“Radang tenggorokan bisa saja disebabkan karena virus tapi bisa juga karena alergi. Kalau radang tenggorokanmu sering kambuh, bisa jadi kamu alergi terhadap sesuatu. Bisa karena udara, makanan, ataupun paparan debu. Cara supaya radang tenggorokan tidak kambuhan adalah dengan menghindari pemicu alergi. Kamu bisa menggunakan obat antialergi dan menerapkan beberapa pola hidup seperti minum air putih, konsumsi cairan hangat, dan menghindari makanan yang dapat meningkatkan refluks asam.”
Sakit tenggorokan merupakan kondisi yang terjadi ketika adanya gangguan pada tenggorokan, salah satunya peradangan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala gatal di tenggorokan yang disertai dengan batuk dan kesulitan menelan.
Radang tenggorokan bisa disebabkan oleh beberapa hal, tetapi dua penyebab umumnya adalah virus dan bakteri. Selain itu, radang tenggorokan juga bisa muncul sebagai reaksi alergi. Hal ini yang menyebabkan penyakit ini sering kambuh. Baca selengkapnya di sini!
Seperti penjelasan di atas, radang tenggorokan yang kambuhan bisa dikarenakan kondisi alergi. Itu terjadi ketika tubuh merespon zat penyebab alergi alias alergen, sehingga radang tenggorokan muncul sebagai gejalanya.
Hasil dari paparan alergen akan menyebabkan hidung tersumbat dan sinus mengalir ke tenggorokan. Ini yang memicu rasa sakit yang menggelitik atau gatal. Radang tenggorokan karena alergi bisa memicu gejala lain seperti:
Banyak alergi, seperti alergi serbuk sari, bersifat musiman. Itulah sebabnya radang tenggorokan bisa kambuhan. Alergi juga bisa dikarenakan tungau debu, jamur dan lumut, bulu hewan peliharaan, terutama bulu kucing dan anjing, serta asap rokok.
Mencegah alergi sangat penting dalam mengurangi sakit tenggorokan supaya tidak kambuh. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menghindari paparan terhadap alergen sebisa mungkin. Selain itu, hindari hal-hal yang bisa mengiritasi tenggorokan seperti asap rokok dan bulu hewan peliharaan.
Tutup jendela atau kenakan masker untuk melindungi diri dari alergen di udara. Namun, kamu tidak bisa selalu menghindari alergen. Karenanya pada kondisi tertentu kamu membutuhkan obat-obatan dan suntikan alergi.
Antihistamin yang dijual bebas seperti loratadine (Claritin) dan cetirizine (Zyrtec), dapat dikonsumsi setiap hari selama kamu terpapar alergen. Obat-obatan ini bekerja dengan mencegah tubuh untuk meningkatkan respons berbasis histamin terhadap alergen yang menyerang sistem tubuh. Kamu juga bisa menggunakan dekongestan atau semprotan hidung untuk membantu mencegah postnasal drip yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan.
Selain obat-obatan medis, kamu juga bisa menerapkan pengobatan natural seperti:
Air selalu direkomendasikan untuk setiap masalah gangguan tenggorokan. Minum banyak cairan tidak hanya membantu menjaga kelembapan tenggorokan, tetapi juga membantu mengencerkan lendir.
Cairan hangat, seperti sup dan teh panas, dapat memberikan kenyamanan pada sakit tenggorokan. Berkumur dengan air garam hangat juga dapat membantu menenangkan radang tenggorokan. Jauhi minuman berkafein saat sakit tenggorokan karena kafein dapat semakin mengiritasi radang yang sudah ada.
Refluks asam terjadi ketika asam yang diproduksi oleh perut masuk ke tenggorokan sehingga memicu sakit tenggorkan. Artinya, makanan yang memicu refluks asam bisa memperburuk sakit tenggorokan.
Untuk itu kamu disarankan untuk menghindari soda, gorengan, dan buah seperti jeruk dan lemon. Jangan tidur satu jam setelah makan karena ini dapat meningkatkan refluks dan mulas.
Tidak terlalu banyak bicara apalagi dengan suara keras selama radang tenggorokan juga dapat membantu proses penyembuhannya.
Jika kamu mengalami sakit tenggorokan disertai demam dan nyeri tubuh, kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi virus, seperti pilek atau flu.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.