Kekurangan energi kronis bisa membuat penderitanya merasa sangat lelah. Rasa lelah tersebut bahkan tidak kunjung hilang meskipun sudah beristirahat. Kondisi ini dapat diatasi tergantung dari penyebab terjadinya kekurangan energi kronis.
Ada beberapa kondisi yang bisa memicu seseorang mengalami kekurangan energi kronis. Kondisi yang juga disebut sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome) ini sering kali diabaikan sampai akhirnya muncul gangguan yang bisa menghambat aktivitas sehari-hari.
Meskipun penyebabnya belum jelas, risiko terjadinya kekurangan energi kronis dapat meningkat karena jenis kelamin dan usia. Wanita lebih rentan menderita kekurangan energi kronis daripada pria. Sementara itu, dari segi usia, kondisi ini lebih sering terjadi pada orang berusia 40–50 tahun.
Selain usia dan jenis kelamin, kekurangan energi kronis juga dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
Kekurangan energi kronis dapat menimbulkan berbagai gejala, antara lain:
Jika masih ringan, gejala yang timbul sering kali tidak terlalu jelas. Namun, pada kondisi yang berat, penderita kekurangan energi kronis akan sulit untuk menjalani aktivitas sederhana dan terkadang perlu menggunakan kursi roda karena tidak ada tenaga untuk berjalan.
Selain itu, penderitanya juga menjadi lebih sensitif terhadap cahaya atau suara dan merasa sangat lelah setelah keluar dari rumah, meskipun hanya sebentar.
Jika Anda mengalami rasa lelah yang tidak kunjung hilang meskipun sudah beristirahat, berkonsultasilah dengan dokter. Dengan demikian, dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab kelelahan yang Anda alami.
Pemeriksaan dari dokter perlu dilakukan karena gejala kekurangan energi kronis hampir mirip dengan gejala penyakit lain, seperti gangguan tidur, penyakit jantung, penyakit paru, atau bahkan gangguan mental.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan darah atau urine untuk mengetahui apakah Anda menderita penyakit lain, seperti anemia, hipotiroidisme, penyakit ginjal, maupun penyakit hati.
Jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa Anda mengalami kekurangan energi kronis, dokter akan memberikan penanganan dan menyarankan Anda untuk melakukan berbagai hal berikut:
Untuk membantu mengurangi gejala kekurangan energi kronis, dokter akan meminta Anda untuk menjalani pola hidup sehat. Selain rutin mengonsumsi makanan bergizi, Anda juga akan diminta untuk menerapkan pola tidur yang teratur. Usahakan untuk tidur di waktu yang sama setiap harinya agar menjadi kebiasaan.
Selain itu, Anda juga harus membatasi atau menghindari asupan kafein, terutama pada sore atau malam hari, agar Anda tidak kesulitan tidur.
Apabila Anda menderita kekurangan energi kronis yang cukup ringan hingga sedang, dokter dapat memberikan penanganan berupa terapi perilaku kognitif. Terapi ini dilakukan untuk mengubah cara pikir sampai perilaku Anda.
Dengan melakukan terapi ini, keluhan atau gejala kekurangan energi kronis yang Anda alami dapat teratasi dan kualitas hidup Anda juga bisa menjadi lebih baik.
Salah satu obat yang mungkin akan diresepkan oleh dokter adalah obat antidepresan. Hal ini karena penderita kekurangan energi kronis rentan untuk mengalami depresi.
Selain melakukan berbagai hal di atas, berbagai terapi komplementer, seperti akupuntur, tai chi, maupun yoga, juga dipercaya efektif untuk mengatasi kekurangan energi. Namun, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum melakukannya.
Jika dibiarkan tanpa penaganan, kekurangan energi kronis dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan produktivitas Anda. Jadi, bila Anda selalu merasa lelah meskipun sudah cukup beristirahat atau mengalami keluhan lain yang mengarah pada kekurangan energi kronis, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan diberikan penanganan yang sesuai.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.