Menurut National Institute of Mental Health, pada 2015, 12,5 persen remaja berusia 12–17 tahun mengalami setidaknya satu episode episode depresi yang serius. Perubahan dan perkembangan fisiologis dan psikologis yang dialami selama masa remaja, setidaknya memberikan dampak emosional kepada remaja.
Ada begitu banyak hal yang terjadi selama masa remaja yang berpotensi menempatkan seorang remaja akan gangguan psikologis. Ini termasuk masa puber, pengenalan bentuk tubuh, interaksi rekan sebaya, pengakuan akan harga diri, dan ditambah lagi perkembangan sosial media yang semakin “menggila”. Selengkapnya mengenai informasi ini, baca di bawah!
Masa remaja adalah rentang yang rentan. Pada momen ini, remaja sedang dalam proses mengembangkan identitas dan kemandirian, tetapi di saat yang sama harus menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan seksualitas, hubungan dengan teman sebaya, dan kebutuhan untuk diakui.
American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa masa remaja adalah momen di mana seorang manusia mengalami perkembangan cepat dalam lima hal, moral, sosial, fisik, kognitif, dan emosional.
Untuk mendukung perkembangan ini, sebaiknya orang dewasa seperti orang tua dan guru tidak meluputkan pentingnya masalah kesehatan mental. Ini terutama buat remaja di rentang usia 13–19 tahun.
Kalau orang tua butuh informasi ataupun rekomendasi dari profesional mengenai cara bersikap kepada anak remajanya yang sedang dalam masa pertumbuhan, tanyakan saja langsung Dokter ataupun psikolog yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orang tua.
Pada dasarnya, semua manusia membutuhkan rasa aman dan terlindungi untuk memenuhi kebutuhan fisik, seperti makanan, pakaian, dan perawatan kesehatan. Salah satu poin penting yang perlu diketahui orang tua terkait dengan pemenuhan kebutuhan remaja adalah rasa frustasi anak remaja karena menganggap orang tuanya tidak memahami dirinya. Pada momen inilah sering terjadi konflik antara remaja dan orang tua karena ada miskomunikasi.
Karenanya, sangat penting orang tua meluangkan waktu dan menetapkan waktu kumpul keluarga. Pada momen kebersamaan inilah akan ada kesempatan di mana anak dan orang tua berbagi cerita, di mana anak remaja bisa menyampaikan keluhan dan bercerita mengenai pengalamannya selama di sekolah.
Orang tua juga bisa tahu bagaimana anak remaja melewatkan waktu. Adakah sesuatu yang perlu direspons dan apakah anak memiliki waktu yang baik di sekolah dan kelompok pertemanannya. Remaja yang punya me time bersama keluarga cenderung memiliki emosional yang lebih seimbang ketimbang yang tidak.
Perlu diketahui oleh para orang tua, ketika anak bersikap enggan ataupun ogah-ogahan saat ditanyain oleh orang tuanya, sangat penting untuk orang tua tidak bosan untuk tetap memberi perhatian pada anak remaja.
Memberi anak remaja perhatian akan membantu para orang tua mengembangkan hubungan yang dekat dan kooperatif dengan anak remaja. Ini secara tidak langsung juga membangun kepercayaan dan harga diri mereka. Ini adalah cara untuk menunjukkan bahwa orang tua peduli dan itu penting.
Bagaimana cara orang tua memberikan perhatian kepada anak remaja? Sederhananya adalah cobalah untuk menikmati serta tertarik pada siapa mereka berinteraksi dan apa yang mereka lakukan.
Menjadi responsif dengan mendengarkan mereka ketika mereka ingin berbicara, bahkan ketika itu mungkin tidak nyaman buat orang tua. Ketimbang memaksakan kehendak, ada baiknya orang tua membimbing anak remaja dan menanyakan apa yang dia inginkan, kenapa dia tidak ingin melakukan apa yang disarankan orang tua. Intinya ada komunikasi antara orang tua dan anak remaja.
Sumber : halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.