Informasi Kesehatan

Sebabkan Kelumpuhan, Ini Bahaya Bercanda Tarik Kursi

Sebabkan_Kelumpuhan,_Ini_Bahaya_Bercanda_Tarik_Kursi.jpg

Inilah Pemeriksaan yang Bisa Mendeteksi Anemia

Pernahkah kamu merasa pusing, lemas, dan sering mengantuk?…

Baking Soda dan Baking Powder, Ketahui Perbedaan dan Manfaatnya

“Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara baking soda…

Inilah 3 Hal yang Perlu Diketahui tentang Dokter Forensik

“Keberadaan dokter forensik sangat membantu kepolisian dalam melakukan…

“Menarik kursi orang yang sedang duduk seringkali dijadikan bahan bercandaan. Padahal tindakan tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan. Karenanya, dibutuhkan kesadaran untuk tidak melakukan aktivitas berbahaya tersebut.”

Bercanda merupakan hal normal yang dapat meningkatkan dan membangun suasana menjadi menyenangkan. Namun, penting untuk memperhatikan bercandaan apa yang akan kita lakukan. Jangan sampai maksud hati membuat orang lain bahagia ternyata menyebabkan bahaya, terlebih bagi kesehatan.

Akhir-akhir ini, sering kali terjadi menarik kursi teman yang akan duduk. Padahal, aktivitas ini dapat menjadi sangat berbahaya dan dapat menyebabkan cedera serius bahkan sampai dapat mengalami kelumpuhan.

Meskipun awalnya hanya iseng sebagai lelucon, ini menjadi hal yang berbahaya. Karenanya, lebih baik menghindari kegiatan yang terlihat sepele dan menyenangkan padahal bisa menimbulkan bahaya seperti kelumpuhan.

Cedera Tulang Belakang Dapat Sebabkan Kelumpuhan

Tubuh manusia tersusun dari sistem saraf yang kompleks dan dapat berfungsi dengan baik agar dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf tersebut atau kehilangan kemampuan untuk menggerakkan sebagian maupun seluruh bagian tubuh.

Salah satunya, seperti guyonan menarik kursi orang yang akan duduk yang sebetulnya dapat menyebabkan permasalahan yang serius. Kelumpuhan yang terjadi akibat cedera tulang belakang saat seseorang jatuh atau terhimpit ketika kursinya ditarik dengan tiba-tiba.

Cedera tulang belakang yang serius dapat menghambat atau bahkan menghentikan aliran sinyal yang mengontrol gerakan dari otak ke bagian tubuh yang bersangkutan. Sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh tertentu atau seluruh tubuh.

Kelumpuhan dapat terjadi ketika terdapat kerusakan pada sistem saraf yang mengontrol gerakan tubuh. Cedera pada tulang belakang atau otak dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan mengakibatkan kelumpuhan. Hal ini dapat terjadi saat seseorang jatuh dari ketinggian atau terkena benturan pada bagian belakang tubuh. Selain itu, cedera pada otak juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti stroke ataupun cedera kepala yang parah.

Tindakan Mencegah Terjadinya Kelumpuhan

Untuk mencegah terjadinya cedera serius, butuh pencegahan yang tepat. Pertama, hindari melakukan aktivitas ini sama sekali.

Jika kamu melihat orang yang akan menarik kursi temannya, sebaiknya disarankan untuk menghentikan aktivitas tersebut dan memberi tahu orang tersebut mengenai bahaya yang ditimbulkan. Masih terdapat banyak kegiatan bercanda lainnya yang lebih aman namun tetap membangun suasana yang menyenangkan. 

Selain itu, diperlukan kesadaran dan sikap bertanggung jawab dari diri sendiri untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat membahayakan diri maupun orang lain. Jika seseorang mengalami cedera, segera cari pertolongan medis dan ikuti saran dari dokter.

Cedera serius dapat terjadi pada tulang belakang atau otak, yang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan termasuk kelumpuhan. Kerusakan pada sistem saraf berakibat pada kelumpuhan pada beberapa bagian tubuh maupun secara total. Oleh karena itu, hindari bercanda dengan menarik kursi teman yang akan duduk.

 

Sumber: halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.