Beragam makanan penambah darah untuk ibu hamil perlu dikonsumsi guna mencegah anemia selama kehamilan. Penyakit ini dapat mengganggu kesehatan ibu hamil, bahkan tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, penting untuk menjaga produksi sel darah merah dalam tubuh agar kondisi kehamilan tetap terjaga
Selama masa kehamilan, ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah merah guna mendukung kesehatan tubuhnya dan pertumbuhan janin. Ini karena sel darah merah berperan penting dalam menyalurkan oksigen ke janin.
Untuk menghasilkan sel darah merah, ibu hamil perlu mencukupi asupan zat besi, folat, vitamin B12, maupun vitamin C. Semua nutrisi tersebut pada dasarnya bisa diperoleh dari konsumsi makanan bergizi.
Bila salah satu kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, ibu hamil rentan terkena penyakit, salah satunya anemia. Agar terhindar dari penyakit tersebut, konsumsi makanan penambah darah untuk ibu hamil dapat dijadikan sebagai langkah utama.
Agar anemia dan komplikasinya tidak terjadi, ibu hamil perlu mengonsumsi makanan penambah darah selama hamil, seperti:
Ibu hamil memerlukan asupan zat besi dua kali lebih banyak daripada wanita yang tidak hamil, yaitu sekitar 27 mg per harinya dan akan terus meningkat seiring bertambahnya usia kandungan. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, ibu hamil bisa mengonsumsi beragam sayuran hijau, salah satunya bayam.
Tidak hanya kaya akan zat besi, bayam juga mengandung banyak vitamin C yang bermanfaat untuk memaksimalkan penyerapan zat besi, sehingga pembentukan sel darah merah dapat maksimal. Selain bayam, ibu hamil juga bisa mengonsumsi sayuran hijau lain, seperti kangkung, brokoli, sawi, dan kale.
Selain sayuran hijau, daging sapi tanpa lemak juga bisa menjadi salah satu makanan penambah darah untuk ibu hamil. Ini karena di dalam 100 gram daging sapi terdapat sekitar 3 mg zat besi. Jumlahnya ini dapat memenuhi 30% dari asupan zat besi harian pada ibu hamil.
Namun, bila ibu hamil ingin mengonsumsi daging sapi sebagai salah satu sumber zat besi, pastikan untuk mengonsumsinya dalam kondisi matang. Pasalnya, konsumsi daging mentah bisa meningkatkan risiko ibu hamil terkena toksoplasmosis yang bisa menyebabkan keguguran.
Makanan penambah darah untuk ibu hamil selanjutnya adalah ikan, seperti ikan kembung, ikan tongkol, ikan sarden, dan ikan salmin. Tidak hanya kaya akan zat besi, beragam jenis ikan ini juga mengandung vitamin B12 dan asam folat yang tinggi.
Kedua zat tersebut juga berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Asam folat juga memiliki beragam manfaat bagi janin, yaitu untuk perkembangan sumsum tulang belakang dan mencegah cacat lahir.
Tiram juga termasuk dalam pilihan makanan penambah darah untuk ibu hamil. Di dalam 100 gram tiram, terdapat sekitar 7 mg zat besi. Selain tinggi zat besi, makanan laut ini juga kaya akan asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk perkembangan otak janin.
Namun, tiram hanya aman dikonsumsi dalam kondisi matang selama masa kehamilan. Jadi, untuk mendapatkan manfaat tiram ini, ibu hamil bisa mengonsumsinya dengan cara digoreng, dikukus, atau dipanggang hingga matang sempurna.
Telur, terutama bagian kuningnya, tinggi akan zat besi sehingga baik dikonsumsi sebagai makanan penambah darah untuk ibu hamil. Telur juga merupakan makanan tinggi protein yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Selain itu, kandungan lemak sehat dalam telur juga dapat mengontrol kadar gula darah selama hamil, sehingga mengurangi risiko terjadinya diabetes gestasional. Namun, ibu hamil dianjurkan untuk selalu memantau asupan lemak. Bila kelebihan, hal ini justru meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi.
Buah-buahan yang kaya akan vitamin C, seperti jambu merah, jeruk, apel, dan pisang, juga baik dikonsumsi selama hamil. Ini karena vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Selain mengonsumsi makanan penambah darah untuk ibu hamil di atas, Bumil biasanya juga disarankan untuk mengonsumsi vitamin prenatal sesuai dengan kebutuhan. Konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi vitamin apa pun guna menentukan dosis yang tepat dan mencegah efek samping yang berat.
Sumber: alodokter.com