“Ganja atau mariyuana adalah jenis psikotropika yang dapat menyebabkan banyak efek negatif pada tubuh. Mulai dari gangguan pernapasan hingga gangguan kesuburan hingga dampak ekosistem ganja.”
Tanaman yang satu ini bisa merangsang saraf dan mempengaruhi fungsi otak. Akibatnya, seseorang yang menggunakan ganja akan merasakan efek berupa euforia, ilusi, dan halusinasi.
Tanaman ini terdiri dari tiga jenis, yaitu Cannabis sativa, Cannabis indica, dan Cannabis roughralis. Cannabis sativa merupakan jenis ganja yang paling sering disalahgunakan. Biasanya, cara penggunaannya dengan dijadikan rokok untuk dihisap.
Di Indonesia sendiri, tanaman ini masih ilegal mengingat dampak negatifnya. Namun, berbagai negara telah melegalkan ganja untuk tujuan kesehatan.
Berikut sederet dampak negatif penggunaan ganja yang patut Anda waspadai:
Melansir dari National Institute on Drug Abuse dengan judul jurnal Cannabis (Marijuana) Drug Fact , menggunakan ganja bisa menyebabkan gangguan pernapasan. Sebab asap ganja bisa menyebabkan iritasi pada dinding paru-paru.
Hal ini akibat kandungan tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinoid dalam ganja, keduanya menghasilkan zat yang sama seperti pada tembakau. Sehingga dampak yang terjadi pada pengguna ganja hampir serupa dengan orang yang memiliki kebiasaan merokok.
Kondisi ini juga akan terkait langsung dengan masalah kesehatan paru-paru, seperti batuk dan kemunculan dahak setiap hari. Penggunaan ganja juga dapat meningkatkan risiko infeksi paru lebih tinggi.
Menurut studi dalam American Heart Association Journal , berjudul Use of Marijuana: Effect on Brain Health: A Scientific Statement From the American Heart Association , penggunaan ganja secara teratur terkait langsung dengan gangguan kognitif, memori kerja, dan perilaku impulsif yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari .
Terdapat sebuah meta analisis pada tahun 2016, yang menunjukkan bahwa kemungkinan kecelakaan motor akan meningkat 3% pada pengguna ganja, dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan ganja.
Menurut penelitian, struktur otak yang bisa mengalami perubahan akibat psikotropika ini, yaitu hipokampus, prefrontal cortex (PFC), dan serebelum. Dampaknya meliputi penurunan fungsi kognitif, defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat (memori).
Penggunaan ganja juga bisa membuat kesuburan seorang pria menurun. Sebuah penelitian yang dipublikasikan American Journal of Epidemiology, dengan judul Association Between Use of Marijuana and Male Reproductive Hormones and Semen Quality: A Study Among 1,215 Healthy Young Men, meneliti 1.215 pemuda dengan usia 18-28 tahun.
Hasilnya, pria yang menggunakan ganja secara rutin dan teratur mengalami penurunan kualitas sperma sebesar 28 persen. Bukan hanya itu, jumlah sperma juga mengalami penurunan sebesar 29 persen.
Selama ini, tembakau pada rokok digadang-gadang menjadi faktor utama kerusakan paru-paru. Efek ini berasal dari kandungan tarnya, yaitu partikel kimia yang timbul saat proses pembakaran rokok.
Faktanya, kandungan tar pada tanaman ini ternyata hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari tembakau. Asap yang tercipta dari pembakaran ganja juga memiliki kandungan zat penyebab kanker jauh lebih tinggi dari asap rokok biasa.
Akibatnya, risiko kanker paru-paru bisa semakin tinggi pada orang-orang yang memakai ganja dalam waktu lama.
Masalah paru akibat pemakaian ganja meliputi terhambatnya jalan nafas, hiperinflasi paru, bronkitis kronis, infeksi pernafasan dan pneumonia.
Penggunaan ganja yang berlebihan juga bisa mengganggu kesehatan mental. Sebab, tanaman ini memang terbukti memicu gejala psikosis, seperti halusinasi, ilusi dan euforia. Lambat laun, gejala tersebut bisa berkembang menjadi skizofrenia.
Tidak hanya itu, pemakainya juga cenderung cemas dan mudah mengalami serangan panik. Dalam jangka panjang, efek ini bisa membuat seseorang sulit tidur, mengalami perubahan suasana hati dan menurunnya nafsu makan.
Dalam kasus yang sangat parah, pemakainya bisa mengalami gangguan bipolar dan perilaku yang mengarah pada bunuh diri.
Ganja bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Penelitian juga menunjukkan kalau ganja bisa meningkatkan risiko penyakit yang kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS.
Menurunnya imunitas bisa membuat tubuh semakin sulit melawan infeksi. Alhasil, pemakai tanaman psikotropika ini rentan terhadap penyakit tertular maupun sulit sembuh dari suatu penyakit.
Tahukah kamu kalau detak jantung meningkat beberapa saat setelah menghisap ganja? Efek ini bahkan bisa menetap sampai tiga jam lamanya.
Hal ini tentu membahayakan mereka yang mengidap penyakit jantung. Sebab, detak jantung yang tidak teratur ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung.
Selain itu, ganja juga menyebabkan tekanan darah naik dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah melebar.
Sama halnya dengan rokok, merokok ganja selama kehamilan juga mempengaruhi perkembangan otak janin. Tidak hanya itu, psikotropika ini juga dapat memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan kecacatan, meningkatkan risiko kelahiran prematur, dan meningkatkan risiko leukimia pada janin.
Pada ibu menyusui, zat kimia dalam mariyuana yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) masuk ke dalam ASI, dan menghambat pertumbuhan bayi.
Apabila masuk ke dalam tubuh Si Kecil, efeknya bisa sangat fatal. Sebab, tubuh bayi yang baru lahir cenderung masih dalam proses perkembangan dan daya tahan tubuhnya masih belum sempurna.
Menurut studi di Yale Journal of Biology and Medicine dengan judul Marijuana, the Endocannabinoid System and the Female Reproductive System , setelah alkohol dan heroin, ganja menjadi penyebab semakin banyaknya wanita menjalani pengobatan akibat konsentrasi zat.
Salah satu penelitian dalam jurnal tersebut juga menunjukkan bahwa, penggunaan ganja dapat mengurangi kesuburan pada wanita, dengan mengganggu pelepasan hormon gonadotropin pada hipotalamus. Hormon gonadotropin dalam tubuh berfungsi untuk menjaga proses ovulasi dan siklus menstruasi.
Selain itu, paparan kandungan tetrahydrocannabinol (THC) dalam tubuh dapat mempengaruhi hormon seks wanita yang memicu gangguan pada ovulasi. Hal tersebut juga bisa meningkatkan risiko ketidakteraturan menstruasi. Untuk itu, sebaiknya hindari penggunaannya agar kesehatan semakin optimal.
Menggunakan ganja secara berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Disarankan pastikan berat badan tetap dalam kondisi yang sehat dan normal.
Memiliki berat badan yang terlalu rendah juga berisiko memicu berbagai gangguan kesehatan. Contohnya seperti gangguan pencernaan, pengeroposan tulang, hingga gangguan pada psikologis.
Kandungan THC dalam ganja dapat melepaskan dopamin dalam jumlah besar. Hal ini membuat seseorang yang menggunakan ganja akan merasa senang yang berlebihan.
Kondisi ini yang bisa menyebabkan timbulnya rasa candu pada penggunaan ganja. Selain itu, ada efek lain dari penggunaan ganja akibat adanya gangguan sistem saraf. Contohnya seperti kesulitan tidur, lebih mudah marah, hingga kehilangan selera makan.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.