Informasi Kesehatan

6 Penyebab Pendarahan Setelah Berhubungan Intim

halo-dkt-infeksi-menular-seksual-210921-A-min.jpg

Hot Flashes Dapat Sebabkan Insomnia, Ini Alasannya

“Insomnia dapat disebabkan oleh banyak gangguan, salah satunya…

Mengenal Necrotizing Fasciitis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

  "Necrotizing fasciitis adalah infeksi bakteri yang bisa…

10 Penyebab Bruntusan dan Cara Mengatasinya

Ada banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab bruntusan,…

“Pendarahan setelah berhubungan intim adalah hal yang umum dan biasanya tidak mengkhawatirkan. Namun, dalam beberapa kasus kondisi tersebut bisa menandai adanya infeksi seksual menular, polip jinak, hingga vaginitis atrofi.”

Pendarahan setelah berhubungan intim merupakan hal yang umum terjadi. Sebab, sebanyak 9 persen wanita pernah mengalami pendarahan vagina setelah berhubungan seks, yang tidak berkaitan dengan menstruasi. Kondisi ini dikenal sebagai pendarahan postcoital. 

Wanita yang mengalami pendarahan setelah berhubungan intim biasanya disebabkan oleh kekeringan, gatal, nyeri tekan, atau kondisi yang berkaitan dengan perubahan hormonal yang mempengaruhi jaringan vagina. 

Meskipun kebanyakan penyebabnya tidak serius, sebaiknya lakukan pemeriksaan dokter jika kamu mengalami pendarahan yang berlebihan, atau abnormal di luar siklus menstruasi biasa.

Kenali Penyebab Pendarahan Setelah Berhubungan Intim

Alasan paling umum dari pendarahan vagina setelah berhubungan intim terjadi di leher rahim.

Area tersebut merupakan ujung rahim yang sempit seperti tabung. Salah satu penyebabnya adalah radang serviks atau servisitis. 

Kondisi tersebut dapat berlangsung terus-menerus dan umumnya tidak berbahaya.

Namun, jika terjadi karena infeksi menular seksual maka perlu diobati. Nah, kondisi tersebut dapat menjadi penyebab pendarahan setelah berhubungan intim.

Selain itu, berikut beberapa penyebab lainnya yang perlu diwaspadai:

1. Infeksi seksual menular

Infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore menimbulkan beragam gejala pada vagina. Contohnya, nyeri panggul, gatal, sensasi terbakar, keputihan, dan sering buang air kecil yang terasa sakit.

Setiap IMS memiliki gejalanya masing-masing, tapi peradangan akibat infeksi apa pun dapat menyebabkan pendarahan vagina. Misalnya:

  • Trikomoniasis: disebabkan oleh parasit bersel tungga. Keputihan dan pendarahan serviks adalah gejala umumnya.
  • Sifilis atau herpes genital: menyebabkan luka terbuka yang dapat berdarah jika teriritasi.

2. Polip Jinak

Pertumbuhan  polip jinak pada serviks (polip serviks) atau rahim (polip rahim atau endometrium) adalah penyebab umum pendarahan selama atau setelah berhubungan seks.

Polip serviks cenderung berkembang pada orang yang berusia 40 hingga 50 tahun, dan yang memiliki kehamilan ganda atau kembar.

Polip biasanya berwarna merah atau ungu dengan struktur seperti tabung, yang memiliki banyak kapiler dan mudah berdarah saat disentuh.

Bentuk polip rahim berupa benjolan kecil jaringan lunak yang menonjol dari dalam rahim.

Mereka rentan terhadap pendarahan di antara periode menstruasi, saat berhubungan seks, dan setelah menopause. 

Kondisi tersebut cenderung berkembang pada orang berusia antara 36 hingga 55 tahun.

Kamu bisa ketahui lebih lanjut mengenai gejala-gejala yang bisa menjadi tanda adanya polip rahim beserta cara mengobatinya di artikel Tanda Adanya Polip Rahim

3. Ektropion Serviks

Ektropion serviks adalah kondisi non-kanker di mana sel-sel yang biasanya melapisi bagian dalam serviks, menonjol keluar melalui pembukaan serviks.

Kondisi ini dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah rapuh di leher rahim melebar dan meradang. 

Akibatnya, pendarahan sering terjadi saat  hubungan seksual, penggunaan tampon, dan pemasangan spekulum selama pemeriksaan panggul.

Ektropion serviks dapat terjadi pada remaja, orang yang mengonsumsi pil KB, dan orang hamil yang serviksnya lebih lunak dari biasanya.

4. Vaginitis Atrofi

Orang pascamenopause sering mengalami pendarahan selama atau setelah berhubungan seks, karena penurunan kadar estrogen dalam tubuh menyebabkan dinding vagina menipis.

Selain itu, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan vagina menghasilkan lebih sedikit lendir yang melumasi. Kondisi tersebut menyebabkan vagina terasa gatal dan terbakar. 

Vaginitis atrofi dapat dialami wanita yang berusia muda, sering kali disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Namun, pendarahan postocoital biasanya bukan merupakan gejala dari kondisi ini. 

5. Endometriosis

Endometriosis terjadi ketika sel-sel yang mirip dengan pembentuk lapisan rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim.

Jaringan endometrium dapat menempel pada permukaan organ lain, dan menyebabkan rasa sakit yang menyiksa. Beberapa orang dengan endometriosis juga dapat mengalami infertilitas. 

Ada berbagai gejala endometriosis, tergantung pada organ yang terpengaruh.

Bagi kebanyakan orang dengan endometriosis, hubungan seksual dan orgasme akan terasa menyakitkan, sedangkan pendarahan merupakan hal yang biasa terjadi.

6. Trauma

Pendarahan postcoital sering berkaitan dengan infeksi dan kelainan pada rahim, vagina, atau leher rahim. Namun, pendarahan juga bisa terjadi ketika jaringan rentan terluka.

Pendarahan juga dapat disebabkan oleh pelecehan atau kekerasan seksual. Misalnya, penetrasi paksa dapat merusak jaringan vagina dan menyebabkan retakan.

Luka dapat berulang kali sembuh dan terluka kembali, kecuali jika diobati secara medis.

 

sumber: Halodoc . com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna