Informasi Kesehatan

Emosi Labil, Tanda Gangguan Kepribadian Ambang? Ini Faktanya

Stres.jpg

Mengenal Istilah Redflag dalam Hubungan, Ciri, dan Contohnya

“Ada beberapa ciri-ciri red flag yang perlu kamu…

Mengenal Sifat Temperamental: Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

"Sifat temperamental ternyata diturunkan secara genetik. Namun, lingkungan…

Ini Cara Meningkatkan Mood setelah Lelah Bekerja

“Mood swing akibat lelah bekerja dapat memengaruhi kehidupan…

“Emosi labil adalah salah satu ciri khas usia remaja karena erat hubungannya dengan periode pubertas. Namun, jika tidak mereda atau justru memburuk hingga dewasa, bukan tidak mungkin seseorang menunjukkan gejala gangguan kepribadian ambang.”

Memasuki masa remaja, tidak heran jika sering terjadi emosi labil atau suasana hati yang berubah-ubah. Jika kondisi ini bertahan sampai dewasa, kamu perlu waspada karena bisa saja mengalami gangguan kepribadian ambang atau BDP. Tanda khas dari kelainan ini adalah cara pandang, pola berpikir, dan perasaan yang cenderung berbeda dengan orang lain. 

Biasanya, pengidap BDP mengalami masalah dalam menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk menjalin hubungan dengan keluarga ataupun orang lain. Masa remaja dan awal dewasa rentan mengalaminya, dan bertahan sampai seseorang beranjak dewasa. Remaja yang erat dengan pubertas lazim mengalami perubahan suasana hati seperti ini. 

Emosi Labil adalah Tanda Gangguan Kepribadian Ambang

Lalu, benarkan emosi yang tidak stabil alias emosi labil adalah tanda utama dari gangguan kepribadian ambang? Ya, ternyata benar, dan kondisi ini terjadi dalam kurun waktu beberapa jam. Pengidap merasa hampa, kosong, dan sulit mengontrol emosi atau amarahnya. 

Selain itu, mereka yang memiliki kelainan kepribadian ini mengalami gangguan pola pikir dan persepsi. Mereka akan merasa seakan dirinya tidak pernah baik. Tidak jarang muncul perasaan takut diabaikan, sehingga pengidap melakukan tindakan yang terbilang nekat. 

Sementara itu, jika menjalin hubungan, pengidap gangguan kepribadian ambang sering menjalani hubungan yang terbilang intens, tetapi tetap jauh dari kata stabil. Biasanya, Ini 4 Pemicu Gangguan Mental Borderline Personality Disorder.

Pada beberapa kasus, seseorang dengan BPD juga sering menunjukkan perilaku impulsif. Perilaku ini cenderung membahayakan diri sendiri, melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, dan cenderung ceroboh. 

Seperti melukai diri sendiri, mencoba melakukan upaya bunuh diri, melakukan tindakan hubungan intim sebelum menikah, kelainan makan atau penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. 

Namun, tidak semua pengidap BDP mengalami gejala yang sama. Masing-masing akan mengalami gejala yang berbeda dan tidak semuanya mengalami emosi labil. Begitu pula dengan tingkat keparahan, frekuensi terjadinya gejala, dan durasi gejalanya juga beragam. 

Penyebab dan Komplikasi Gangguan Kepribadian Ambang

Sebenarnya, apa penyebab seseorang mengalami gangguan kepribadian ini? Ada banyak, termasuk faktor lingkungan, seperti pengalaman tidak menyenangkan atau perlakuan yang tidak menyenangkan. 

Selain itu, masalah kepribadian ini juga bisa terjadi karena faktor genetik, terjadinya kelainan pada otak, terutama pada area yang mengatur emosi dan impuls. Ada anggapan juga bahwa BPD yang terjadi pada seseorang berasal dari ciri kepribadian tertentu. 

Pengidap BPD harus mendapatkan penanganan. Jika tidak, banyak sekali komplikasi yang mungkin terjadi, seperti depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, gangguan makan, gangguan kepribadian bipolar, gangguan kecemasan berlebihan, ADHD, dan PTSD. 

Sementara itu, pada lingkungan sosial, pengidap terancam kehilangan pekerjaan, retaknya hubungan dengan rekan atau pasangan, hingga risiko kematian yang tinggi akibat bunuh diri. 

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.