“Luka borok karena diabetes perlu segera mendapatkan penanganan. Sebab, kondisi tersebut bisa mengarah pada berbagai komplikasi yang membahayakan, termasuk amputasi.”
Ulkus diabetik pada kaki adalah luka borok yang terbentuk di bawah pergelangan kaki, akibat pecahnya kulit yang selanjutnya akan menampilkan lapisan di bagian bawahnya. Ini menjadi komplikasi yang paling sering terjadi pada seseorang dengan kondisi diabetes mellitus.
Ulkus kaki diabetik biasanya dimulai dengan cedera pada kaki, misalnya karena ukuran sepatu yang tidak sesuai. Pada seseorang tanpa diabetes, jenis luka ini biasanya akan membaik dengan sendirinya, tetapi bukan tidak mungkin akan menjadi lebih kompleks untuk seseorang dengan gangguan metabolisme.
Ketika luka borok pada kaki berkembang, gejala yang muncul biasanya termasuk pembengkakan, gatal dan muncul sensasi seperti terbakar. Akan tetapi, kondisi ini bisa menjadi lebih dalam dan semakin buruk apabila pengidap tidak segera mendapatkan pengobatan, dan berujung pada komplikasi yang lebih berbahaya, seperti:
Ulkus diabetes pada kaki rentan terhadap infeksi kulit. Kondisi ini akan mengakibatkan pembengkakan di sekitar lokasi luka, memicu munculnya aroma yang tidak sedap, tubuh demam, dan kedinginan. Apabila infeksi menyebar dari luka ke tulang, risiko amputasi akan semakin meningkat.
Ulkus kaki diabetik yang terinfeksi dapat menyebabkan pembentukan abses. Kondisi ini merupakan akumulasi nanah di bawah permukaan kulit yang pastinya terasa sangat menyakitkan.
Jika infeksi cukup dalam, dapat memasuki aliran darah yang menyebabkan sepsis. Ini adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi dan mulai merusak jaringan dan organ. Gejalanya termasuk bertindak bingung, kulit membiru atau muncul noda, dan kesulitan bernapas.
Diabetes yang tidak terkontrol dalam jangka panjang bersama dengan infeksi kaki diabetik dapat melemahkan otot dan tulang di kaki yang mengakibatkan kelainan bentuk. Kondisi ini bahkan dapat menyebabkan kaki Charcot, komplikasi serius pada sendi, tulang, dan jaringan lunak pergelangan kaki atau kaki.
Tulang menjadi rapuh dan mulai terkilir atau patah sebagai respons terhadap kekuatan yang semakin kecil, bahkan saat berjalan. Jika tidak ditangani sejak dini, persendian kaki bisa mengalami kerusakan parah. Charcot foot terjadi pada sekitar 1 persen orang dengan kondisi neuropati pada diabetes.
Gangren adalah kematian jaringan tubuh karena infeksi bakteri atau hilangnya aliran darah. Hal ini ditandai dengan perubahan warna kulit, nanah yang tidak biasa atau keluarnya cairan dari daerah tersebut dan hilangnya sensasi di bagian tubuh yang terkena.
Jika ulkus diabetik atau luka borok pada kaki tidak diobati dalam waktu yang tepat, jaringan kulit di sekitar luka bisa mati karena suplai darah dan oksigen yang tidak mencukupi. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan jaringan hitam yang disebut iskemia, yang merupakan salah satu tanda pertama gangren.
Banyak pengidap diabetes memiliki penyakit arteri perifer yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kaki dan neuropati, suatu kondisi yang mematikan rasa sakit biasanya di tangan dan kaki.
Penyakit arteri perifer dan neuropati akan membuat seseorang dengan diabetes lebih mudah untuk mendapatkan borok kaki dan infeksi. Infeksi berat yang tidak merespon pengobatan akan berpotensi untuk menyebar ke dalam aliran darah. Guna mencegah hal ini terjadi, kaki yang terinfeksi mungkin harus diamputasi.
Cara terbaik mencegah diri dari risiko diabetes adalah disiplin menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, pastikan kamu rutin melakukan pemeriksaan gula darah untuk mengetahui kadar gula dalam darah secara berkala. Jika memang diperlukan, kamu bisa menunjang pola hidup sehat dengan konsumsi vitamin.
Sumber: Halodoc. com
Konsultasikan masalah kesehatan anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung sudah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.