Informasi Kesehatan

Pentingnya Deteksi Dini Autisme pada Anak

hipwee-komunikasi-pada-anak.jpg

Kapan Bayi Baru Lahir Boleh Dimandikan?

Sebagian orang tua mungkin ada yang mendengar saran…

Tak Sembarang, Ini Aturan Tepat Pemberian Obat Gerus untuk Anak

Aturan Pemberian Obat Gerus pada Anak Melansir Detik, pakar farmasi…

5 Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk pada Bayi

Bunda sudah tahu belum, menghilangkan bekas gigitan nyamuk…

“Autisme adalah gangguan yang bisa terjadi sejak anak lahir. Kondisi ini dapat memengaruhi cara beraktivitas dan cara hidup anak sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk melakukan deteksi dini autisme pada anak agar dapat ditangani dengan cepat.”

Halodoc, Jakarta – Autisme atau autism spectrum disorder adalah gangguan yang terjadi seumur hidup dan umumnya muncul pada akhir masa bayi hingga awal balita. Kelainan ini terjadi karena masalah perkembangan pada saraf otak. Seorang anak yang mengidap autisme biasanya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. 

Autisme adalah kondisi yang dapat memengaruhi cara beraktivitas dan cara hidup anak sehari-hari. Maka dari itu, penting untuk melakukan deteksi dini autisme pada anak agar dapat melakukan langkah tepat ketika hal tersebut terjadi. Berikut beberapa cara yang dapat orang tua lakukan untuk deteksi dini gangguan autisme pada anak!

Mengapa Perlu Deteksi Dini Autisme pada Anak?

Anak yang memiliki autisme cenderung mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi karena fungsi optimal pada otak terhambat. Selain itu, anak dengan kelainan ini juga mempunyai kebutuhan khusus untuk beraktivitas.

Orang tua perlu intervensi yang efektif untuk mencegah kelainan tersebut menjadi lebih parah. Oleh karena itu, melakukan deteksi dini adalah cara terbaik untuk menangani dampak kelainan ini. 

Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan autisme cenderung lebih berisiko untuk mengalami perundungan oleh teman sebayanya. Selain itu, tujuh dari sepuluh pengidap autisme juga mengalami masalah mental seperti kecemasan, depresi, OCD, dan ADHD. 

Dengan mendeteksi dini jika gejala yang timbul pada anak karena kelainan autisme, orang tua anak dapat secara signifikan dapat mengambil berbagai cara untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 

Bagaimana Orang Tua Bisa Deteksi Dini Autisme pada Anak?

Untuk mendeteksi autisme pada anak, orang tua perlu melakukan konsultasi ke dokter agar mendapat diagnosis pasti. Orang tua bisa melihat apakah anak perlu mendapat diagnosis apabila anak memiliki gejala-gejala autisme tertentu.

Berikut beberapa cara untuk memastikan anak mengidap autisme atau tidak:

Anak bermain secara imajinatif

 

Salah satu cara untuk deteksi dini kelainan autisme pada anak adalah dengan melihatnya bermain. Seorang anak yang mengalami autisme umumnya akan bermain dengan cara yang sama sepanjang waktu karena tidak mempunyai daya imajinasi.

Anak tidak dapat mengarang berbagai cerita, pura-pura bersuara, hingga bermain peran. Maka dari itu, penting untuk orangtua selalu memperhatikan anaknya saat bermain.

Kesulitan bermain dengan anak seusianya

Umumnya, anak yang mengidap autisme lebih suka bermain sendiri dan menonton anak-anak lainnya dari kejauhan. Anak dengan autisme sering mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri, akhirnya anak akan cenderung bermain dengan aturannya sendiri meskipun ingin bermain dengan teman. Maka dari itu, berkumpul dengan orang lain akan menjadi momen yang menyulitkan baginya.

Obsesif dengan satu hal

Cara deteksi dini pada anak yang mengalami autisme adalah dengan melihat sifatnya yang sangat obsesif terhadap satu hal tertentu dalam periode waktu yang khusus. Perilaku ini bernama hiperfokus dan merupakan adalah sesuatu yang umum untuk pengidap autisme miliki. Otak pengidap autisme biasanya sangat mahir memfokuskan diri ke satu hal tertentu dan merasa kesulitan untuk membagi perhatian kepada beberapa topik.

Sulit melakukan kontak mata dengan orang lain

Kesulitan melakukan kontak mata dengan orang lain juga termasuk salah satu cara untuk deteksi dini autisme pada anak. Sering kali, anak dengan gangguan ini kesulitan melakukan berbagai gerakan seperti gerakan deskriptif, gerakan emosional, gerakan instrumental, hingga terbatasnya variasi dari ekspresi wajahnya.

 

Sumber: alodokter.com