Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan usia, baik muda maupun tua.
Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dibandingkan orang normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di saluran pernapasan akan kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak juga meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita mengalami gejala asma.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI di tahun 2018, diperkirakan ada 2,4 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang menderita asma. Sedangkan menurut data WHO di tahun 2019, penderita asma di seluruh dunia mencapai 262 juta orang, dengan angka kematian akibat asma mencapai 461.000 orang.
Penyebab dan Gejala Asma
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap menjadi pemicu asma, yaitu:
- Asap rokok
- Debu
- Bulu hewan
- Udara dingin
- Infeksi virus
- Paparan zat kimia
Sejumlah pemicu tersebut dapat menimbulkan keluhan pada penderita asma, seperti sulit bernapas, batuk kering, mengi, dan rasa nyeri atau sesak di dada.
Asma dapat ditandai dengan gejala yang beragam. Gejala tersebut dapat berlangsung secara terus-menerus, hilang timbul, atau hanya terjadi di waktu tertentu, misalnya saat sedang berolahraga. Tingkat keparahan gejalanya juga bervariasi, mulai ringan hingga berat.
Gejala utama asma adalah gangguan pernapasan, yang dapat meliputi:
- Sulit bernapas
- Batuk
- Dada terasa sesak, nyeri, dan seperti tertekan
- Mengi atau bengek
Keluhan di atas dapat menyerupai gejala dari penyakit lain. Namun, keluhan tersebut dapat dicurigai disebabkan oleh asma bila memiliki karakteristik berikut:
- Bertambah buruk di pagi atau malam hari
- Hilang timbul di hari yang sama
- Timbul atau bertambah buruk saat penderita terinfeksi virus, seperti pilek
- Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau napas berlebihan saat tertawa atau menangis
Di samping itu, ada pula istilah serangan asma, yang ditandai dengan perburukan gejala. Serangan asma dapat berlangsung secara mendadak atau dalam beberapa hari. Kondisi ini ditandai dengan gejala yang lebih serius, seperti:
- Gejala batuk, mengi, dan sesak di dada yang makin sering dan memburuk
- Gangguan bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas
- Bibir dan jari-jari yang terlihat membiru
- Butuh lebih sering menggunakan inhaler
- Denyut jantung meningkat
- Pusing, lelah, atau mengantuk
- Pingsan
Kapan Harus ke Dokter
Segera ke dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala serangan asma, terutama jika disertai kondisi berikut:
- Tidak dapat diredakan dengan menggunakan inhaler
- Napas yang sangat cepat
- Sesak napas dan mengi yang memburuk dengan sangat cepat
- Batuk yang sulit berhenti atau mengi yang terdengar cukup keras saat bernapas
- Sesak napas saat melakukan aktivitas ringan
- Rasa cemas dan panik
- Warna jari, bibir, dan gusi menjadi kebiruan atau pucat
- Dada terasa nyeri atau tertekan
- Sulit berbicara
- Wajah pucat dan berkeringat dingin
Serangan asma yang parah dapat membahayakan jiwa. Segera cari pertolongan medis ke IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan bila Anda:
- Menduga mengalami asma
- Mengalami asma yang bertambah parah
- Menderita asma sehingga perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan efektivitas pengobatan yang sedang dijalani
Faktor Risiko Asma
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit asma, yaitu:
- Jenis kelamin laki-laki pada anak-anak, dan perempuan pada remaja atau dewasa
- Riwayat asma atau alergi atopik, seperti alergi makanan, rhinitis alergi, atau eksim, pada keluarga
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Riwayat bronkiolitis atau infeksi paru-paru pada masa kanak-kanak
- Lahir dengan berat badan di bawah normal
- Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator
- Kebiasaan merokok, termasuk pada ibu hamil
- Paparan asap rokok saat masih kecil
- Bidang pekerjaan yang berisiko terpapar zat kimia, seperti petani, penata rambut, atau pekerja pabrik
Diagnosis Asma
Untuk mendiagnosis asma, dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, yaitu dengan:
- Melihat bagian hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan atas
- Mendengarkan napas pasien dengan stetoskop untuk mendeteksi adanya gejala asma, seperti mengi
- Melihat kulit pasien untuk mendeteksi kondisi alergi, seperti eksim dan gatal-gatal
Guna memastikan diagnosis, dokter akan memeriksa fungsi paru-paru pasien melalui beberapa tes berikut:
Spirometri
Pada spirometri, dokter akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke spirometer. Tes ini bertujuan untuk mengukur kinerja paru-paru berdasarkan volume udara dan jumlah total udara yang diembuskan.
Peak flow meter test
Tes ini menggunakan alat bernama peak flow meter (PFM), untuk mengukur kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali embusan napas.
Tes provokasi saluran napas
Dalam tes ini, pasien akan diminta untuk menghirup zat yang dapat memicu asma, seperti histamin atau metakolin. Meski dapat memastikan diagnosis, tes ini berisiko memicu serangan asma sehingga hanya boleh dilakukan dalam pengawasan dokter.
Uji oksida nitrat
Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar oksida nitrat yang diembuskan saat bernapas. Jika hasil tes menunjukkan kadar yang tinggi, dapat diduga saluran pernapasan pasien mengalami pembengkakan.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan beberapa tes lanjutan, yang meliputi:
- Tes alergi, untuk mendeteksi adanya alergi yang mungkin menyebabkan asma
- Pemindaian, seperti foto Rontgen, untuk mendeteksi penyakit yang bisa memicu gangguan pernapasan
- Tes eosinofil dalam dahak, untuk mendeteksi keberadaan salah satu sel darah putih (eosinofil) dalam air liur dan dahak yang dikeluarkan saat batuk
- Tes provokatif dengan olahraga atau paparan udara dingin, untuk mengukur sumbatan pada saluran pernapasan sebelum dan setelah melakukan aktivitas fisik yang berat atau menghirup udara dingin
- Tes gas dan difusi, untuk mengetahui kemampuan darah dalam menyerap oksigen dan gas lain dari proses pernapasan, dengan mengukur kadar gas yang diembuskan saat bernapas
Pengobatan dan Pencegahan Asma
Pengobatan asma dapat akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk meredakan gejala asma, mencegah kekambuhan gejala, serta mengurangi pembengkakan dan penyempitan pada saluran pernapasan. Metodenya bisa berupa pemberian obat-obatan berupa inhaler asma, nebulisasi, obat minum atau operasi.
Meski sulit dicegah, ada upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya serangan asma, antara lain dengan:
- Menjalani vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur
- Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya
- Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah menjalani pengobatan
-
- Menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga dalam intensitas ringan secara teratur, dan tidak merokok
- Menurunkan berat badan bila menderita obesitas
- Mengelola stres dengan baik
Sumber : alodokter. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna