Siklus menstruasi adalah serangkaian perubahan yang dialami tubuh wanita setiap bulan sebagai persiapan untuk kemungkinan kehamilan. Setiap bulan salah satu indung telur melepaskan sel telur yang dikenal dengan istilah ovulasi.
Pada saat yang sama, perubahan hormonal mempersiapkan rahim untuk kehamilan. Saat ovulasi terjadi dan sel telur tidak keluar, endometrium dikeluarkan dari vagina dan proses ini disebut dengan siklus menstruasi.
Cara Menghitung Siklus Menstruasi
Selain merencanakan kehamilan, pelacakan siklus menstruasi penting dilakukan oleh setiap wanita yang sudah memasuki masa pubertas. Gunanya adalah untuk mengetahui apakah siklus mereka normal atau tidak.
Sebenarnya siklus haid dimulai dari kapan? Nyatanya, setiap wanita memiliki siklus haid yang berbeda-beda. Siklus haid yang normal terjadi pada interval waktu 21-35 hari dan bisa berlangsung selama 2-7 hari. Namun, tidak semua wanita memiliki siklus yang normal.
Durasi Siklus Haid yang Normal
Berikut beberapa tanda siklus menstruasi normal, yaitu:
- Siklus menstruasi normal biasanya terjadi pada interval waktu yang sama setiap bulannya. Kondisi ini berlangsung selama 24-38 hari dengan volume darah yang keluar sekitar 30-80 ml.
- Siklus dianggap tidak teratur jika lebih pendek dari 24 hari atau lebih lama dari 38 hari. Siklus menstruasimu mungkin juga tidak teratur jika durasinya bervariasi lebih dari 20 hari dari bulan ke bulan.
Selama siklus haid, terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada lapisan rahim. Jika sel telur tidak dikeluarkan, maka lapisan rahim akan luruh dan keluar bersamaan dengan darah menstruasi.
Tanda siklus menstruasi tidak normal
Siklus menstruasi tidak normal terjadi ketika menstruasi terjadi secara tidak teratur atau tidak konsisten setiap bulannya. Sebenarnya menstruasi yang datang sedikit terlambat atau sedikit lebih cepat dari siklus, masih dianggap normal atau teratur. Namun, siklus menstruasi dianggap normal bila:
- Menstruasi yang terjadi kurang dari 21 hari atau jarak waktu antara satu siklus ke siklus lainnya lebih dari 35 hari.
- Tidak menstruasi selama tiga periode atau lebih berturut-turut.
- Aliran menstruasi (perdarahan) yang jauh lebih berat atau lebih ringan dari biasanya.
- Menstruasi yang berlangsung lebih lama dari tujuh hari.
- Lamanya waktu antara siklus bervariasi lebih dari sembilan hari. Misalnya, satu siklus 28 hari, siklus berikutnya 37 hari, dan siklus berikutnya 29 hari.
- Menstruasi yang datang bersamaan dengan nyeri hebat, kram, mual atau muntah.
- Pendarahan atau bercak yang terjadi di antara periode, setelah menopause atau setelah berhubungan seksual.
- Volume darah bisa memenuhi satu atau lebih tampon atau pembalut dalam satu selai.
Jenis siklus menstruasi tidak normal
Beberapa jenis siklus haid yang tidak normal antara lain sebagai berikut:
1. Menoragia
Kondisi ini terjadi saat darah menstruasi yang keluar secara berlebihan selama 7-10 hari atau lebih, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Ada beberapa tanda yang perlu Anda perhatikan saat mengalami menorrhagia, seperti:
- Menggunakan pembalut lebih dari satu selama satu selai.
- Sering terbangun pada malam hari untuk mengganti pembalut.
- Perdarahan menstruasi lebih dari satu minggu.
- Mengeluarkan gumpalan darah yang besar.
- Kelelahan terus menerus.
2. Polimenore
Polimenore adalah kondisi ketika siklus haid terlalu pendek atau terjadi terlalu sering, yaitu kurang dari 21 hari. Siklus menstruasi yang normal berlangsung dari 24-38 hari.
Kondisi ini bisa terjadi akibat kondisi tertentu, seperti tingkat stres yang tinggi, penyakit menular seksual, hingga endometriosis. Jika tidak teratasi dengan baik, kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan terhadap kesuburan.
3. Oligomenore
Oligomenore adalah kondisi siklus yang terlalu panjang atau terjadi terlalu jarang, yaitu lebih dari 35 hari. Biasanya, pengidap oligomenore mengalami menstruasi yang tidak dapat diprediksi.
Pengidap gangguan ini bisa saja mengalami menstruasi hanya 6-8 kali dalam setahun. Ada beberapa kondisi yang memicu oligomenore, seperti:
- PCOS.
- Sindrom Cushing.
- Diabetes.
- Gangguan makan.
4. Amenore
Amenore adalah menstruasi yang tidak datang sama sekali. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita yang sedang hamil, menyusui, atau menopause. Namun, bisa terjadi karena kondisi medis tertentu, seperti gangguan hormonal atau gangguan tiroid. Nah, bila kamu mengalami siklus menstruasi tidak normal, kamu perlu tahu Kapan Harus ke Dokter saat Siklus Menstruasi Tidak Normal.
Hormon yang Memengaruhi Fase Siklus Menstruasi
Ada beberapa hormon yang dapat mempengaruhi fase siklus menstruasi, yaitu:
1. Hormon estrogen
Hormon ini memiliki peran yang cukup penting untuk proses ovulasi. Estrogen juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perubahan tubuh ketika anak beranjak remaja dan memasuki masa pubertas.
2. Hormon progesteron
Progesteron bekerja sama dengan estrogen untuk mengoptimalkan siklus reproduksi serta mempersiapkan kemungkinan proses pembuahan.
3. Hormon perangsang folikel
Hormon ini dibuat dan dilepaskan oleh kelenjar pituitari. Hormon ini memiliki peran dalam perkembangan dan reproduksi seksual. Adanya hormon ini dalam jumlah yang tepat mempengaruhi kondisi ovarium, sehingga terkait dengan siklus menstruasi pada wanita.
4. Hormon luteinisasi
Hormon ini dapat merangsang perubahan ovarium untuk mempertahankan siklus menstruasi dan menjaga kehamilan. Lonjakan hormon ini membuat ovarium melepaskan sel telur yang matang selama siklus menstruasi.
5. Hormon pelepas gonadotropin
Hormon ini secara tidak langsung akan merangsang estrogen dan progesteron dalam tubuh. Di tengah siklus menstruasi, tubuh akan melepaskan estradiol yang mempengaruhi peningkatan produksi hormon pelepas gonadotropin.
Peningkatan hormon ini juga meningkatkan hormon luteinizing dan memicu penurunan hormon perangsang folikel. Adanya perubahan ini menyebabkan ovulasi pada tubuh.
Fase pada Siklus Menstruasi
Ada beberapa fase siklus menstruasi yang perlu kamu ketahui, yaitu:
1. Fase menstruasi
Fase ini bermula ketika sel telur dari siklus sebelumnya tidak melalui proses pembuahan.
Kondisi ini membuat proses kehamilan tidak terjadi. Dengan begitu, hormon estrogen dan progesteron menurun.
Lapisan rahim yang menebal, sehingga tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Lapisan tersebut akan keluar melalui vagina dalam proses menstruasi.
Selama menstruasi, kamu akan melepaskan kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim. Lalu, berapa lama siklus menstruasi yang normal? Umumnya wanita akan mengalami siklus menstruasi selama 21-35 hari.
2. Fase folikuler
Tahap folikuler bermula pada hari pertama menstruasi. Fase ini juga membuat hormon perangsang folikel keluar dari kelenjar pituitari. Hormon ini merangsang ovarium untuk mengeluarkan folikel. Umumnya, folikel mengandung telur yang belum matang.
Telur yang sehat akan matang. Sedangkan folikel yang tersisa akan kembali terserap ke dalam tubuh. Folikel yang matang memicu memicu estrogen yang mengentalkan rahim.
3. Fase ovulasi
Ketika estrogen meningkat, maka kelenjar pituitari akan melepaskan hormon luteinizing. Inilah yang memulai proses ovulasi.
Saat ovulasi, telur yang sudah matang berjalan menuruni tuba falopi menuju rahim untuk proses pembuahan. Fase ovulasi ini merupakan waktu di mana wanita bisa mendapatkan kehamilan.
Sel telur dapat dikeluarkan setelah 24 jam dikeluarkan. Setelah lebih dari satu hari, sel telur akan mati atau larut jika tidak melalui proses pembuahan.
4. Fase luteal
Fase luteal dikenal juga sebagai fase pramenstruasi. Setelah folikel melepaskan telurnya, maka folikel akan berubah menjadi korpus luteum.
Kondisi tersebut membuat tubuh melepaskan hormon, terutama progesteron dan estrogen. Peningkatan kedua hormon tersebut membuat lapisan rahim kembali menebal dan siap menerima sel telur untuk pembuahan.
Jika kamu mengalami kehamilan, maka tubuh akan memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG) yang dapat terdeteksi saat wanita mengalami kehamilan. Sedangkan jika tidak hamil, maka estrogen dan progesteron kembali mengalami penurunan yang kembali memicu fase pertama, yaitu menstruasi.
Penyebab Siklus Menstruasi Tidak Normal
Ada banyak hal yang menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak normal, mulai dari mengidap suatu kondisi medis hingga penggunaan obat-obatan tertentu.
1. Kondisi medis tertentu
Beberapa gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan siklus haid tidak normal, adalah:
- Endometriosis. Terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim.
- PCOS. Ketika ovarium menghasilkan hormon androgen yang sangat besar, sehingga mencegah terjadinya ovulasi yang membuat menstruasi tidak teratur.
- Radang panggul. Kondisi infeksi bakteri yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi wanita.
- Kanker. Kanker rahim dan kanker ovarium menjadi salah satu penyebab siklus haid tidak normal.
- Diabetes. Akibat adanya ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Apalagi pada pengidap diabetes tipe 1 berisiko tinggi mengalami menopause dini.
- Sindrom Cushing. Siklus menstruasi tidak normal pada pengidap ini karena adanya penghambatan hiperkortisolemik pada tingkat hipotalamus.
2. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat berdampak pada siklus menstruasi. Ada beberapa gaya hidup yang memicu masalah ini, seperti:
- Berada di situasi/lingkungan yang rentan memicu stres.
- Penurunan atau kenaikan berat badan.
- Olahraga yang berlebihan.
- Pola makan yang tidak sehat.
3. Penggunaan obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan kesehatan juga bisa menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Seperti penggunaan steroid atau pengencer darah.
4. Penyebab lainnya
Ada beberapa penyebab lain yang membuat siklus menstruasi terganggu, seperti:
- Penggunaan pil KB.
- Tindakan operasi pada area ovarium.
- Riwayat pertunangan.
- Meningkatkan hormon prolaktin pada ibu menyusui.
- Mengalami gangguan kesehatan mental.
- Mengalami tanda menopause.
Ketika siklus menstruasi tidak normal, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebabnya dan mendapatkan perawatan yang tepat. Jangan mengabaikan kondisi ini karena dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius di masa depan.
Cara Mengobati Gangguan Siklus Menstruasi
Siklus pengobatan haid yang tidak teratur tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pilihan pengobatan mungkin termasuk:
- Kontrol kelahiran hormonal: Pil KB dapat mengobati pendarahan menstruasi berat yang terjadi karena endometriosis, fibroid, dan PCOS.
- Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD): IUD dapat menurunkan jumlah pendarahan menstruasi setiap bulan.
- Gonadotropin-releasing hormone (GnRH): Hormon yang dapat mengurangi ukuran fibroid rahim dan membantu mengatur siklus menstruasi.
- Mengatasi nyeri: Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau naproxen dapat mengobati nyeri menstruasi yang menyakitkan. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai rejimen NSAID reguler.
- Terapi hormon: Pengobatan ini bisa membantu jika siklus menstruasi yang tidak teratur terjadi karena perimenopause. Ini juga dapat membantu gejala menopause lainnya seperti kekeringan vagina dan hot flashes .
- Antibiotik: Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik jika penyebab pendarahan tidak teratur adalah karena infeksi.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.