Apakah Ayah dan Bunda memiliki lebih dari dua anak? Jika iya, Ayah dan Bunda perlu mengetahui tentang middle-child syndrome, yang bisa saja dialami oleh anak tengah Ayah dan Bunda. Nah, untuk tahu penjelasan lengkapnya, yuk simak di artikel ini.
Middle-child syndrome atau sindrom anak tengah adalah istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis anak tengah yang disebut sering merasa terkucilkan dan terabaikan di dalam keluarga, karena urutan kelahirannya.
Istilah middle-child syndrome muncul karena adanya teori seorang psikolog bernama Alfred Adler. Ia memaparkan bahwa urutan kelahiran dan jumlah saudara kandung dapat memengaruhi perkembangan kepribadian, psikologis, dan potensi seorang anak.
Terdapat beberapa karakteristik yang banyak orang percaya dimiliki oleh anak tengah yang mengalami middle-child syndrome, yaitu:
Berada di antara anak sulung yang memiliki kekuasaan serta tanggung jawab lebih besar dan anak bungsu yang selalu mendapat perhatian lebih dari anggota keluarga, dipercaya menyebabkan anak tengah cenderung memiliki sifat yang lebih pendiam dan sensitif dibandingkan dengan kakak dan adiknya.
Anak tengah juga dikatakan sering merasa diabaikan dan tidak diberikan perhatian sebesar yang saudara-saudaranya dapatkan dari orang tuanya. Hal ini tak jarang juga menyebabkan anak tengah merasa bahwa dirinya bukanlah merupakan anak kesayangan atau anak yang istimewa di mata orang tuanya.
Perasaan terabaikan dan terkucilkan yang kerap dirasakan anak tengah juga sering membuatnya merasa perlu bersaing dengan kakak dan adiknya demi mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Bila dibiarkan berlarut-larut, hal ini dapat membentuk hubungan yang tidak sehat antara kakak beradik, lho.
Memiliki 2 posisi, yaitu sebagai adik dan juga kakak, membuat anak tengah pandai menjadi mediator dalam berbagai hal. Hal ini juga membuat anak tengah dikatakan cenderung lebih bisa bersosialisasi dan berteman.
Selain itu, karena ia kerap merasa diabaikan di dalam keluarga, anak tengah biasanya juga selalu menginginkan keadilan dalam segala situasi.
Bermula dari perasaan tidak pernah dimengerti dan diperhatikan oleh anggota keluarga, menjadikan anak tengah terbiasa melakukan banyak hal seorang diri. Hal ini kemudian memungkinkan anak tengah tumbuh menjadi sosok yang mandiri. Anak tengah juga sering kali menjadi orang yang paling cepat untuk merantau.
Perlu diketahui, beragam karakteristik middle-child syndrome yang disebutkan di atas belum tentu dimiliki oleh setiap anak tengah. Namun, jika anak tengah Ayah dan Bunda memiliki karakteristik tersebut, ini artinya Ayah dan Bunda perlu menunjukkan perhatian ekstra agar sikap tersebut tidak berlarut-larut.
Pasalnya, perasaan tidak diperhatikan, terkucilkan, dan terabaikan yang sudah dirasakan dari kecil dapat membawa dampak yang kurang baik hingga anak dewasa nanti.
Saat dewasa, anak tengah yang mengalami middle-child syndrome dikatakan lebih berisiko mengalami rasa rendah diri, haus akan perhatian dan kasih sayang, bahkan hingga krisis identitas.
Oleh sebab itu, agar anak tengah Ayah dan Bunda bisa terhindar dari risiko mengalami middle-child syndrome, beberapa hal ini bisa dilakukan untuk membantunya merasa percaya diri dan dicintai:
Nah, itulah beberapa cara yang bisa Ayah dan Bunda lakukan agar anak tengah tidak mengalami middle-child syndrome atau sindrom anak tengah.
Yang penting untuk diingat, semua anak, baik anak sulung, anak tengah, maupun anak bungsu, pastinya membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang setara. Oleh karena itu, jika Ayah dan Bunda merasa kesulitan untuk melakukannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Sumber: alodokter.com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.