Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, salah satunya H5N1. Penyakit ini umumnya menyebar antarunggas, tetapi bisa juga menular atau menginfeksi manusia dan menimbulkan gejala pernapasan berat, seperti sesak napas.
Ada banyak jenis virus flu burung, tetapi yang perlu diwaspadai adalah jenis H5N1, H7N9, H5N6, dan H5N8. Dari berbagai jenis virus tersebut, virus H5N1 diketahui paling mematikan bagi manusia. Menurut data WHO, setidaknya ada 456 kasus kematian akibat flu burung di dunia sejak tahun 2003, termasuk Indonesia.
Virus flu burung bisa menyebar ke manusia melalui kontak erat dengan burung atau unggas lain yang terinfeksi, baik hidup maupun mati. Misalnya, saat membersihkan kandang, menyentuh kotoran, menyembelih, atau mengolah unggas yang terinfeksi.
Infeksi virus flu burung juga bisa terjadi melalui penggunaan air yang terkontaminasi kotoran burung. Beberapa riset juga menunjukkan bahwa pasar yang menjual unggas hidup bisa menjadi sumber penyebaran virus flu burung.
Namun, perlu diketahui bahwa manusia tidak tertular virus flu burung dengan mengonsumsi unggas atau telurnya yang telah dimasak dengan matang.
Gejala flu burung biasanya muncul 3–5 hari setelah seseorang terinfeksi. Penyakit ini umumnya dimulai dengan gejala yang mirip flu biasa, mulai dari gejala yang ringan hingga berat, seperti:
Dalam beberapa hari setelah gejala di atas muncul, keluhan yang dialami bisa saja memburuk dan menjadi tanda adanya komplikasi yang meliputi:
Kelompok orang yang paling berisiko terkena penyakit serius setelah terinfeksi virus flu burung adalah ibu hamil, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dan lanjut usia.
Sementara itu, penting juga untuk mengenali tanda-tanda unggas yang terinfeksi flu burung. Ada beberapa gejala infeksi flu burung pada unggas, yaitu:
Bila menemukan tanda-tanda infeksi flu burung pada unggas di lingkungan sekitar, Anda perlu melaporkannya ke ketua RT/RW setempat untuk selanjutnya dilaporkan ke Dinas Peternakan di daerah Anda. Langkah ini bisa sangat membantu untuk mencegah penularan virus ke manusia.
Mengenali gejala flu burung secara dini dan mendapatkan penanganan dengan cepat bisa mencegah komplikasi dan mengurangi risiko berkembangnya penyakit flu burung yang parah.
Hingga saat ini, penggunaan obat antivirus, seperti oseltamivir, peramivir, atau zanamivir, bisa membantu mencegah komplikasi maupun kematian pada penderita flu burung.
Obat-obatan tersebut disarankan untuk segera diberikan setelah gejala flu burung muncul, terutama pada orang yang memang telah melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi.
Perlu diketahui, vaksin influenza tidak bisa melindungi tubuh dari infeksi virus flu burung. Jadi, Anda perlu melakukan langkah pencegahan secara mandiri agar tidak terinfeksi. Berikut ini adalah beberapa cara sederhana yang bisa Anda lakukan:
Meski masing terbilang jarang terjadi, ada beberapa kasus di mana satu orang tertular infeksi virus flu burung dari orang lain, bukan dari unggas secara langsung. Namun, kasus ini diduga hanya berisiko terjadi setelah adanya kontak pribadi yang sangat dekat dan lama.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala flu burung, terutama setelah melakukan kontak dengan unggas atau mengurus orang yang sakit flu burung, periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sesegera mungkin.
Sumber: alodokter.com