Informasi Kesehatan

Impulse Buying: Pengertian, Penyebab, dan Cara Ampuh Mengatasinya

impulse-buying-930x620.jpg

Ini Tanda-Tanda Trust Issue dan Cara Ampuh Mengatasinya

“Ada berbagai macam tanda trust issues, seperti sukar…

Mengenal Sifat Childish: Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

“Sifat childish melibatkan ketidakmatangan emosional dan ketidakmampuan seseorang…

Mengenal Istilah Redflag dalam Hubungan, Ciri, dan Contohnya

“Ada beberapa ciri-ciri bendera merah yang perlu kamu…

“Jika kamu sering berbelanja tanpa berpikir panjang hingga tanpa memikirkan biaya dan manfaat barang tersebut, ada kemungkinan kamu terjebak dalam impulse buying. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah finansial dan perlu ditangani untuk mencegah kerugian bagi diri dan orang lain.”

Sebagian orang  mungkin pernah mengalami kondisi impulse buying dalam hidupnya. Contoh kecilnya,  berbelanja online dan melihat iklan flash sale yang menawarkan diskon besar-besaran untuk produk tertentu.

Meskipun sebelumnya tidak merencanakan untuk membeli barang tersebut, dorongan untuk segera mengambil kesempatan diskon tersebut, membuat kamu memutuskan untuk membelinya secara impulsif. 

Mau tahu lebih jauh mengenai impulse buying dan cara mengatasinya? Berikut ulasannya!

Apa itu Tindakan Impulse Buying?

Dalam contoh di atas, keputusan pembelian tidak didasarkan pada perencanaan atau kebutuhan yang mendalam, melainkan dipicu oleh pengaruh visual atau penawaran yang menarik secara emosional. 

Meskipun pembelian ini mungkin memberikan kepuasan sesaat, sering kali pembeli kemudian menyadari bahwa barang tersebut tidaklah ia butuhkan, atau bahkan dapat merugikan secara finansial. 

Nah, dengan kata lain pembelian impulsif atau impulse buying adalah tindakan membeli barang atau jasa secara spontan dan tidak terencana. Keputusan untuk melakukan impulse buying sering kali dipicu oleh dorongan emosional atau pengaruh dari lingkungan sekitar, daripada pertimbangan rasional atau kebutuhan yang jelas. 

Penting untuk memahami bahwa impulse buying tidak selalu bersifat negatif. Beberapa orang menganggapnya sebagai cara untuk memberi diri mereka hadiah atau merasakan kepuasan segera.

Namun, impulse buying dapat menjadi masalah jika keputusan tersebut secara signifikan merugikan keuangan seseorang, atau menyebabkan penumpukan barang yang tidak perlu. Cek informasi lebih lanjut mengenai hal ini di artikel: “Awas Kalap Harbolnas, Kenali Compulsive Shopping Disorder.”

Berbagai Penyebab Impulse Buying

Ada beberapa penyebab impulse buying yang perlu kamu ketahui, antara lain:

1. Dorongan emosional

Penyebab utama impulse buying adalah dorongan emosional yang dapat memengaruhi keputusan pembelian. Saat seseorang mengalami stres, kebahagiaan, atau bahkan rasa bosan, reaksi emosional ini dapat memicu hasrat untuk merespons dengan belanja.

Reaksi emosional ini dapat terkait dengan pelepasan hormon seperti dopamine, yang dapat memberikan perasaan kenikmatan dan kepuasan. Sehingga mendorong seseorang untuk merespon impulsif dengan pembelian.

2. Promosi dan diskon

Kecanduan belanja online berhubungan dengan kontrol impuls. Ketika konsumen melihat diskon besar-besaran atau penawaran spesial yang memiliki batas waktu tertentu, mereka mungkin merasa perlu untuk segera mengambil kesempatan tersebut. 

Persepsi tentang keuntungan finansial dapat memicu respons impulsif, bahkan jika barang tersebut sebelumnya tidak masuk dalam perencanaan belanja.

3. Desain dan tata letak toko

Desain dan tata letak toko juga dapat menjadi faktor penyebab impulse buying. Penempatan produk dengan cara yang menarik atau tata letak yang strategis dapat merangsang respon impulsif. 

Misalnya, menempatkan barang-barang kecil dan menarik di dekat kasir. Cara ini dapat membuat konsumen memutuskan untuk menambahkan produk tersebut ke dalam keranjang belanjaan mereka, tanpa pertimbangan lebih lanjut.

4. Pengaruh media sosial dan iklan

Pengaruh media sosial dan iklan juga dapat menjadi faktor utama penyebab dorongan pembelian tiba-tiba. Melihat iklan produk yang menarik atau tren terkini di media sosial, dapat memicu keinginan untuk segera memiliki barang tersebut. 

5. Teknologi dan belanja online

Era teknologi dan belanja online juga memberikan kontribusi signifikan terhadap impulse buying. Kemudahan akses dan proses pembelian online yang cepat membuat konsumen cenderung untuk membuat keputusan impulsif tanpa banyak pertimbangan. 

Mengetahui faktor-faktor ini dapat membantu konsumen lebih waspada terhadap perilaku ini, serta memungkinkan mereka untuk membuat keputusan pembelian yang lebih terencana dan bijak. 

Cara Mengatasi Impulse Buying

Mengatasi dorongan membeli spontan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Perlu waktu untuk membentuk kesadaran dan kebiasaan untuk membeli barang dengan kebutuhan atau kesadaran. Nah, berikut cara yang bisa kamu coba:

  • Membuat daftar belanjaan sebelumnya, cara ini dapat membuatmu menghindari godaan impulse buying yang tidak direncanakan.
  • Berikan waktu pertimbangan. Biasakan untuk memperpanjang waktu sebelum memutuskan membeli barang tertentu. Misalnya menetapkan periode waktu tertentu seperti 24 jam. Ini dapat membantu mengurangi tindakan impulsif dan memberikan kesempatan untuk refleksi yang lebih matang. 
  • Menentukan batas anggaran. Tujuannya agar kamu tetap fokus pada kebutuhan esensial dan mengurangi dorongan untuk membeli barang yang tidak diperlukan.
  • Hindari belanja dalam keadaan emosional. Jangan berbelanja saat sedang stres, marah, atau sedih. Emosi dapat memperkuat keputusan impulsif. Sebaliknya, pilih waktu yang lebih tenang dan rasional untuk melakukan pembelian.
  • Hindari lingkungan belanja yang memicu impulsif. Memilih toko dengan tata letak yang lebih sederhana dapat membantu mengurangi godaan impulse buying.
  • Evaluasi kebutuhan sebenarnya. Sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya diinginkan? Mengidentifikasi perbedaan antara keinginan dan kebutuhan membantu mengurangi keputusan impulsif yang tidak rasional.
  • Manfaatkan teknologi. Gunakan aplikasi atau fitur pada perangkat pintar untuk menyusun daftar belanjaan, memantau anggaran, atau menerima notifikasi saat mendekati batas belanja. 
  • Melatih kesadaran diri. Tingkatkan kesadaran diri terhadap kecenderungan impulse buying dengan mengidentifikasi pola-pola dan situasi tertentu yang memicu tindakan tersebut. 

Sumber : halodoc. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.