Informasi Kesehatan

Ini 5 Penyebab Anak Menjadi Materialistis dan Cara Efektif Mencegahnya

fromandroid-6aab84381597745ce75c0f6562ce015f_600x400.jpg

Tanda Orang Tua Membully Anak yang Jarang Disadari

Orang tua yang dianggap sebagai sosok panutan bagi…

Waspadai, 6 Hal Ini Bisa Menyebabkan Gigi Tonggos pada Anak

"Membiasakan anak ngedot menggunakan empeng atau pacifier dapat membuat…

Benarkah Susu Formula Meningkatkan Kecerdasan Anak?

"Susu formula diklaim bisa meningkatkan kecerdasan anak karena…

“Materialisme pada anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, nilai keluarga, dan tekanan sosial. Cara mencegahnya bisa melalui pemahaman nilai non-materi, melatih rasa syukur, dan edukasi yang tepat.”

Materialistis adalah pandangan yang berisi keyakinan, sikap, atau nilai-nilai hidup yang mementingkan kepemilikan barang atau kekayaan material. Materialistis pada anak merupakan sikap yang cenderung fokus pada keinginan untuk memiliki dan memperoleh benda-benda materi, seperti mainan, pakaian bermerk, atau barang lainnya. 

Anak yang materialistis biasanya mengukur nilai diri dan kebahagiaan mereka berdasarkan kepemilikan barang atau status sosial. Hal ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh yang diterapkan orang tua.

Mau tahu apa saja penyebab dan cara mencegah materialistis pada anak? Berikut ulasannya!

Penyebab Materialistis pada Anak

Materialistis pada anak bisa muncul karena pengaruh lingkungan, nilai-nilai keluarga, dan tekanan dari media serta teman sebayanya. Di bawah ini beberapa penyebab yang perlu ibu ketahui:

1. Keyakinan yang salah

Studi berjudul Material parenting: how the use of goods in parenting fosters materialism in the next generation, yang terbit pada Journal of Consumer Research menemukan bahwa anak-anak yang materialistis memiliki dua keyakinan utama, yaitu:

  • Definisi kesuksesan berasal dari barang-barang berkualitas tinggi dan sejumlah harta benda yang dimiliki.
  • Memperoleh produk atau barang tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Kebanyakan orang tua tidak sengaja menanamkan keyakinan tersebut pada anak. Mereka mengembangkan keyakinan tersebut berdasarkan gaya pengasuhan dan praktik disiplin dari orang tua.

2. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga juga bisa menjadi faktor penyebab materialisme pada anak. Anak-anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah jauh lebih materialistis, ketimbang anak-anak yang tumbuh di keluarga berpenghasilan tinggi.

3. Masalah keluarga

Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua tunggal memiliki tingkat materialistis yang lebih tinggi. Hal ini terjadi jika dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga dengan keluarga inti lengkap. 

4. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi keluarga memainkan peran penting dalam membentuk sikap materialistis pada anak. Komunikasi yang mendukung dan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai yang lebih penting ketimbang kepemilikan materi, dapat membantu mengurangi materialisme. 

Sebaliknya, jika keluarga selalu menekankan kesuksesan, status sosial, atau kepemilikan barang sebagai ukuran keberhasilan, anak cenderung menginternalisasi nilai-nilai tersebut.

Mau tahu agar komunikasi antar keluarga terjalin dengan baik? Baca di artikel ini: “Cara Menjaga Komunikasi yang Baik dalam Keluarga”.

5. Tipe sekolah

Sekolah yang menekankan nilai-nilai materialistik, seperti status sosial atau prestise berdasarkan kepemilikan materi, dapat meningkatkan kecenderungan materialisme pada siswa. 

Sebaliknya, sekolah yang mendorong nilai-nilai seperti keberdayaan diri, kepedulian sosial, dan perkembangan pribadi, dapat membantu mengurangi fokus anak pada materi sebagai tolak ukur keberhasilan.

Mau tahu cara memilih sekolah anak? Baca di artikel ini: “Perlu Tahu, Ibu Ini 8 Tips Memilih Sekolah Terbaik untuk Anak”.

Cara Mencegah Munculnya Sifat Matrealistis

Ada beberapa langkah untuk mencegah munculnya sifat matrealistis pada anak, antara lain:

1. Pentingkan nilai-nilai non-material

Fokus pada hal-hal yang tidak bersifat materi, seperti hubungan sosial, pengembangan diri, dan kebahagiaan batin. Ketika anak diajak untuk memahami nilai-nilai tersebut, mereka dapat mengembangkan perspektif yang berbeda terhadap kebahagiaan dan keberhasilan.

2. Latihan rasa syukur

Berterima kasih untuk hal-hal kecil dalam hidup dapat membantu mencegah sifat materialistis. Kesadaran akan kebersamaan keluarga atau pengalaman positif dapat menjadi landasan membentuk nilai-nilai yang kuat terhadap godaan materialistis.

3. Buat prioritas yang tepat

Tentukan prioritas berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan pribadi, bukan sekadar aspek materi. Fokus pada pengembangan keterampilan, hubungan interpersonal, dan kontribusi positif kepada orang lain.

4. Praktikkan kepedulian sosial

Berbagi dengan orang lain dan terlibat dalam kegiatan sosial dapat membuka mata terhadap kebutuhan orang lain di sekitar. Cara ini membuat anak menjadi lebih bersyukur dan tidak melulu menuntut soal materi.

Mau tahu cara menumbuhkan rasa empati pada anak? Baca di artikel ini: “5 Tips Mudah Menumbuhkan Rasa Empati pada Anak”.

5. Edukasi yang tepat

Memberikan pemahaman terkait dampak negatif materialisme. Ibu bisa memakai contoh dari kebahagiaan yang bersumber dari hubungan dan pengalaman, bukan benda-benda materi.

Agar tidak terjerumus, ini pola asuh yang perlu dihindari orang tua: Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Dipertimbangkan Orangtua.

sumber: Halodoc     . . com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna