“Terdapat empat jenis zat aditif yang biasa digunakan pada produk makanan dan minuman. Meski memiliki banyak fungsi, tetapi penggunaan zat aditif ini juga berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan.”
Zat aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan, untuk membuatnya lebih tahan lama dan memberikan rasa enak. Bila kamu melihat bahan-bahan yang tercantum pada label kemasan, kemungkinan besar kamu akan menemukan bahan kimia tersebut pada hampir semua makanan yang ada di dapur.
Zat aditif ada banyak jenisnya. Beberapa zat tersebut sudah diketahui bisa memberikan dampak yang buruk pada kesehatan, sehingga perlu dihindari. Sedangkan yang lainnya aman dan bisa dikonsumsi dengan risiko minimal. Yuk, ketahui apa saja jenis-jenis zat aditif yang umum dan mana yang harus dijauhkan dari makanan!
Zat aditif seperti garam, rempah-rempah dan sulfit, sudah digunakan sejak lama untuk mengawetkan makanan dan meningkatkan rasa dan teksturnya. Namun, seiring meningkatkan pemrosesan makanan di abad ke-20, muncul kebutuhan untuk penggunaan yang lebih besar dan jenis zat aditif makanan yang baru.
Banyak produk makanan yang modern, seperti makanan rendah kalori, makanan ringan, dan makanan siap saji, tidak akan mungkin bisa terjadi tanpa zat aditif makanan. Berdasarkan fungsinya, zat aditif makanan bisa dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
Sesuai dengan namanya, zat aditif nutrisi digunakan bertujuan untuk mengembalikan nutrisi makanan yang hilang atau terdegradasi selama produksi. Selain itu, fungsinya yang lain adalah memperkuat rasa atau memperkaya makanan tertentu, atau menambahkan nutrisi makanan.
Penambahan zat nutrisi makanan ini atau dikenal juga dengan istilah fortifikasi, sudah dimulai pada tahun 1924 ketika yodium ditambahkan ke dalam garam meja untuk mencegah gondok.
Sekarang ini, banyak makanan difortifikasi dengan vitamin untuk memperkaya nilai gizinya. Misalnya, produk susu dan sereal diperkaya oleh vitamin A dan D. Kemudian beberapa jenis vitamin B ditambahkan ke tepung, sereal, makanan panggang dan pasta.
Lalu penambahan vitamin C ke minuman buah, sereal, produk susu, dan kembang gula. Selain itu, zat aditif nutrisi lainnya, yaitu asam lemak esensial asam linoleat, mineral seperti kalsium dan zat besi, dan serat makanan.
Sejumlah zat aditif juga ditambahkan ke makanan untuk membantu dalam pemrosesannya, atau untuk mempertahankan konsistensi produk yang diinginkan. Berikut beberapa jenis zat aditif yang umum digunakan sebagai agen pemrosesan:
Digunakan untuk mencegah bahan makanan supaya tidak menggumpal. Contohnya adalah sodium aluminosilicate yang digunakan pada garam.
Agen yang melindungi produk makanan dari banyak reaksi enzimatik yang mempromosikan kerusakan selama pemrosesan dan penyimpanan. Agen ini mengikat banyak mineral yang ada dalam makanan (misalnya, kalsium dan magnesium), dan diperlukan sebagai kofaktor untuk aktivitas enzim tertentu. Contoh chelating adalah ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) yang sering digunakan pada mayones, saus dan dressing.
Untuk mencegah lemak agar tidak menggumpal. Contoh emulsifiers adalah lecithin yang sering digunakan pada produk makanan, seperti es krim, mayones, dan kue.
Diberikan untuk meningkatkan tekstur dan kekentalan makanan. Kebanyakan zat penstabil dan pengental adalah polisakarida, seperti pati atau gom, atau protein seperti gelatin. Agen pemrosesan ini sering digunakan untuk permen, makanan penutup beku, puding, selai dan jeli.
Pengawet makanan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu antioksidan dan antimikroba. Antioksidan adalah senyawa yang mencegah makanan teroksidasi atau menjadi tengik. Agen antimikroba menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen dalam makanan.
Contoh antioksidan yang menghambat oksidasi, antara lain agen yang mengikat oksigen bebas, seperti asam askorbat (vitamin C), dan agen yang menonaktifkan enzim, seperti asam sitrat dan sulfit.
Selain itu, ada juga antioksidan yang disebut pemulung radikal bebas yang bisa memperlambat laju autoksidasi. Antioksidan ini termasuk tokoferol alami (turunan vitamin E) dan senyawa sintetis butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), dan tersier butylhydroquinone (TBHQ).
Sedangkan antimikroba paling sering digunakan dengan teknik pengawetan lain. Contohnya seperti pendinginan, untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen. Natrium klorida (NaCl), atau garam biasa, mungkin merupakan agen antimikroba tertua yang pernah ada.
Asam organik, termasuk asam asetat, benzoat, propionat, dan sorbat, digunakan untuk melawan mikroorganisme dalam produk dengan pH rendah. Nitrat dan nitrit digunakan untuk menghambat bakteri Clostridium botulinum dalam produk daging yang diawetkan (misalnya, ham dan bacon).
Sementara itu, sulfur dioksida dan sulfit digunakan untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dalam buah-buahan kering, jus buah, dan anggur. Sedangkan nisin dan natamycin adalah pengawet yang diproduksi oleh mikroorganisme. Nisin menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, sedangkan natamycin aktif melawan kapang dan khamir.
Ada beberapa jenis agen sensorik, yaitu:
Warna adalah karakteristik sensorik yang sangat penting dari makanan. Hal itu secara langsung memengaruhi persepsi rasa dan kualitas suatu produk. Namun, pengolahan makanan bisa menyebabkan degradasi atau hilangnya pigmen alami pada bahan baku. Beberapa produk yang diformulasikan, seperti minuman ringan, permen, es krim, dan makanan ringan, juga memerlukan penambahan zat pewarna.
Pewarna yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan diklasifikasikan sebagai alami atau sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan, hewan, dan sumber mineral, sedangkan pewarna sintetis terutama adalah senyawa kimia berbasis minyak bumi.
Contoh pewarna alami, anthocyanins dari stroberi atau anggur, betacyanin dari bir merah, karotenoid dari wortel, paprika dan jamur, dan phenolics dari kunyit. Sedangkan contoh pewarna sintetis adalah erythrosine, tartrazine, AC merah allura, FCF biru cemerlang, FCF hijau cepat.
Lantas, apakah mengonsumsi makanan berwarna bisa berbahaya? Baca informasi lengkapnya di Apakah Sering Makan Makanan Berwarna Berbahaya Bagi Anak?
Penyedap rasa adalah senyawa yang ditambahkan ke makanan untuk melengkapi atau meningkatkan rasa alaminya sendiri. Komponen penguat rasa rumput laut diidentifikasi sebagai asam amino L-glutamat, dan monosodium glutamat (MSG) menjadi penambah rasa pertama yang digunakan secara komersial. Rasa kaya yang terkait dengan L-glutamat disebut umami.
Senyawa lain yang digunakan sebagai penguat rasa antara lain ribonukleotida, inosin monofosfat (IMP), guanosin monofosfat (GMP), ekstrak ragi, dan protein nabati terhidrolisis. Penambah rasa dapat digunakan dalam sup, kaldu, saus, bumbu dan campuran rempah-rempah, sayuran kaleng dan beku, dan daging.
Sukrosa atau gula meja, adalah standar yang menjadi dasar rasa manis dari semua jenis pemanis lainnya. Sukrosa menyediakan energi dalam bentuk karbohidrat, sehingga sukrosa dianggap sebagai pemanis yang bernutrisi. Pemanis bernutrisi lainnya termasuk glukosa, fruktosa, sirup jagung, sirup jagung fruktosa tinggi, dan alkohol gula (misalnya, sorbitol, manitol, dan xylitol).
Upaya untuk mensintesis pemanis secara kimia dimulai pada akhir 1800-an dengan ditemukannya sakarin. Sejak itu, sejumlah senyawa sintetis telah dikembangkan yang menyediakan sedikit atau tanpa kalori atau nutrisi, dalam makanan dan disebut pemanis non-nutrisi. Selain sakarin, pemanis non-nutrisi yang paling umum digunakan adalah siklamat, aspartam, dan asesulfam K.
Itulah jenis-jenis zat aditif yang sering digunakan dalam makanan dan minuman. Selain bisa menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti masalah pencernaan. Beberapa zat aditif juga bisa membahayakan kesehatan bila dikonsumsi terlalu banyak dan terlalu sering.
Zat aditif yang perlu kamu waspadai, antara lain monosodium glutamate (penyedap rasa), tartrazine (pewarna makanan), benzoat, nitrat, dan sulfit (pengawet), dan aspartam (pemanis buatan).
Zat aditif ada yang alami dan ada yang buatan. Zat aditif alami adalah senyawa kimia yang diekstrak dari tumbuhan, hewan atau mineral. Sedangkan yang jenis buatan merupakan hasil dari reaksi kimia atau enzimatik.
Walaupun memiliki banyak fungsi, terdapat efek samping yang tidak boleh dianggap sepele dari penggunaannya. Apa sajakah itu?
Bahan tambahan makanan seperti pewarna makanan buatan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak. Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Food Standards Agency, disebutkan bahwa jenis pewarna makanan tertentu menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Terutama pada anak yang sudah memiliki gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) sebelumnya.
Jenis pewarna tersebut adalah:
Pewarna ini sering digunakan dalam produk makanan, termasuk minuman ringan, permen, kue, dan es krim. Selain makanan, ada penyebab lain anak hiperaktif. Baca penjelasannya di artikel Ibu Harus Tahu, Ini 4 Penyebab ADHD pada Anak.
Aditif jenis pemanis, perasa, pewarna, pengawet, ini dapat membuat makanan menjadi lebih enak dan memperpanjang usia makanan. Namun, di balik manfaat tersebut, zat ini dapat memicu reaksi alergi.
Menurut American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI), reaksi alergi yang ditimbulkan biasanya karena golongan pewarna dan sulfit. Dan sejauh ini reaksi alergi tersebut hanya terjadi pada sekelompok tertentu. Pun gejalanya hanya kecil, sangat jarang sampai memicu anafilaksis (kondisi alergi yang sampai bisa menyebabkan kematian).
Beberapa jenis makanan yang mengandung zat aditif terutama yang meningkatkan rasa dapat menyebabkan masalah hipertensi.
Beberapa bahan tambahan makanan memiliki kalori lebih tinggi dari yang dibutuhkan sehingga bisa menyebabkan penambahan berat badan.
5. Menyebabkan masalah pencernaan
Zat aditif dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti mulas, diare, mual, dan muntah.
Ada sejumlah bahan tambahan makanan seperti aspartam, sakarin, nitrit, dan benzoat yang dikaitkan dengan risiko kanker. Meski begitu, perlu penelitian lebih dalam mengenai hal ini.
Ini terutama pada orang yang sudah mengalami masalah pernapasan sebelumnya, seperti asma. Aditif makanan salah satunya sulfit dapat menyebabkan serangan asma atau gejala asma, terutama pada orang dengan asma yang parah.
Itulah sebagian efek samping dari konsumsi makanan yang mengandung zat aditif.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna