Informasi Kesehatan

Informasi Seputar Tonometri yang Perlu Anda Ketahui

tonometri-doktersehat.jpg

Manfaat Semangka untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Semangka merupakan buah dengan beragam manfaat. Manfaat semangka…

Ini Posisi Tidur saat Hidung Tersumbat yang Paling Direkomendasikan

Posisi tidur saat hidung tersumbat yang tepat mampu…

Cara Menghilangkan Daki dengan Bahan Alami

Cara menghilangkan daki dengan mandi menggunakan sabun saja…

Tonometri adalah tes yang bertujuan untuk mengukur tekanan di dalam mata. Tes ini biasanya dilakukan sebagai deteksi dini penyakit glaukoma. Tidak hanya itu, tonometri juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas pengobatan glaukoma.

Mata berisi cairan yang berguna untuk menyalurkan nutrisi ke jaringan mata dan mempertahankan bentuk mata. Cairan tersebut akan terus diproduksi dan cairan lama terkuras secara alami. Hal ini membuat tekanan di dalam mata menjadi seimbang.

Pada penderita glaukoma, cairan dalam mata diproduksi terlalu cepat atau terkuras terlalu lambat. Hal ini bisa meningkatkan tekanan di dalam mata. Jika dibiarkan, kondisi tersebut bisa menyebabkan kerusakan pada saraf optik dan masalah penglihatan yang dapat berujung pada kebutaan.

Tonometri merupakan tes yang dapat menilai tekanan dalam mata atau tekanan intraokular. Normalnya, tekanan di dalam mata berkisar antara 10?21 mmHg. Jika hasil tonometri menunjukkan nilai lebih tinggi dari itu, pasien bisa saja mengalami glaukoma.

Tekanan mata yang rendah biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, bila tekanannya lebih rendah dari 6 mmHg, pasien biasanya akan mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan berbayang.

Tujuan dan Indikasi Tonometri

Dokter dapat melakukan tonometri pada pasien yang mengalami gejala glaukoma di bawah ini:

  • Pandangan mata terbatas hanya pada bagian tengah
  • Kehilangan atau gangguan pandangan pada tepi lapang pandang
  • Mata merah dengan gangguan penglihatan
  • Nyeri mata yang parah hingga ke kepala, disertai mual dan muntah
  • Pandangan berbayang
  • Melihat pendaran pelangi di sekitar cahaya tertentu, seperti lampu mobil
  • Kehilangan penglihatan

Perlu diketahui bahwa seseorang yang telah didiagnosis terkena glaukoma tetap perlu menjalani tonometri secara rutin. Hal ini agar dokter bisa menilai efektivitas pengobatan yang diberikan.

Tonometri juga dapat dilakukan sebagai bagian dari skrining penyakit mata. Hal ini karena sebagian penyakit mata, termasuk glaukoma, tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Oleh sebab itu, pemeriksaan dini penting dilakukan agar tindakan yang tepat dapat diberikan dan komplikasi dapat dicegah.

Orang yang matanya sehat dan tidak punya keluhan disarankan untuk rutin menjalani pemeriksaan dan tonometri setidaknya 1 kali di usia 20-an dan 2 kali di usia 30-an. Seseorang mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan mata lebih sering jika memiliki kondisi di bawah ini:

  • Berusia lebih dari 40 tahun
  • Pernah mengalami cedera mata
  • Memiliki keluarga yang menderita glaukoma atau penyakit mata lain
  • Menderita rabun jauh atau rabun dekat
  • Memiliki kornea mata yang tipis
  • Menderita sakit kepala sebelah (migrain), tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Memiliki penyakit jantung atau diabetes
  • Menggunakan kortikosteroid, seperti dexamethasone atau budesonide, dalam jangka panjang

Jika Anda memiliki salah satu atau lebih kondisi di atas, konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal yang paling baik untuk Anda menjalani tonometri dan pemeriksaan mata lain.

Peringatan dan Larangan Tonometri

Kondisi yang membuat pasien tidak dapat menjalani tonometri antara lain:

  • Cedera yang menyebabkan kerusakan berat pada bola mata
  • Infeksi atau luka pada mata dan kornea
  • Ukuran silinder mata yang tinggi
  • Alergi terhadap bius lokal untuk mata atau fluorescein

Sebelum Tonometri

Pasien yang memakai lensa kontak perlu melepasnya sebelum menjalani tonometri. Setelah itu, dokter akan meneteskan cairan anestesi ke mata pasien agar tidak merasakan nyeri saat tes berlangsung. Obat bius ini akan bekerja dalam waktu 1 menit.

Prosedur Tonometri                            

Tonometri dilakukan oleh dokter dengan cara menekan bagian tengah mata pasien yang berwarna hitam (kornea) menggunakan alat khusus bernama tonometer. Alat ini memiliki berbagai macam bentuk dengan cara penggunaan yang berbeda-beda.

Berikut adalah penjelasan mengenai prosedur tonometri yang sering dilakukan:

Tonometri Goldmann

Metode ini dinilai sebagai tonometri yang paling akurat. Dalam prosedur tonometri Goldmann, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Meneteskan cairan anestesi dan pewarna pada mata pasien
  • Meminta pasien duduk, serta memosisikan dagu dan dahi ke slit lamp, yaitu alat dengan lampu khusus untuk melihat bagian dalam mata
  • Menahan kelopak mata pasien agar tetap terbuka ketika lampu disorotkan ke mata
  • Memajukan tonometer secara perlahan untuk menekan kornea mata pasien
  • Membaca nilai tekanan dalam mata melalui alat tersebut
  • Mengulangi langkah-langkah di atas pada mata yang satunya

Tonometri Schiotz

Tonometri Schiotz dilakukan menggunakan alat khusus berbahan metal. Langkah-langkah yang dilakukan dokter dalam prosedur tonometri Schiotz adalah:

  • Meminta pasien berbaring dan melihat pada satu titik fokus di atasnya
  • Memberikan obat bius pada mata pasien
  • Menahan salah satu kelopak mata pasien agar tetap terbuka
  • Meletakkan tonometer secara perlahan ke kornea mata pasien
  • Membaca nilai tekanan pada tonometer

Tonometri tanpa kontak

Tonometri tanpa kontak memanfaatkan alat khusus yang dapat mengembuskan udara untuk menekan kornea mata. Tes ini umum digunakan untuk pemeriksaan pada anak-anak karena lebih nyaman dan mudah dilakukan.

Dengan menggunakan tonometer khusus, dokter akan melakukan prosedur tonometri tanpa kontak dengan cara sebagai berikut:

  • Meminta pasien duduk dan melihat lurus ke depan
  • Menembakkan gumpalan udara ke kornea mata pasien
  • Membaca tekanan di dalam mata melalui tonometer setelah prosedur selesai dilakukan
  • Mengulangi langkah-langkah di atas pada mata yang belum diperiksa

Tonometri elektronik

Dokter akan melakukan tonometri elektronik dengan tahap-tahap berikut:

  • Meminta pasien duduk atau berbaring
  • Meneteskan cairan anestesi ke salah satu mata pasien
  • Mengarahkan pasien untuk melihat pada 1 titik fokus di depannya
  • Mengetukkan ujung tonometer elektronik pada kornea mata pasien beberapa kali
  • Membaca hasil tonometri melalui tonometer
  • Mengulangi langkah di atas pada mata yang satunya

Selama menjalani tonometri, pasien tidak akan merasakan nyeri. Namun, pada metode tonometri tanpa kontak, pasien mungkin merasakan sedikit tekanan pada mata akibat embusan gumpalan udara.

Setelah Tonometri

Tes tonometri biasanya berlangsung selama 1?2 menit dan hasilnya dapat segera diketahui saat itu juga. Apabila hasil tonometri menunjukkan nilai lebih dari 21 mmHg, dokter akan melakukan tes lain untuk menunjang diagnosis, seperti:

  • Tes lapang pandang
  • Pemindaian struktur mata
  • Pemeriksaan saraf optik

Pemeriksaan penunjang diperlukan karena nilai tekanan mata yang tinggi tidak berarti pasien pasti mengalami glaukoma. Jika tekanan mata tinggi tetapi saraf optik tampak normal, pasien dikatakan mengalami hipertensi okular. Bukan hanya itu, peningkatan tekanan di dalam mata juga bisa saja terjadi akibat peradangan atau cedera pada mata.

Efek Samping dan Komplikasi Tonometri

Tes tonometri aman untuk dilakukan dan tidak memiliki efek samping. Metode tonometri yang kontak langsung dengan kornea mungkin dapat menyebabkan goresan kecil pada kornea. Meski begitu, goresan tersebut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.

sumber: Halodoc . . com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna