“Masalah pada tumbuh kembang anak dapat terjadi karena banyak faktor, salah satunya adalah cacingan. Jika anak mengalami cacingan, ibu bisa memberikan obat cacing yang efektif, salah satunya obat dari Combantrin.”
Infeksi karena cacing menjadi kondisi kesehatan yang paling umum terjadi pada anak. Masalah ini lebih rentan menyerang anak yang mengalami kemiskinan ekstrem di negara berkembang.
Inilah mengapa, orang tua perlu tahu bagaimana ciri-ciri anak cacingan. Sebab, cacingan yang terjadi pada anak adalah ancaman kesehatan utama di tingkat global terhadap anak.
Infeksi bisa terjadi ketika anak mengalami kontak langsung dengan telur cacing dari makanan, minuman, atau benda. Bahkan, apabila anak tidak mencuci tangan, infeksi bisa menyebar ke orang lain.
Sebagian besar kasus anak yang mengalami cacingan tidak menunjukkan gejala yang serius dan berbahaya.
Bahkan, orang tua bisa tidak menyadari gejalanya karena mirip masalah kesehatan lainnya.
Namun, orang tua tetap perlu tahu apa saja ciri-ciri anak cacingan. Gejala yang paling khas adalah anak mengalami penurunan nafsu makan.
Selain itu, ciri-ciri anak cacingan lainnya termasuk:
Jika terdapat ciri-cirinya, ibu bisa menggunakan rekomendasi obat cacing di sini: 7 Rekomendasi Obat Cacing yang Manjur untuk Anak dan Orang Dewasa
Ada berbagai faktor yang dapat memicu infeksi cacing pada anak.
Misalnya, tidak cuci tangan sebelum makan, kebiasaan menggigit kuku, jajan sembarangan, kontak dengan orang terinfeksi, dan mengonsumsi buah atau sayuran yang belum dicuci bersih, atau mengonsumsi makanan yang tidak higienis atau tidak matang sempurna, bahkan dapat tertular dari hewan peliharaan, tidak memakai alas kaki saat bermain di luar.
Cacing bisa masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara.
Contohnya, dari makanan atau sentuhan seperti ketika tangan bersentuhan dengan tanah atau tinja yang mengandung telur cacing.
Kemudian, telur cacing tersebut tersebut masuk ke dalam mulut ketika anak makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Ketika sudah berada di dalam, telur cacing akan menetas pada usus kecil dan bergerak menuju anus. Nah, cacing yang sudah menetas bisa tertinggal di dalam usus.
Tampilan fisiknya tampak seperti benang berwarna putih.
Panjangnya berkisar satu sentimeter dan hidup pada usus bagian bawah. Satu ekor cacing betina dapat bertelur hingga 16 ribu butir.
Telur ini juga menjadi penyebab infeksi. Penyebaran terjadi ketika anak menggaruk pantat (karena gatal) dan tidak langsung mencuci tangan.
Hal ini menyebabkan telur-telur cacing tersangkut pada kuku.
Cacing yang tersangkut pada kuku ini yang menjadi penyebab penyebaran penyakit ke orang lain. Guna menekan penyebarannya, ibu bisa mengajarinya bagaimana langkah menjaga kebersihan dengan baik.
Infeksi cacingan bisa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Inilah sebabnya, setelah mengetahui ciri-ciri cacingan pada anak, ibu juga perlu mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi parasit satu ini.
Pastikan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
Ibu bisa melakukannya dengan mengajari cara mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Ajak juga Si Kecil melakukan aktivitas ini setelah bermain, sebelum makan, dan setelah menggunakan kamar mandi.
Ibu perlu mengajari anak mengganti pakaian setiap hari, terutama setelah ia bermain di luar ruangan.
Jangan lupa mandi terlebih dulu supaya kotoran dan telur cacing yang menempel di tubuh hilang.
Telur cacing bisa tinggal dan menetap di bawah kuku anak. Jadi, ibu perlu memotong kukunya secara berkala. Apalagi jika anak sering bermain tanah atau pasir di luar ruangan.
Anak yang terinfeksi cacing sering mengalami gangguan dalam penyerapan nutrisi, yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Itu sebabnya, jangan abaikan kondisi ini dan segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
Sumber: halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.