“Konsumsi MSG atau monosodium glutamat selama tidak berlebihan, justru membawa efek positif. Beberapa manfaatnya adalah meningkatkan sensasi rasa pada makanan, termasuk juga nafsu makan terutama pada lansia.”
MSG atau lebih populer dengan sebutan micin, kerap berkaitan dengan hal yang negatif. Banyak orang yang menghindari penyedap makanan ini karena berbagai informasi buruk terkait dampaknya bagi kesehatan.
Padahal, mengonsumsi makanan yang mengandung MSG tidak selamanya negatif. Ada efek positifnya. Untuk itu, yuk, cari tahu seperti apa efek positif dan negatifnya!
MSG atau monosodium glutamat, adalah bahan tambahan makanan yang bermanfaat untuk meningkatkan rasa makanan. MSG adalah garam natrium dari asam glutamat, yaitu salah satu asam amino non-esensial dan terkandung secara alami dalam makanan.
Monosodium glutamat memiliki rasa umami yang kuat, yang mengacu pada rasa yang kaya dan gurih. Asam glutamat ini telah banyak orang gunakan secara luas dalam industri makanan sebagai bahan tambahan, untuk meningkatkan rasa dan memberikan rasa gurih pada makanan.
Dalam aspek diet dan nutrisi, MSG umumnya digunakan sebagai bahan makanan olahan, seperti kaldu, saus, keripik, camilan, makanan beku, dan makanan cepat saji. MSG juga dapat terkandung dalam berbagai bumbu dan produk makanan kemasan.
Sebagai salah satu senyawa yang kerap menjadi bahan makanan, berikut adalah fungsi atau beberapa efek positif konsumsi MSG:
MSG terkenal dengan manfaatnya yang dapat meningkatkan rasa karena sifat umami yang terkandung di dalamnya. Sifat umami ini menginduksi sekresi saliva, sehingga membuat air mulut dan meningkatkan rasa makanan. Dengan begitu, makanan yang kamu konsumsi jadi lebih nikmat.
Kamu bisa mengganti garam dengan MSG pada masakan. Sebab, zat umami yang ada dapat menurunkan keinginan mengonsumsi makanan asin. Micin atau vetsin mampu mengurangi asupan natrium tanpa mengorbankan rasa. Oleh karena itu, penambahan penyedap rasa ini dapat menurunkan konsumsi natrium pada makanan.
Fungsi atau efek positif MSG lainnya adalah sebagai sumber energi. Sebab, usus dapat memecah MSG untuk kemudian diubah menjadi sumber energi. Proses ini terjadi ketika MSG diubah menjadi asam amino lain atau digunakan dalam produksi senyawa bioaktif. Karena itu, setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG, seseorang mungkin merasa lebih bersemangat.
Seiring bertambahnya usia, indra perasa, penciuman, dan fungsi mulut mulai menurun, sehingga mengakibatkan kualitas makanan dan nafsu makan juga menurun. Hal ini bisa memicu malnutrisi pada lansia.
Penambahan MSG pada makanan dapat membantu meningkatkan sensasi rasa serta aliran saliva untuk memudahkan mengunyah dan menelan makanan. Bahkan, penggunaan garam kerap tergantikan oleh MSG. Lantas, mana yang lebih baik? Baca informasinya dalam artikel: Generasi Micin Vs Garam, Mana yang Lebih Berbahaya?
MSG dapat menjadi penambah rasa yang kuat di berbagai makanan. Tidak hanya membuat makanan lebih menggugah selera, tetapi juga membantu seseorang merasa lebih kenyang.
Meskipun berkaitan dengan efek samping seperti sakit kepala, keringat berlebih, dan tekanan darah tinggi, tetapi sebenarnya konsumsi MSG aman dalam jumlah yang wajar.
MSG merupakan zat yang alami terdapat dalam makanan seperti tomat, keju, dan jamur. Bahkan, tubuh manusia juga memproduksi MSG secara alami. Karena itu, konsumsi MSG dalam jumlah yang wajar tidak akan membahayakan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) asupan harian MSG yang wajar tubuh manusia dapatkan adalah 0 – 120 mg/kg (berat badan).
MSG telah melalui uji coba dan penelitian yang ketat sebelum diizinkan digunakan dalam industri makanan. Konsumsi MSG tidak akan membahayakan kesehatan selama tidak melebihi batas maksimal yang badan kesehatan tetapkan.
Karena itu, bagi kebanyakan orang, tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. Namun, bagi orang yang memiliki sensitivitas terhadap MSG, sebaiknya menghindari makanan yang mengandung zat tersebut.
Walaupun memiliki efek positif, MSG bisa memicu gangguan kesehatan bila mengonsumsinya secara berlebihan. Lantas, seperti apa efek negatifnya?
Apa kaitan MSG dengan peningkatan risiko dari gangguan metabolisme? Mengutip dari Iranian Journal of Basic Medical Sciences, sifat aditif dari micin dapat menyebabkan resistensi insulin, kadar gula darah yang tinggi, serta penyakit gula. Jadi, sebaiknya kamu tidak mengonsumsinya secara berlebihan, ya.
Glutamat adalah salah satu kandungan yang berperan penting pada fungsi otak. Gunanya untuk neurotransmitter, zat kimia yang dapat merangsang sel saraf untuk mengirimkan sinyal.
Pada MSG, kadar glutamat yang terkandung terlalu banyak sehingga menyebabkan toksisitas pada otak. Jika dibiarkan, maka dapat menyebabkan kematian sel.
Perlu kamu ketahui, jika mengonsumsi MSG juga dapat menyebabkan hipersensitivitas pada beberapa orang. Ada beberapa gejala saat mengalami masalah ini, seperti:
Jika sejumlah gejala tersebut tak kunjung membaik dalam beberapa hari, segeralah periksakan kondisi ke dokter.
Walaupun penyedap dapat memberikan energi dan dapat menambah semangat, bila kamu mengonsumsinya berlebihan bisa membuat badan menjadi lemas.
Mungkin untuk sesaat kamu akan merasa berenergi, selanjutnya tubuh akan lemas, dan muncul sensasi kembung dan mual. Kalau kamu sering merasa lemas, coba cek penyebabnya di artikel: 7 Kondisi Kesehatan yang Bisa Sebabkan Badan Lemas.
Makanan dengan MSG memang membuat keinginan untuk mengunyah makanan terus-menerus. Namun, after taste-nya bisa membuat mulut berasa tidak enak.
Sebabnya, sensasi umami yang tertinggal tidak langsung hilang karena kamu sudah terlalu banyak mengonsumsinya. Bila kamu merasakan sensasi yang demikian, segera minum air putih hangat.