik.
Kondisi ini merupakan salah satu ciri-ciri HIV pada kulit. Folikulitis eosinofolik ditandai dengan rasa gatal dan benjolan yang berisi nanah pada wajah maupun tubuh bagian atas.
Prurigo nodularis ditandai dengan munculnya benjolan yang keras dan sangat gatal di leher, bahu, lengan, maupun kaki. Penyakit ini lebih sering terjadi pada penderita eksim, tetapi juga dapat menjadi ciri-ciri HIV pada kulit akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh pengidap HIV akan melemah, sehingga tidak dapat melawan infeksi, termasuk infeksi human papillomavirus (HPV) penyebab kutil kelamin. Oleh karena itu, keberadaan kutil kelamin di tubuh juga dapat menjadi ciri-ciri HIV pada kulit.
Meskipun tidak berbahaya, keberadaan virus HPV akan meningkatkan risiko pengidap HIV terkena kanker serviks maupun kanker anus.
Kudis atau scabies ditandai dengan ruam yang gatal. Kondisi ini disebabkan oleh tungau yang masuk dan berkembang biak di kulit.
Namun, kudis sebagai ciri-ciri HIV pada kulit disertai dengan kerak. Hal ini jelas berbeda dengan gejala kudis yang dialami oleh orang yang tidak menderita HIV, yakni tanpa kerak di kulit.
HIV bisa membuat kulit penderitanya menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Setelah terpapar sinar matahari, kulit penderita HIV akan tampak seperti terbakar, terutama di bagian wajah, telinga, kulit kepala, leher, dan dada. Kondisi yang merupakan ciri-ciri HIV pada kulit ini dikenal sebagai fotodermatitis.
Cara meredakan ciri-ciri HIV pada kulit yang paling disarankan oleh dokter adalah antiretroviral therapy (ART). Selama menjalani terapi ini, penderita HIV diwajibkan mengonsumsi beberapa jenis obat antivirus setiap hari.
Pelaksanaan terapi antivirus sebagai penanganan yang dilakukan sedini mungkin akan mengurangi ciri-ciri HIV pada kulit dengan lebih cepat dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Terapi ini juga akan mencegah terjadinya penularan ke orang lain.
Selain itu, sering kali dokter juga akan meresepkan obat-obatan medis lain untuk meredakan ciri-ciri HIV pada kulit lainnya, termasuk gatal dan nyeri. Krim hidrokortison dan obat antihistamin adalah beberapa pilihan obat yang dapat meredakan ruam HIV.
Selain peresepan obat-obatan di atas, dokter juga menyarankan untuk mengurangi paparan sinar matahari yang berlebih, serta menghindari mandi atau berendam menggunakan air panas guna meredakan ciri-ciri HIV pada kulit.
Apabila Anda merasakan ciri-ciri HIV pada kulit dan ingin memastikan penyebabnya, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan akan membantu Anda memastikan penyebab dari keluhan yang dialami dan memberikan penanganan yang sesuai.
Sumber : alodokter. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna