Informasi Kesehatan

Ini Jenis Imunisasi 18 Bulan yang Perlu Anak Dapatkan

catat-ini-jenis-imunisasi-18-bulan-yang-perlu-anak-dapatkan-halodoc.jpg

Orang Tua Harus Tahu, Ini 5 Cara Atasi Hidung Berair pada Anak

“Ada berbagai cara untuk mengatasi hidung berair pada…

Ibu, Kenali 4 Tanda-Tanda Perilaku ADHD pada Balita

“Perilaku yang menunjukkan anak memiliki masalah dengan perhatian…

Normalkah bila Bayi Suka Berteriak?

Bayi suka berteriak terkadang bikin Bunda merasa cemas…

“Di usia 18 bulan, anak perlu mendapatkan empat jenis vaksin, yaitu Hib, DTP, Hepatitis B dan polio. Pemberian jenis vaksin dapat mencegah infeksi penyakit tersebut, sekaligus meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.”

 

Saat dalam kandungan, ibu memberikan antibodi yang dibuat oleh tubuh untuk melawan penyakit. Antibodi tersebut kemudian bekerja secara alami setelah bayi dilahirkan. Anak yang disusui juga mendapatkan lebih banyak antibodi dalam ASI. 

Namun, perlindungan ini sifatnya hanya sementara dan imunitas anak akan dituntut untuk berkembang sendiri. Nah, selama masa perkembangan ini, anak rentan terhadap infeksi. Itu sebabnya, mereka butuh perlindungan lebih melalui imunisasi. 

Pertanyaannya, apa saja sih imunisasi yang perlu anak dapatkan saat usianya menginjak 18 bulan?

Jenis Imunisasi untuk Anak Berusia 18 Bulan

Di usia 1 bulan anak perlu mendapatkan vaksin BCG, baca penjelasannya di artikel Usia Berapa Bayi Sebaiknya Diberikan Vaksin BCG? Lantas, saat memasuki 18 bulan, anak membutuhkan beberapa jenis vaksin. Apa sajakah itu?

1. Vaksin DTP (Difteri – Pertusis – Tetanus)

Vaksin DPT yang diberikan di usia 18 bulan adalah booster pertama, setelah sebelumnya diberikan sejak anak berusia 6 minggu.

Imunisasi DPT merupakan vaksin kombinasi yang memberi perlindungan terhadap tiga penyakit berbahaya tersebut.

Difteri adalah infeksi serius pada tenggorokan yang bisa menyumbat saluran napas dan menyebabkan masalah pernapasan yang parah. 

Tetanus adalah penyakit saraf akibat racun bakteri yang mengontaminasi luka. Sementara itu, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit pernapasan yang bisa menyebabkan batuk parah pada anak.

2. Vaksin Hib (Haemophilus Influenzae B)

Vaksin Hib merupakan vaksin inaktif (virus yang dimatikan) dan disuntikkan intramuskular dalam bentuk kombinasi sesuai jadwal.

Diberikan pertama kali pada usia 2, 3, 4 bulan baru kemudian di usia 18 bulan. 

Vaksin ini mencegah infeksi bakteri Hib yang menjadi penyebab utama meningitis anak-anak di bawah 5 tahun. Tidak hanya meningitis, bakteri ini juga memicu infeksi di telinga, paru-paru, kulit, maupun persendian.

3. Vaksin Hepatitis B (HB) 

Sesuai namanya, vaksin ini berfungsi untuk mencegah infeksi virus hepatitis B. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak darah atau cairan tubuh pengidap hepatitis B.

Setelah menginfeksi tubuh, virus hepatitis dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. 

4. Vaksin Polio

Vaksin ini merupakan imunisasi dasar atau vaksin wajib yang diberikan semenjak anak menginjak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

Setelahnya, di usia 18 bulan anak juga diwajibkan untuk mendapatkan booster sebagai perlindungan tambahan.

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Jangan Terlewatkan, Ini Jadwal Imunisasi Anak Menurut Rekomendasi IDAI 2023.

Apabila ibu ingin memberikan vaksin untuk Si Kecil namun memiliki kendala untuk ke rumah sakit, jangan khawatir!

Halodoc menyediakan fasilitas vaksinasi untuk anak melalui layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya).

Layanan dari Halodoc ini akan mendatangkan petugas ke tempat ibu atau di lokasi mana pun yang dipilih untuk pemberian vaksin.

Booking Vaksinasi DTaP-POLIO IPV-HIB-HEP B (Hexaxim) di Rumah Lebih Mudah Lewat Halodoc.

Tips Menangani Efek Imunisasi pada Anak

Setelah imunisasi, Si Kecil umumnya mengalami beberapa efek samping yang sifatnya ringan dan sementara. Berikut adalah tips untuk mengelola efek samping setelah imunisasi:

1. Konsumsi obat penurun demam

Tanyakan pada dokter mengenai obat penurun demam jika anak mendapatkan imunisasi yang berisiko menyebabkan demam.

Hindari memberikan aspirin untuk anak di usia 18 tahun. Pasalnya, aspirin dapat meningkatkan risiko penyakit langka seperti Sindrom Reye.

2. Kompres

Kompres dengan kain basah dingin di area suntikan yang mengalami pembengkakan. Jika bengkak dirasa sangat mengganggu, segera temui dokter. 

3. Buat suasana menjadi nyaman

Kadang-kadang bayi mungkin merasa lelah, mudah marah, dan tidak mau makan beberapa jam setelah imunisasi.

Pegang dan peluk anak saat dibutuhkan dan jaga suhu ruangan pada tingkat yang nyaman.

4. Temui dokter bila mengalami reaksi alergi

Reaksi alergi parah setelah imunisasi sangat jarang terjadi. Biasanya, tim medis akan meminta orangtua dan anak untuk tetap tinggal selama 15 menit untuk memantau efek dari imunisasi.

sumber: Halodoc . com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna