"Ganja adalah tanaman psikotropika yang pemakaiannya masih ilegal di Indonesia. Pasalnya, tanaman ini bisa memberikan sederet dampak negatif untuk kesehatan tubuh."
Mariyuana atau yang lebih dikenal sebagai ganja adalah salah satu jenis psikotropika. Tanaman yang satu ini bisa merangsang saraf dan memengaruhi fungsi otak. Akibatnya, seseorang yang menggunakan ganja akan merasakan efek berupa euforia, ilusi, dan halusinasi.
Tanaman ini terdiri tiga jenis, yaitu Cannabis sativa, Cannabis indica, dan Cannabis ruderalis. Cannabis sativa merupakan jenis ganja yang paling sering disalahgunakan. Biasanya, cara penggunaannya dengan dijadikan rokok untuk dihisap.
Di Indonesia sendiri, tanaman ini masih ilegal mengingat dampak negatifnya. Namun, berbagai negara telah melegalkan ganja untuk tujuan kesehatan.
Di berbagai negara, seperti Thailand, Amerika Serikat, dan Inggris, pemakaian ganja adalah hal yang tidak melanggar hukum sehingga bisa menjadi alternatif pengobatan. Cara penggunaannya bermacam-macam, seperti memanaskannya, distilasi atau lewat proses penyulingan untuk menjadikannya konsentrat.
Beberapa negara juga memanfaatkannya untuk keperluan medis. Di Amerika Serikat misalnya, tanaman ini kerap menjadi obat untuk mengontrol rasa sakit.
Kendati begitu, nyeri hebat seperti rasa sakit usai operasi atau patang tulang tidak bisa kamu minimalisir dengan penggunaan ganja. Menurut Peter Grinspoon, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Massachusetts, tanaman ini dinilai lebih aman daripada opium.
Ia mengungkapkan kalau pemakaian ganja secara terkontrol tidak akan menyebabkan overdosis atau kecanduan. Oleh karena itu, ini tanaman ini mampu menggantikan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Meski telah legal di beberapa negara, Indonesia sendiri masih belum melegalkannya secara hukum, baik untuk alasan medis maupun yang lainnya. Pasalnya, penggunaan tanaman ini tanpa didasari oleh indikasi medis dan tidak di bawah pengawasan dokter dapat memberikan dampak negatif yang merugikan.
Alasannya, tanaman ini mengandung 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid. Setiap bahan kimia tersebut memberikan efek yang berbeda-beda.
Selain cannabinoid, tanaman ini juga mengandung delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Bahan kimia tersebut memang bisa dokter gunakan dalam pengobatan. Akan tetapi, senyawa dalam THC bisa membuat seseorang mabuk.
Sebenarnya, tubuh memproduksi senyawa cannabinoid secara alami untuk membantu gerak tubuh, nafsu makan, fokus, rasa sakit, hingga sensasi panca indra. Sayangnya, pada ganja, senyawa tersebut bisa memberikan efek yang sangat kuat sehingga rentan menimbulkan masalah kesehatan yang serius apabila salah menggunakannya.
Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga mencantumkan ganja sebagai jenis narkotika golongan I. Oleh karena itu, siapapun yang mengonsumsi jenis psikotropika ini bisa mendapat sanksi hukum. Baca artikel berikut ini untuk mengetahui berbagai fakta lainnya: Fakta Terkini Tentang Ganja.
Berikut sederet dampak negatif pemakaian ganja yang patut kamu waspadai:
Pemakaian ganja terlalu banyak dapat mengganggu kemampuan berpikir. Kamu juga bisa mengalami kehilangan memori hingga terhambatnya fungsi otak. Pasalnya, tanaman ini mampu memicu perubahan struktur tertentu pada otak.
Menurut penelitian, struktur otak yang bisa mengalami perubahan akibat psikotropika ini, yaitu hippocampus, prefrontal cortex (PFC), dan serebellum. Dampaknya mencakup penurunan fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori).
Selama ini, tembakau pada rokok digadang-gadang menjadi faktor utama kerusakan paru-paru. Efek ini berasal dari kandungan tarnya, yaitu partikel kimia yang timbul saat proses pembakaran rokok.
Faktanya, kandungan tar pada tanaman ini ternyata hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari rokok tembakau. Asap yang tercipta dari pembakaran ganja juga memiliki kandungan zat penyebab kanker jauh lebih tinggi dari asap rokok biasa.
Akibatnya, risiko kanker paru-paru bisa semakin tinggi pada orang-orang yang memakai ganja dalam waktu lama.
Masalah paru akibat pemakaian ganja mencakup terhambatnya jalan nafas, hiperinflasi paru, bronkitis kronis, infeksi pernafasan dan pneumonia.
Penggunaan ganja yang berlebihan juga bisa mengganggu kesehatan mental. Sebab, tanaman ini memang terbukti memicu gejala psikosis, seperti halusinasi, ilusi dan euforia. Lambat laun, gejala tersebut bisa berkembang menjadi skizofrenia.
Tidak hanya itu, pemakainya juga cenderung cemas dan mudah mengalami serangan panik. Dalam jangka panjang, efek ini bisa membuat seseorang sulit tidur, mengalami perubahan suasana hati dan berkurangnya nafsu makan.
Dalam kasus yang sangat parah, pemakainya bisa mengalami gangguan bipolar dan perilaku yang mengarah ke bunuh diri.
Ganja bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Penelitian juga menunjukkan kalau ganja bisa meningkatkan risiko penyakit yang melemahkan kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS.
Menurunnya imunitas bisa membuat tubuh semakin sulit melawan infeksi. Alhasil, pemakai tanaman psikotropika ini rentan tertular penyakit maupun sulit sembuh dari suatu penyakit.
Tahukah kamu kalau detak jantung meningkat beberapa saat setelah menghisap ganja? Efek ini bahkan bisa menetap sampai tiga jam lamanya.
Hal ini tentu membahayakan mereka yang mengidap penyakit jantung. Sebab, detak jantung yang tidak teratur ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung.
Selain itu, ganja juga menyebabkan tekanan darah naik dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah melebar.
Sama halnya rokok, mengisap ganja selama kehamilan juga memengaruhi perkembangan otak janin. Tidak hanya itu, psikotropika ini juga bisa memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan kecacatan, meningkatkan risiko kelahiran prematur dan meningkatkan risiko leukimia pada janin.
Jika ingin tahu seputar bahaya ganja untuk ibu hamil, kamu bisa membaca artikel berikut ini: Fakta Bahaya Penggunaan Ganja pada Ibu Hamil.
Pada ibu menyusui, zat kimia dalam mariyuana yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) masuk ke dalam ASI dan menghambat pertumbuhan bayi. Apabila masuk ke dalam tubuh Si Kecil, efeknya bisa sangat fatal. Sebab, tubuh bayi yang baru lahir cenderung masih dalam proses perkembangan dan daya tahan tubuhnya masih belum sempurna.
Efek ganja pada kesehatan tubuh seringkali langsung bisa kamu rasakan. Sedangkan efek jangka panjangnya tergantung pada beberapa faktor. Mulai dari usia pengguna, cara penggunaannya, seberapa banyak yang digunakan dan seberapa sering menggunakannya.
Berikut beberapa efek ganja jangka panjang yang bisa terjadi pada tubuh:
Itulah informasi seputar ganja yang perlu kamu ketahui. Sebaiknya, jangan pernah mencoba tanaman ini. Sebab, psikotropika umumnya mudah membuat seseorang kecanduan hingga sulit terlepas darinya.
Seseorang yang telah kecanduan narkotika ini juga perlu menjalani proses rehabilitasi. Prosedur rehabilitasi pun terdiri dari sejumlah tahapan dengan durasi yang berbeda. Namun, umumnya butuh waktu yang tidak sebentar untuk benar-benar sembuh dari kecanduan zat psikotropika. Segera hubungi psikiater untuk bisa mendapatkan penanganan yang tepat dengan segera.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.