Kamu pasti tahu mainan yoyo, bukan? Nah, istilah diet yoyo diambil dari ciri khas mainan tersebut, yaitu turun dan naik. Jadi, diet yoyo adalah pola diet yang ditandai dengan penurunan dan peningkatan berat badan dalam waktu yang singkat. Untuk tahu penjelasan lengkap tentang diet yoyo, simak di sini, ya.
Diet yoyo adalah istilah untuk menggambarkan pola diet yang menyebabkan berat badan mengalami penurunan serta peningkatan secara berulang dalam kurun waktu yang singkat, sehingga berpotensi menjadi siklus.Umumnya, diet yoyo terjadi karena seseorang ingin menurunkan berat badannya dengan cepat pada waktu tertentu, misalnya untuk acara khusus. Namun, setelah itu, pola makan atau olahraga yang sebelumnya dilakukan dengan disiplin, kembali seperti sebelum melakukan diet, sehingga berat badan juga kembali meningkat.
Perlu diketahui, fluktuasi berat badan yang telah menjadi siklus, seperti pada diet yoyo, dapat membawa berbagai dampak negatif bagi kesehatan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
Saat sedang diet, berkurangnya masa lemak dalam tubuh akan membuat kadar hormon yang memberi sinyal kenyang dalam tubuh (hormon leptin) juga cenderung menurun.
Kondisi ini akan membuat tubuh kehilangan sinyal rasa kenyang tersebut, sehingga akan membuatmu merasa lebih sering lapar. Jika gagal mengendalikannya, maka kamu berpotensi untuk makan lebih banyak dan lebih sering. Dengan begitu, risiko terjadinya obesitas pun akan meningkat.
Turun naiknya berat badan dalam waktu yang singkat, seperti pada diet yoyo, disebut juga dapat memicu tubuh untuk mengolah makanan yang masuk menjadi lemak, bukan menjadi otot.
Hal ini dibuktikan oleh beberapa studi yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara diet yoyo dan peningkatan lemak tubuh, khususnya lemak pada perut.
Diet yoyo juga disebut dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit hati, seperti perlemakan hati. Alasannya, diet yoyo dapat memicu sel-sel pada organ hati untuk menyimpan lemak secara berlebihan.
Selain itu, tumpukan lemak pada organ hati juga dikaitkan dengan perubahan cara hati dalam memproses lemak dan gula dalam tubuh, sehingga kemudian dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Meningkatnya risiko penyakit jantung, khususnya penyakit jantung koroner, juga merupakan salah satu efek negatif yang bisa timbul akibat melakukan diet yoyo. Diet yoyo juga dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Jika terjadi terus-menerus, tekanan darah yang tinggi akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.
Tidak hanya membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik, diet yoyo juga dapat memengaruhi kondisi psikologis, lho.
Sebuah studi menyebutkan, turun naiknya berat badan dalam waktu yang singkat dapat membuat seseorang merasa frustasi, menurunnya rasa kepercayaan diri, bahkan mengalami depresi. Hal ini bisa terjadi karena orang tersebut merasa tidak mampu atau gagal untuk mempertahankan berat badan idealnya.
Mengingat banyaknya dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh diet yoyo, maka sebisa mungkin hindari pola penurunan berat badan jenis ini. Agar lebih sehat dan berat badan tetap terjaga, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan, yaitu:
Selain itu, saat kamu sedang stres atau sedang ada masalah, pilihlah coping mechanism yang sehat. Jangan biarkan emosimu mengendalikan kebiasaan makanmu yang umumnya akan berakhir ke pola makan tidak sehat.
Jadikan cara dan tips pola hidup sehat yang dijelaskan di atas sebagai gaya hidup atau kebiasaan. Dengan begitu, kamu tidak akan merasa terbebani dan berat badan akan lebih stabil.
Apabila kamu telah terjebak ke dalam diet yoyo atau tak kunjung berhasil menurunkan berat badan setelah melakukan berbagai usaha, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat sesuai kondisimu.
Sumber : Alodokter. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.