Menurut jurnal ilmiah berjudul Hubungan Faktor Genetik dan Gaya Hidup dengan Astigmatisma pada Anak yang dipublikasikan di Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mutiara Medika , faktor genetik dan gaya hidup dapat memperbesar risiko seorang anak mengalami mata silinder.
Faktor gaya hidup ini salah satunya contohnya adalah kebiasaan menggunakan gadget dengan intensitas tinggi. Anak dengan kebiasaan seperti itu yang juga memiliki orang tua dengan kondisi mata silinder, kemungkinan besar juga akan mengalami penyakit mata yang sama.
Nah, seperti apa jenis-jenis dan tes mata silinder ?
Apa itu Tes Mata Silinder?
Mata silinder, atau astigmatisme, adalah kondisi mata yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan bentuk kornea atau lensa mata, sehingga menyebabkan fokus cahaya yang masuk ke mata menjadi melebar dan tidak fokus secara merata pada retina.
Kondisi ini mengakibatkan penglihatan kabur atau buram, baik pada jarak dekat maupun jarak jauh. Penyebab utama astigmatisme adalah ketidaksempurnaan bentuk permukaan mata, yang bisa bersifat bawaan atau muncul akibat trauma, operasi mata, atau penyakit tertentu.
Tes mata silinder penting dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat astigmatisme pada mata seseorang. Tes ini memungkinkan dokter untuk menentukan derajat keparahan astigmatisme, dan meresepkan kacamata atau lensa kontak yang sesuai untuk memperbaiki penglihatan.
Semua orang, terutama yang mengalami gejala penglihatan kabur atau ketidaknyamanan mata, perlu menjalani tes mata silinder. Anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan yang tidak memiliki riwayat gangguan penglihatan, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan mata untuk mendeteksi dan mengatasi dini masalah mata seperti astigmatisme.
Jenis Tes Mata Silinder
Untuk mengetahui apakah seseorang memang mengidap mata silinder, diperlukan melakukan serangkaian tes. Berikut adalah jenis tes mata silinder tersebut:
1. Tes refraksi
Ada dua jenis tes refraksi, otomatis dan manual. Tes refraksi otomatis, atau autorefractor, adalah tes menggunakan instrumen yang menyinari mata dan menilai bagaimana cahaya dipantulkan saat masuk. Ukuran obyektif kesalahan refraksi, bersama dengan resep kacamata dan lensa kontak, dihitung secara otomatis.
Meskipun mudah dilakukan, tes refraksi otomatis tidak cocok untuk pasien dengan kondisi mata tertentu. Contohnya seperti fiksasi yang buruk (kemampuan mengarahkan mata ke suatu titik), dapat membuat kesalahan refraksi menjadi tinggi. Orang dengan kondisi katarak juga tidak disarankan untuk melakukan tes refraksi otomatis.
Nah, versi manual dari tes refraksi dilakukan dengan cara melihat grafik mata, sementara dokter menempatkan serangkaian lensa korektif di depan mata dan menanyakan pasangan lensa mana yang paling jernih. Baca artikel: “Mana yang Lebih Parah, Mata Minus atau Silinder” untuk mendapatkan fakta lain mengenai kondisi mata ini.
2. Topografi kornea
Teknologi ini memetakan gambar kornea yang terkomputerisasi. Pada tes tiga dimensi, topografi kornea dapat menemukan distorsi pada kelengkungan kornea. Selain mendiagnosis astigmatisme, tes ini dapat mengidentifikasi pertumbuhan ganas dan membantu dokter mata memilih lensa kontak yang lebih pas.
Topografi kornea cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan meletakkan dagu pada perangkat, Anda akan diminta untuk menatap target sementara komputer mengambil gambar mata.
3. Keratometri
Keratometer adalah instrumen lain yang dapat mengukur kelengkungan kornea. Keratometri juga dapat mendeteksi keratoconus (penyakit yang mempengaruhi kelengkungan mata), menilai kelayakan operasi katarak, dan membantu pemasangan lensa kontak.
Seperti tes astigmatisme lainnya, keratometri juga tidak menimbulkan rasa sakit dan melibatkan melihat objek atau gambar diam dengan dagu bersandar pada perangkat.
Tujuan Tes Mata Silinder
Pada dasarnya, tujuan utama tes mata silinder adalah untuk mengetahui apakah seseorang mengidap astigmatisme dan seberapa parah kondisi tersebut. Dengan menjalani pemeriksaan, dokter dapat menentukan langkah yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Penanganan kontak mata silinder umumnya melibatkan penggunaan kacamata atau lensa yang dirancang khusus untuk mengkompensasi ketidaksempurnaan bentuk mata.
Kacamata atau lensa ini membantu merestrukturisasi fokus cahaya sehingga menciptakan gambar yang lebih tajam di retina. Penting untuk mencari bantuan profesional dalam menentukan derajat dan jenis koreksi yang dibutuhkan.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.