Informasi Kesehatan

Alergi Telur adalah Penyakit Turunan, Benarkah?

013375000_1583729231-Alergi-Telur-shutterstock_1448368733.jpg

Catat, Ini Ciri-Ciri Cacingan pada Orang Dewasa

“Tiap jenis cacing bisa menimbulkan berbagai macam gejala…

Perlu Ketahui Gejala Radang Tenggorokan Akut

“Radang tenggorokan merupakan kondisi yang umum dialami, dan…

Mengenal COVID-19 Varian Omicron

COVID-19 varian Omicron pertama kali teridentifikasi di Afrika…

Alergi terjadi karena respon dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat yang biasanya tidak membahayakan yang dikenal dengan alergen. Reaksi ini muncul setelah alergen masuk ke dalam tubuh melalui makanan, sentuhan, atau hirupan langsung, misalnya alergi telur. Lalu, benarkah gangguan kesehatan satu ini terjadi karena diturunkan atau ada hal lainnya?

Alergi Telur, Bagaimana Bisa Terjadi?

Reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya alergi makanan. Dalam kasus alergi telur, sistem imunitas tubuh salah mengidentifikasi protein dalam telur sebagai suatu zat yang berbahaya. Ketika masuk ke dalam tubuh, antibodi memberikan sinyal untuk melepaskan histamin dan bahan kimia lain yang memicu terjadinya gejala alergi.

Baik bagian kuning maupun putih telur bisa memicu terjadinya alergi, tetapi dari keduanya, alergi telur di bagian putihnya lebih umum terjadi. Reaksi alergi telur ini dapat terjadi pada bayi yang sedang menyusu jika ibu mengonsumsi telur sebelumnya.

Gejala alergi telur bervariasi dari orang ke orang, dan biasanya terjadi tepat setelah telur selesai dikonsumsi. Gejalanya bisa berupa radang kulit atau gatal, hidung tersumbat, pilek, dan bersin, gejala pencernaan, kram mual, dan muntah. Gejalanya bisa berupa radang kulit atau gatal, hidung tersumbat, pilek, dan bersin, gejala pencernaan, kram mual, muntah, dan gejala-gejala asma (batuk, mengi, sesak napas).

Mungkinkah Penyakit Ini Diturunkan?

Faktanya, beberapa faktor tertentu yang memicu tingginya risiko terjadinya alergi telur, di antaranya:

  • Usia. Alergi telur paling rentan terjadi pada anak-anak. Seiring dengan bertambahnya usianya, sistem pencernaan anak menjadi lebih matang dan reaksi alergi terhadap makanan, termasuk telur akan semakin berkurang.

  • Dermatitis atopik. Anak-anak dengan jenis reaksi kulit ini lebih mungkin terserang alergi makanan seperti alergi telur dibandingkan anak-anak dengan jenis kulit yang normal.

  • Riwayat keluarga. Seseorang yang berisiko mengalami alergi telur jika salah satu atau kedua orangtuanya pernah mengalami hal yang sama, atau jenis alergi lainnya, seperti demam, gatal-gatal, atau eksim.

Meski begitu, alergi yang diturunkan tidak sama. Sederhananya, jika orangtua memiliki alergi makanan, dalam hal ini alergi telur, maka keturunannya memiliki risiko mengidap alergi, meskipun jenisnya bisa berbeda. Jadi, memang benar alergi diturunkan, tetapi bukan berarti anak mengalami alergi yang sama dengan orangtuanya.

Waspada Komplikasinya

Komplikasi alergi telur yang paling signifikan adalah mengalami reaksi alergi parah yang memerlukan suntikan epinefrin dan perawatan darurat. Reaksi sistem kekebalan yang sama yang menyebabkan kondisi lainnya. Jika kamu mengalami alergi telur, bisa saja orang tua kamu memiliki alergi terhadap makanan lain, alergi terhadap hewan peliharaan, atau asma.

 

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.