Informasi Kesehatan

Anemia Megaloblastik Memicu Terjadinya Kanker Lambung

penyebab-dan-cara-mengatasi-anemia-megaloblastik.jpg

Pentingnya Hormon Insulin dalam Mengendalikan Gula Darah

Hormon insulin merupakan bagian penting dari sistem metabolisme…

Pasta Gigi Bisa Mengobati Luka Bakar, Mitos atau Fakta?

Penggunaan pasta gigi untuk mengatasi luka bakar sudah…

Radang Tenggorokan Bisa Kambuh karena Alergi

“Radang tenggorokan bisa saja disebabkan karena virus tapi…

"Anemia memiliki banyak jenisnya, salah satunya adalah anemia megaloblastik. Anemia jenis ini dikenal sebagai anemia defisiensi folat yang ditandai dengan bentuk sel darah merah yang terlalu besar dari bentuk normal. Adanya gangguan sel darah merah berkorelasi dengan peningkatan risiko kanker lambung. Anemia megaloblastik ditandai dengan sesak napas, kelemahan otot, kulit pucat, dan diare." 

Kamu mungkin tidak asing dengan penyakit anemia. Anemia adalah kelainan darah ketika jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal. Sel darah merah berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah, jaringan dan organ tidak mendapatkan oksigen yang cukup, sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

Tahukah kamu bahwa anemia ada banyak jenisnya? Salah satunya adalah anemia megaloblastik. Anemia jenis ini dikenal sebagai anemia defisiensi folat yang ditandai dengan bentuk sel darah merah yang terlalu besar dari bentuk normal. Anemia megaloblastik yang tidak diatasi dengan baik nyatanya berisiko alami kanker lambung. Benarkah? Yuk, simak ulasannya, di sini!

Alasan Anemia Megaloblastik Memicu Kanker Lambung

Anemia megaloblastik muncul ketika sel darah merah tidak diproduksi dengan benar. Karena sel-selnya terlalu besar, mereka mungkin tidak dapat keluar dari sumsum tulang untuk memasuki aliran darah dan mengirimkan oksigen. Lantas, apa hubungannya dengan kanker lambung? Sel-sel tertentu dalam lapisan perut umumnya membuat zat yang disebut faktor intrinsik (IF). IF dibutuhkan oleh tubuh untuk menyerap vitamin B12 dari makanan yang dikonsumsi.

Orang-orang yang tidak memiliki cukup IF bisa mengalami kekurangan vitamin B12 yang tentunya memengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat sel-sel darah merah baru. Terganggunya pembuatan sel-sel darah merah menyebabkan masalah-masalah lain juga. Kurangnya sel darah merah berkorelasi dengan peningkatan risiko kanker lambung.

Beberapa gejala anemia megaloblastik ternyata berhubungan dengan masalah pencernaan yang disebabkan defisiensi vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 ternyata memicu kerusakan saraf dan masalah neurologis. Bila kondisi ini dibiarkan, anemia megaloblastik akan memicu penurunan kekuatan tulang dan perkembangan kanker lambung.

Gejala Anemia Megaloblastik

Gejala anemia megaloblastik yang paling umum adalah kelelahan. Gejala dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi gejala umumnya, yaitu:

1.Sesak napas;

2.Kelemahan otot;

3.Kulit pucat;

4.Lidah bengkak (glossitis);

5.Kehilangan nafsu makan;

6.Penurunan berat badan;

7.Diare;

8.Mual;

9.Detak jantung cepat;

10.Lidah menjadi halus atau lembut;

11.Kesemutan di tangan dan kaki;

12.Mati rasa pada ekstremitas.

Kalau kamu mengalami gejala yang mirip seperti di atas, periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya

Pencegahan Kanker Lambung pada Pengidap Anemia Megaloblastik

Pengidap anemia megaloblastik yang disebabkan karena kekurangan vitamin B-12 atau folat dapat mengatasi gejala-gejalanya dan merasa lebih baik dengan perawatan berkelanjutan dan suplemen nutrisi. Kondisi ini berisiko menyebabkan kanker lambung, pengidap anemia megaloblastik perlu rutin melakukan cek kesehatan. Tes genetik tersedia untuk menentukan apakah pengidap memiliki mutasi genetik MTHFR.  

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.