Informasi Kesehatan

Kenali Dampak dan Penyebab Sirkulasi Darah Tidak Lancar

sirkulasi-darah-tidak-lancar-bisa-disebabkan-kondisi-ini-0-alodokter.jpg

Inilah 5 Manfaat Kulit Manggis dan Cara Mengonsumsinya

Tak hanya buahnya, kulit manggis juga dikenal berkhasiat…

6 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Bahayakan Kesehatan

Agar tubuh sehat, kamu perlu rajin berolahraga serta…

Sakit Kepala sampai Mata, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Sakit kepala sampai mata bisa disebabkan oleh banyak…

Ketika sirkulasi darah tidak lancar, beragam gangguan kesehatan pada tubuh dapat terjadi. Hal ini karena sirkulasi darah berperan dalam mengalirkan darah, oksigen, serta nutrisi dari jantung ke seluruh tubuh dan sebaliknya.

Sirkulasi darah tidak lancar bisa mengambat atau menghalangi aliran darah. Akibatnya, berbagai organ, sel, dan jaringan di tubuh tidak mendapatkan oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan. Kondisi ini tentu akan menimbulkan beberapa gejala sebagai dampak dari sikulasi darah yang buruk.

Dampak Sirkulasi Darah Tidak Lancar

Keluhan dari sirkulasi darah tidak lancar paling sering dirasakan di bagian lengan dan kaki. Jika Anda merasa kesemutan, nyeri, mati rasa, dan sakit berdenyut pada lengan dan kaki, bisa jadi itu merupakan tanda bahwa aliran darah ke bagian tersebut tidak memadai atau kurang.

Sirkulasi darah tidak lancar juga menyebabkan berbagai keluhan lain, seperti:

  • Rambut kaki rontok
  • Kuku jari menjadi rapuh
  • Kram otot
  • Kaki dan lengan terasa dingin
  • Kulit kaki dan lengan terasa kering
  • Penyembuhan luka yang lambat

Berbagai Penyebab Sirkulasi Darah Tidak Lancar

Ada beberapa penyakit yang bisa membuat sirkulasi darah tidak lancar, yaitu:

1. Diabetes

Penyakit diabetes atau kelebihan gula darah yang tidak terkontrol bisa menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah hingga memengaruhi sirkulasi darah ke suluruh tubuh, termasuk di lengan, tangan, betis, dan kaki.

Tanda paling umum dari sikulasi darah tidak lancar pada penderita diabetes adalah memiliki luka di kulit yang lama sembuh, karena darah tidak bisa memberikan nutrisi ke area tersebut.

2. Penyakit arteri perifer

Penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) disebabkan oleh penumpukan lemak di dalam dinding arteri perifer pada kaki. Akibatnya, arteri menjadi sempit dan aliran darah ke otot-otot kaki menjadi berkurang. PAD bisa menyebabkan nyeri ringan hingga berat dan biasanya akan berkurang saat istirahat.

Penyakit arteri perifer paling rentan terjadi pada orang lanjut usia, perokok, serta orang yang menderita beberapa penyakit, seperti sindrom metabolik, jantung koroner, kolesterol tinggi, stroke, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

3. Vena varikosa

Kondisi ini dikenal sebagai varises. Varises terjadi ketika tekanan darah naik hingga merusak dinding dan katup pembuluh darah vena.

Pembuluh darah vena memiliki katup kecil yang rutin membuka dan menutup untuk menjaga aliran darah tetap lancar. Jika katup tersebut rusak atau melemah, aliran darah menjadi tidak lancar dan berkumpul di pembuluh darah vena. Hal ini akan menyebabkan pembengkakan pembuluh darah vena tersebut.

4. Penyakit Raynaud

Pada penyakit Raynaud, pembuluh darah di jari kaki dan jari tangan akan menyempit ketika tubuh kedinginan atau mengalami stres. Akibatnya, sirkulasi darah menjadi tidak lancar.

Sirkulasi yang tidak lancar bisa membuat kulit menjadi pucat dan biru. Penderita penyakit Raynaud juga rentan mengalami luka dan kematian jaringan di daerah yang mengalami gangguan sirkulasi.

Jangan anggap remeh kondisi sirkulasi darah tidak lancar. Jika Anda sering merasakan gejala-gejala sirkulasi darah tidak lancar, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya serta mendapatkan pengobatan yang sesuai.

 

Sumber : alodokter. com

Konsultasikan masalah kesehatan Anda di Klinik Pelita Sehat; klinik BPJS Bogor dan klinik terfavorit keluarga. Klinik Pelita Sehat memiliki 5 cabang yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Klinik Pelita Sehat cabang Pomad dan Klinik Pelita Sehat cabang Bangbarung telah memperoleh akreditasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan nilai akreditasi Paripurna.