“Mirip dengan bihun atau sohun, mie shirataki dipercaya bisa membantu menurunkan berat badan. Hal ini berkat kalorinya yang rendah dan tinggi serat, bahkan mie ini mampu membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh”
Shirataki saat ini sedang menjadi tren yang baru. Meskipun serupa dengan bihun, mie, atau sohun, faktanya kandungan pada mie ini tidak sama dengan mie lainnya. Bahkan, banyak orang percaya bahwa mengonsumsinya bisa membantu menurunkan berat badan dan mengontrol kadar gula darah.
Berbagai manfaat yang kamu rasakan tentunya berkaitan dengan bahan dasar dan kandungan nutrisi yang ada dalam jenis mie ini. Yuk, kenali lebih banyak mengenai mie ini agar kamu tahu berbagai manfaat lainnya ketika mengonsumsi makanan sehat ini!
Jika dilihat sekilas, shirataki hampir tidak ada bedanya dengan jenis mie lainnya. Mie ini memiliki bentuk yang panjang, keriting, dan warna putih yang hampir bening. Lalu, apa yang membedakan mie ini dengan jenis mie lainnya? Jawabannya adalah bahan dasar dan kandungan nutrisinya.
Shirataki terbuat dari glukomanan, sejenis serat yang berasal dari akar tanaman konjac atau konnyaku. Inilah mengapa mie ini juga dikenal sebagai mie konnyaku.
Dalam sistem pencernaan, glukomanan berfungsi sebagai serat makanan. Artinya, tubuh tidak memecahnya untuk digunakan sebagai energi.
Faktanya, mie konnyaku juga mengandung banyak air. Terdiri dari 97 persen air dan 3 persen serat glukomanan. Hal ini membuat shirataki dianggap lebih sehat karena rendah kalori dan karbohidrat yang mudah dicerna. Selain itu, mie konnyaku tidak memiliki kandungan lemak yang dapat memicu gangguan kesehatan pada tubuh.
Untuk membuat mie ini, tepung glukomanan akan dicampur dengan air dan sedikit perasan jeruk nipis. Campuran tersebut akan membantu mie untuk mempertahankan bentuknya.
Selanjutnya, apa saja sih manfaat mie konnyaku untuk diet demi menurunkan berat badan?
Berikut manfaat mie shirataki untuk diet yang perlu kamu ketahui:
Kandungan serat yang tinggi membantu untuk mengontrol berat badan menjadi lebih mudah. Sebab, serat mampu memberikan rasa kenyang lebih lama, sehingga nafsu makan pun berkurang. Alhasil, berat badan pun dapat turun secara perlahan.
Dampak lainnya adalah terjadinya penurunan porsi makan, seperti yang disebutkan pada jurnal yang dipublikasikan dalam Obesity Review dan Diabetes Research and Clinical Practice.
Mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan serat glukomanan seperti mie ini, bisa membantu menurunkan kadar hormon yang disebut ghrelin dalam tubuh. Ghrelin sendiri merupakan hormon yang berperan mengirimkan sinyal lapar pada otak yang membuat kamu memiliki nafsu makan tinggi.
Serat dalam mie konnyaku berkaitan dengan kesehatan usus besar. Serat larut dalam mie ini berfungsi sebagai prebiotik (makanan probiotik), sehingga pertumbuhan bakteri baik (probiotik) dalam usus akan optimal.
Dengan terpenuhinya serat, kamu juga akan terhindar dari berbagai gangguan kesehatan pada pencernaan. Contohnya seperti sembelit hingga kanker kolorektal. Bahkan, kamu juga bisa terhindar dari wasir.
Bagi pengidap gula darah, tentunya perlu waspada terhadap berbagai jenis makanan yang kamu konsumsi. Pastikan untuk selalu mengonsumsi jenis makanan yang bisa mengontrol atau mencegah kenaikan kadar gula darah.
Nah, mie shirataki bisa menjadi pilihan untuk mengontrol kadar gula darah. Serat larut dalam mie ini membuat penyerapan karbohidrat oleh tubuh menjadi lebih lambat. Kondisi ini mampu mencegah lonjakan kadar gula dalam darah.
Namun, pengidap gula darah juga tidak boleh untuk mengonsumsi mie ini secara berlebihan. Sebab, hal tersebut berisiko mengganggu pengobatan yang sedang berjalan.
Serat glukomanan pada shirataki mampu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Menurut sebuah penelitian pada The American Journal of Clinical Nutrition, mengonsumsi 3 gram serat glukomanan dapat menyebabkan penurunan kolesterol low density lipoprotein (LDL) sebanyak 10 persen.
Jadi, tidak ada salahnya untuk mencoba mengganti mie jenis lain dengan shirataki agar kolesterol dalam tubuh dapat terkontrol dengan baik. Selain itu, kamu juga perlu menerapkan gaya hidup sehat lainnya, untuk mengoptimalkan manfaat dari serat glukomanan pada mie shirataki.
Hal yang perlu kamu ketahui, pastikan untuk mengonsumsi shirataki dalam batasan yang aman. Terlalu banyak mengonsumsi serat bisa memicu perut kembung hingga feses yang berubah tekstur menjadi cair.
Sebelum mengolah mie shirataki menjadi berbagai olahan makanan, pastikan kamu telah merebus mie ini menggunakan air dalam waktu 3-5 menit. Setelah matang, kamu bisa mengolah shirataki menjadi salah satu makanan yang bernutrisi.
Mie ini menjadi salah satu jenis mie yang serbaguna. Dengan kata lain, kamu bisa menambahkan berbagai sayuran, daging, atau rempah untuk menjadikannya makanan yang lezat dan sehat. Berikut beberapa ide untuk mengolah mie shirataki agar pada nutrisi.
Kamu bisa menambahkan mie shirataki yang sudah matang dengan berbagai sayuran dan daging. Bukan hanya menjadi mie goreng, kamu juga bisa menjadikan mie shirataki sebagai mie kuah dengan campuran kuah miso yang membuat shirataki semakin sehat dan lezat.
Jangan ragu untuk membuat salad menggunakan shirataki. Kamu bisa menambahkan wortel, tomat, selada, salmon, hingga dada ayam. Kemudian, siram bahan-bahan tersebut dengan kuah salad yang segar.
Shirataki juga bisa kamu jadikan pasta yang nikmat. Untuk menambahkan nutrisinya, kamu bisa mencampurnya dengan keju, udang, brokoli, hingga udang.
Tidak ada salahnya untuk mengganti mie dalam bakso atau soto dengan shirataki. Selain rasanya yang lezat, tentunya akan lebih sehat.
Itulah berbagai cara membuat shirataki lebih bernutrisi. Dengan menggunakan mie shirataki, program diet yang kamu jalankan tentunya akan lebih menyenangkan. Bagaimana, tertarik untuk mencicipi mie shirataki?
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna