“Saat terserang ambeien, pengidapnya lebih baik perbanyak makanan kaya serat. Selain itu, agar ambeien tidak semakin parah hindari konsumsi makanan mengandung tepung, produk mengandung susu, makanan pedas, olahan daging, dan makanan ringan.”
Pernah mengalami BAB berdarah atau merasakan sensasi terbakar di area anus? Jika iya, sebaiknya jangan diabaikan sebab itu adalah gejala ambeien. Ambeien terjadi ketika ada pembengkakan pembuluh darah di dalam atau luar anus.
Siapa pun sebenarnya bisa terkena ambeien, terutama jika mereka sedang hamil, mengalami sembelit, terlalu sering BAB, dan mempunyai berat badan berlebih.
Salah satu cara yang ampuh untuk mengatasinya adalah makan makanan yang mengandung banyak serat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Selain itu, agar tidak memperparah ambeien, ada juga beberapa makanan yang sebaiknya kamu hindari untuk konsumsi. Apa saja makan tersebut?
Ada beberapa makanan yang perlu dihindari saat mengalami ambeien, antara lain:
Tepung olahan mengandung sedikit atau bahkan tidak mengandung serat sama sekali. Jadi sebaiknya kamu menghindari makanan ini jika sedang mengalami ambeien. Sebab, jika tubuhmu kekurangan serat, feses menjadi keras dan lebih sulit dikeluarkan tanpa mengejan. Mengejan memberikan tekanan yang membuat ambeien membengkak dan berdarah.
Beberapa olahan tepung yang seharus tidak dikonsumsi antara lainnya adalah roti putih, pasta non-gandum, kue seperti muffin, dan pain. Sebaiknya, kamu mencari alternatif yang bahan dasarnya gandum utuh yang kaya akan serat.
Selain menghindari makanan-makanan ini, sebaiknya kamu juga gunakan obat-obatan agar ambeien bisa teratasi lebih cepat. Temukan rekomendasi yang ampuh dan mudah dicari di sini:
Meskipun susu punya banyak manfaat seperti sumber kalsium dan vitamin, kamu lebih baik menghindarinya ketika ambeien menyerang. Sebab susu juga bisa membuat feses jadi lebih keras dan susah dikeluarkan.
Selain itu, banyaknya lemak yang terkandung bisa memperlambat pencernaan. Tak hanya susunya, produk dengan kandungan susu seperti yoghurt, es krim, dan keju juga sebaiknya jangan dikonsumsi dulu.
Tapi, jika kamu adalah tipe orang yang sudah terbiasa minum susu setiap harinya, kamu bisa menggantinya dengan susu oat untuk sementara waktu. Alasannya susu oat masih memiliki sedikit serat di setiap porsinya.
Sebenarnya tak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa makanan pedas bisa membuat seseorang rentan terhadap ambeien. Tapi ketika ambeien sudah meradang, sebaiknya jangan membuat perut terasa panas.
Makanan pedas mengandung capsaicin yang mungkin tidak bisa dicerna sepenuhnya oleh usus. Sisa dari bumbu pedas dari feses akan melewati ambeien yang bengkak lalu memperparah rasa terbakar dan nyeri.
Tak hanya karena makanan, ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa menjadi pemicu ambeien. Selengkapnya baca di sini: “6 Kebiasaan Buruk yang Dapat Menyebabkan Ambeien”.
Serupa dengan tepung dan susu, daging juga tidak mengandung serat. Mulai dari daging merah, daging ayam, daging unggas, bahkan makanan laut dan ikan. Makanan seperti sosis atau daging yang diawetkan malah akan memperburuk ambeien.
Perlu diingat juga, daging olahan atau makanan yang berkaitan dengan daging olahan memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan kanker, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Jadi, sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengkonsumsinya.
Jenis makanan ini sering kali terasa asin. Hal ini bisa menjadi masalah karena garam bisa menghilangkan kelembaban atau cairan usus. Tanpa air yang cukup, BAB bisa menjadi keras dan sembelit bisa menyerang.
Nah, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sembelit bisa menjadi faktor datangnya ambeien. Makanan yang digoreng dan berminyak juga rendah serat, yang mana artinya bisa membuat feses jadi lebih keras.
Sumber: halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.