“Stres dapat memicu impotensi dengan mengganggu aliran darah dan fungsi hormonal. Tekanan emosional ini dapat merusak fungsi normal tubuh, sehingga mempengaruhi ereksi.”
Impotensi adalah istilah untuk menggambarkan disfungsi ereksi (DE) pada pria. Masalah ini rentan terjadi seiring dengan bertambahnya usia, biasanya dialami oleh pria di atas 20 tahun.
Salah satu penyebab umumnya adalah stres. Masalah psikologis ini membuat pria kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi saat sedang berhubungan seksual.
Ketahui fakta kaitan antara stres dan impotensi beserta langkah tepat pencegahannya di bawah ini!
Alasan Stres Bisa Memicu Impotensi
Ereksi dapat terjadi karena 3 hal, yaitu refleksif (rangsangan fisik), psikogenik (visual atau mental), dan nokturnal (saat tidur). Gangguan pada salah satu rangsangan atau proses tersebut dapat menyebabkan impotensi.
Ereksi juga terjadi karena kendali otak pada sistem saraf, pembuluh darah, otot, hormon, dan emosi. Faktanya, stres dapat mengubah dan memengaruhi cara otak dalam memberi sinyal pada respons fisik tubuh.
Stres dapat mengganggu cara otak mengirimkan pesan ke penis, sehingga area tersebut tidak mendapatkan aliran darah yang cukup untuk berereksi. Ini beberapa kondisi stres yang bisa menyebabkan impotensi:
- Stres menyebabkan kegugupan dan kecemasan. Hal ini mempengaruhi sekitar 90 persen remaja dan pria muda dan umumnya berlangsung singkat.
- Stres yang muncul akibat masalah hubungan pribadi dengan pasangan menyebabkan disfungsi ereksi pada pria paruh baya.
- Stres psikologis akibat kesepian dan kehilangan pasangan pada pria lanjut usia yang menyebabkan impotensi fisik.
Mau tahu penyebab lainnya yang bisa memengaruhi kesuburan? Baca di artikel ini: “Ini 5 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Memicu Masalah Kesuburan Pria”.
Ada juga peristiwa kehidupan yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan dan berujung pada impotensi, antara lain:
- Masalah atau kehilangan pekerjaan.
- Masalah hubungan dan konflik.
- Penyakit atau kehilangan orang yang dicintai.
- Ketakutan akan proses penuaan.
- Perubahan signifikan dari segi kesehatan.
- Beban keuangan.
Satu studi terhadap veteran dengan gangguan stres pasca trauma (PTSD) menemukan, bahwa PTSD meningkatkan risiko disfungsi ereksi lebih dari tiga kali lipat.
Stres dan kecemasan jangka panjang dapat meningkatkan kadar hormon tertentu dan mengganggu fungsi normal tubuh. Hal ini juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan lain yang memicu DE.
Langkah Penanganan yang Direkomendasikan
Salah satu langkah perawatan untuk mengatasi impotensi akibat stres adalah dengan melakukan terapi. Caranya dapat berupa:
- Konseling. Terapis akan membantu mengidentifikasi dan mengatasi faktor stres atau kecemasan, sehingga pengidap dapat mengelolanya.
- Terapi psikodinamik. Terapi ini melibatkan penanganan konflik bawah sadar untuk membantu menemukan akar penyebab DE.
- Terapi seks. Terapi ini berfokus pada kenikmatan sensasional daripada gairah dan aktivitas seksual. Hal ini bertujuan untuk mengurangi faktor stres dengan membangun kehidupan seks yang lebih baik.
- Terapi kecemasan seksual. Dokter akan menjelaskan DE kepada pasien secara lengkap untuk membantu mengurangi masalah, dan kekhawatiran yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.
Selain terapi, mencegah DE juga dapat kamu lakukan dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Ketahui selengkapnya dalam artikel ini: Ini 5 Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Impotensi.
Itulah fakta tentang stres yang dapat memicu impotensi. Silakan diskusikan dengan psikolog atau psikiater jika kamu mengatasinya agar hubungan romantis dengan pasangan tetap berjalan dengan baik.
sumber: Halodoc . . com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna