Apakah kamu pernah merasa otot leher terasa kaku? Atau merasa gerakan kepala menjadi terbatas, sehingga kepala sulit berpaling ke samping, atau melihat ke atas dan bawah? Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, kamu perlu mengkhawatirkannya. Kondisi ini disinyalir merupakan gejala awal penyakit tortikolis. Untuk penjelasan lebih lengkapnya, baca ulasan berikut ini!
Tortikolis adalah gangguan leher yang menyebabkan kepala miring, yakni saat dagu mengarah ke salah satu bahu sementara kepala mengarah ke sisi satunya. Apabila sudah kronis, penyakit ini menimbulkan rasa nyeri, sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari. Maka dari itu, kamu harus tahu fakta tentang gangguan ini agar dapat mengatasinya dengan tepat.
Faktanya, penyakit tortikolis yang membuat otot leher kaku adalah kondisi bawaan sejak lahir yang disebut tortikolis otot kongenital. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat terjadi setelah lahir karena masalah medis tertentu. Selain mengganggu aktivitas harian, penyakit ini dapat membuat orang-orang depresi karena pandangan sosial dari bentuk dan postur leher yang kaku.
Dokter juga tidak yakin alasan beberapa bayi mengalami tortikolis dan ada juga yang tidak. Hal ini mungkin berhubungan dengan kram di dalam rahim atau posisi janin yang tidak biasa, seperti sungsang atau bokong bayi menghadap jalan lahir. Selain itu, penggunaan forsep atau alat vakum saat melahirkan juga dapat membuat bayi lebih rentan untuk mengalami gangguan ini.
Selain otot leher yang kaku, beberapa gejala lainnya juga dapat disebabkan oleh tortikolis. Gejala tortikolis dapat terjadi perlahan, meski dapat berbeda-beda pada setiap orang. Sementara pada bayi, gejala biasanya muncul saat ia mulai bisa mengendalikan gerakan leher dan kepala. Seiring waktu, gejala bisa semakin parah. Inilah beberapa gejala yang nampak pada pengidap tortikolis, antara lain:
Jika kamu kerap merasakan kekakuan pada otot leher, ada baiknya untuk memeriksakan penyebabnya dengan pemesanan pemeriksaan pada rumah sakit
Setelah mengetahui gejalanya, kamu juga perlu tahu segala hal yang dapat menyebabkan tortikolis. Hingga kini para peneliti belum mengetahui penyebab pastinya, tetapi beberapa orang percaya bahwa tortikolis disebabkan oleh kerusakan pada otot leher. Namun beberapa hal dapat menyebabkan penyakit ini muncul, seperti gangguan pada tulang belakang bagian atas, atau kerusakan pada sistem saraf.
Selain itu, tortikolis bisa disebabkan karena radang bantalan tulang belakang, jaringan parut hingga tumor. Hingga kini beberapa orang masih memperdebatkan tortikolis adalah penyakit turunan atau bukan. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat muncul beberapa hari setelah kepala dan leher terluka, atau beberapa bulan setelah kecelakaan terjadi.
Faktanya, tortikolis bisa dialami oleh bayi sejak dalam kandungan. Kondisi ini terjadi saat ada kelainan pada posisi leher semasa bayi di dalam kandungan. Posisi leher yang tidak tepat ini menyebabkan kerusakan pada otot leher, sehingga mengganggu aliran darah pada leher seiring pertumbuhan bayi di dalam rahim.
Selain itu, beberapa bayi dengan gangguan tortikolis juga dapat mengalami displasia perkembangan pinggul, kondisi lain yang disebabkan oleh posisi yang tidak biasa di dalam rahim atau persalinan yang sulit. Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terkait posisi janin di dalam rahim agar dapat menurunkan risiko tortikolis dan juga displasia perkembangan pinggul.
Penanganan tortikolis perlu dilakukan sedini mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Untuk tortikolis kongenital, pengidap dapat melakukan perawatan menggunakan alat penyangga untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu. Beberapa gerakan akan diajarkan untuk membantu memanjangkan otot leher yang mengeras atau pendek, serta menguatkan otot leher pada sisi yang satunya. Perawatan ini cukup ampuh, apalagi jika diterapkan pada bayi sejak usia 3 bulan.
Untuk tortikolis yang disebabkan kerusakan sistem saraf, tulang belakang, atau otot, dapat ditangani sesuai penyebabnya. Pengobatan bisa dilakukan menggunakan pemanas atau memijat leher untuk meredakan rasa nyeri. Pasien juga dapat melakukan latihan peregangan atau menggunakan penyangga leher untuk mengatasi otot yang tegang, serta menjalani fisioterapi.
Beberapa obat, seperti pelemas otot, pereda nyeri, atau suntikan botulinum toxin atau botox juga dapat diulang tiap beberapa bulan. Apabila tidak ada hasil, maka dokter dapat menganjurkan prosedur operasi. Tujuan prosedur ini untuk memperbaiki tulang belakang yang tidak normal, memperpanjang otot leher, memotong otot atau saraf leher, serta menggunakan stimulasi otak dalam untuk mengganggu sinyal saraf, yang dilakukan pada distonia tengkuk yang sangat parah.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurn