Bersin biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sering kali tak tertahankan. Namun, ada kalanya kita menahan bersin untuk menjaga kenyamanan orang di sekitar, terutama saat berada di tempat umum. Di sisi lain, menahan bersin ternyata dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Bersin merupakan cara alami tubuh untuk mengeluarkan atau membuang benda asing yang menyebabkan gangguan di hidung dan tenggorokan. Benda asing tersebut bisa berupa banyak hal, misalnya debu, gas kimia, hingga virus atau bakteri. Karena alasah inilah bersin sebaiknya jangan ditahan.
Saat benda asing masuk ke dalam hidung, sistem saraf di dalam rongga hidung akan mengirim sinyal ke otak untuk menyampaikan bahwa terdapat sesuatu yang mengganggu di hidung. Otak merupakan pusat pengatur proses terjadinya bersin.
Setelah menerima sinyal tersebut, otak akan mengirimkan pesan kepada otot-otot tubuh, seperti otot dada, otot perut, diafragma, otot pita suara, otot tenggorokan bagian belakang, dan otot kelopak mata, untuk bersiap-siap mengeluarkan benda asing di hidung.
Ketika akan bersin, hidung umumnya terasa sedikit gatal, lalu Anda akan sedikit menguap untuk menambah tekanan udara di dalam hidung. Setelah itu, otot-otot tubuh akan bekerja sama untuk mengeluarkan benda asing di hidung dan keluarlah suara ‘hachiiimm’.
Saat bersin, setidaknya 100 ribu kuman dan virus dapat tersebar ke udara dengan kecepatan 160 km per jam. Beberapa contoh virus yang bisa menular melalui bersin adalah virus Corona dan influenza.
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya reaksi bersin, antara lain:
Alergi terjadi karena reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda atau zat tertentu, misalnya kutu, tungau, bulu hewan, serbuk sari, asap rokok, parfum, atau debu.
Ketika Anda terpapar faktor pencetus alergi (alergen), hidung akan terasa gatal dan tubuh akan berusaha untuk mengeluarkan pencetus alergi tersebut. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan orang sering bersin karena alergi adalah rhinitis alergi.
Bersin juga bisa terjadi karena adanya iritasi atau peradangan di hidung, misalnya karena infeksi. Beberapa penyakit atau kondisi yang sering menyebabkan terjadinya bersin adalah pilek, flu, dan rhinitis.
Selain itu, bersin juga bisa terjadi ketika seseorang menghirup zat atau gas yang dapat menyebabkan iritasi hidung, misalnya serbuk cabe atau lada. Ini dikarenakan kedua benda tersebut mengandung piperin, yaitu senyawa kimia yang menghasilkan rasa pedas.
Mencabut bulu di area wajah, seperti alis atau kumis, juga bisa memicu saraf pada wajah untuk mengirimkan sinyal bersin ke otak, sehingga menghasilkan reaksi bersin tersebut.
Berolahraga juga diketahui dapat memicu bersin pada sebagian orang. Hal ini dikarenakan saat berolahraga, aliran darah ke hidung akan berkurang dan membuat hidung menjadi lebih kering dan mudah bersin.
Selain itu, ketika berolahraga, seseorang akan menarik napas lebih cepat guna mencukupi kebutuhan oksigen tubuh. Hal ini bisa membuat benda asing, seperti debu, lebih banyak terhirup dan membuat hidung lebih mudah bersin.
Pada beberapa orang, bersin-bersin juga bisa terjadi saat berhubungan intim atau orgasme dan masalah psikologis tertentu, seperti stres. Selain itu, paparan sinar matahari terkadang juga bisa memicu bersin.
Beberapa dari Anda mungkin saja merasa tidak enak untuk bersin karena khawatir mengganggu orang-orang di sekitar, terlebih di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Meski demikian, menahan bersin bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang bisa saja terjadi saat seseorang sering menahan bersin:
Saat hendak bersin, tekanan udara di hidung, tenggorokan, dan tuba eustachius di dekat telinga akan meningkat. Jika tubuh tidak mengeluarkan udara tersebut melalui bersin, tekanan udara yang tinggi di dalam rongga kepala bisa tertahan dan hal ini dapat mengganggu pendengaran.
Kondisi ini bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari atau minggu. Namun, pada kasus yang parah, hal ini bisa menyebabkan terjadinya luka di gendang telinga, sehingga perlu ditangani dengan pembedahan.
Bersin berfungsi untuk membersihkan hidung dari berbagai benda asing di dalam hindung, termasuk bakteri dan virus. Apabila bersin sering ditahan, bakteri dan virus akan berdiam di dalam hidung, sehingga bisa menimbulkan infeksi. Pada kasus tertentu, infeksi ini bisa menyebar hingga ke telinga.
Bersin yang tertahan akan membuat tekanan udara di dalam rongga wajah meningkat. Hal ini bisa membuat pembuluh darah kecil yang terletak di mata, hidung, dan sekitar gendang telinga berisiko untuk pecah.
Cedera ini bisa menyebabkan gejala berupa muncul bintik merah pada mata, mimisan, atau keluar darah dari telinga.
Diafragma adalah otot yang memisahkan dada dan perut. Otot ini berperan penting dalam proses pernapasan, batuk, muntah, dan bersin. Cedera di bagian ini karena menahan bersin sangat jarang terjadi. Namun, apabila terjadi, kondisi ini bisa berbahaya dan mengganggu pernapasan.
Selain cedera pada diafragma, menahan bersin juga berisiko mengakibatkan cedera pada tenggorokan yang ditandai dengan kesulitan berbicara atau menelan makanan. Pada kasus yang lebih parah, kebiasaan menahan bersin dapat menyebabkan pecahnya aneurisma otak dan cedera pada tulang rusuk.
Karena bisa menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan, Anda disarankan untuk tidak menahan bersin. Agar tidak mengganggu kenyamanan orang di sekitar, Anda bisa melakukan beberapa etika bersin dan batuk berikut ini:
Intinya, bersin adalah hal yang wajar dan sebaiknya tidak ditahan. Bersin bisa menjaga tubuh agar tetap sehat, karena aktivitas ini merupakan bagian penting dari mekanisme perlindungan tubuh. Jika Anda bersin, tubuh akan membersihkan hidung dari bakteri dan virus.
Apabila Anda sering bersin dan sulit mengendalikannya, atau jika terdapat keluhan lain yang sering muncul menyertai bersin, seperti sakit kepala, nyeri telinga, mimisan, demam, atau sesak napas, sebaiknya konsultasikan masalah ini ke dokter agar bisa diobati dengan tepat.
Sumber : Alodokter . com