“Sakit tenggorokan merupakan keluhan kesehatan yang disebabkan oleh infeksi virus bakteri, paparan polusi, atau asap rokok. Cara mengatasinya tentunya harus disesuaikan dengan penyebabnya.”

Sakit tenggorokan sangat umum dijumpai dan biasanya disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi virus bakteri, hingga iritasi akibat polusi udara ataupun rokok. Ketika sakit tenggorokan, tenggorokan akan menjadi lebih sensitif terhadap gesekan sehingga dapat menyebabkan rasa sakit ketika menelan.

Lantas, apa saja sih penyebab sakit tenggorokan dan cara mengatasinya? Berikut penjelasannya!

Kenali  Penyebab Sakit Tenggorokan

Sakit tenggorokan ditandai dengan peradangan di area tenggorokan yang biasanya menimbulkan sensasi sakit dan gatal ketika menelan. Meskipun kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya, sakit tenggorokan yang tidak ditangani akan menyebabkan ketidaknyamanan menelan yang terus berlanjut.

Nah, penting untuk mengetahui penyebab sakit tenggorokan terlebih dahulu sebelum menentukan hal yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Berikut beberapa penyebab sakit tenggorokan:

1. Infeksi virus atau bakteri

Penyebab sakit tenggorokan yang paling umum adalah infeksi virus atau bakteri. Jenis virus yang biasanya menyebabkan sakit tenggorokan adalah virus influenza yang juga menyebabkan flu dan pilek. Sedangkan bakteri yang sering mengakibatkan infeksi pada tenggorokan adalah bakteri jenis streptokokus.

2. Iritasi akibat polusi udara maupun asap rokok

Selanjutnya adalah sakit tenggorokan yang disebabkan oleh polusi udara atau asap rokok. Kedua zat iritan tersebut dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan yang dapat memperburuk peradangan. Oleh karena itu, penting untuk memakai masker agar meminimalisir paparan polusi atau asap rokok.

3. Reaksi alergi

Selain itu, beberapa orang juga mengalami sakit tenggorokan sebagai bentuk respons terhadap alergi. Pasalnya, beberapa zat asing seperti serbuk sari, debu, maupun bulu binatang dapat memicu sensasi gatal pada tenggorokan.

4. Dehidrasi

Penyebab selanjutnya adalah kondisi ketika tubuh sedang kekurangan cairan atau dehidrasi. Dehidrasi ini dapat membuat tenggorokan menjadi kering sehingga lebih rentan terhadap iritasi. 

5. Sindrom refluks asam lambung (GERD)

Terakhir adalah GERD yang merupakan suatu kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus). Apabila pergerakan asam lambung tersebut terjadi secara berulang, hal ini dapat menyebabkan asam lambung berkontraksi dengan jaringan tenggorokan, terutama area belakang tenggorokan, dan memicu rasa sakit ketika menelan.

Cara Mengatasi Sakit Tenggorokan

Ada beberapa langkah yang dapat kamu ambil untuk meminimalisir sensasi gatal-gatal dan kesulitan menelan, di antaranya: 

1. Konsumsi obat sakit tenggorokan

Apabila kamu ingin mengobati sakit tenggorokan secara lebih cepat namun efektif, kamu bisa mengonsumsi obat tenggorokan. Obat tenggorokan biasanya mengandung pereda nyeri sehingga peradangan pun dapat teratasi lebih cepat. Meskipun begitu, tetap patuhi aturan pemakaian sesuai dengan anjuran dokter maupun dosis yang tertera pada kemasan ya!

2. Perbanyak air putih

Penting untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh dengan memperbanyak air putih. Air putih dapat melembabkan tenggorokan sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, air putih juga dapat mengencerkan lendir yang dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit di tenggorokan.

3. Hindari makanan panas dan pedas

Yang terakhir dan tentunya tidak kalah penting adalah menghindari makanan panas dan pedas. Kedua jenis makanan ini dapat melukai dinding tenggorokan dan menyebabkan iritasi semakin memburuk. 

Ketika mengalami sakit tenggorokan, penting untuk memilih makanan yang memiliki tekstur lunak agar mudah dicerna tubuh.

Sumber: halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.