Informasi Kesehatan

Alexithymia, Kondisi Ketika Sulit Mengungkapkan Emosi

alexithymia-kondisi-ketika-sulit-mengungkapkan-emosi-0-alodokter.jpg

Tips Melaksanakan Puasa bagi Pengidap Bulimia dan Anoreksia

“Bagi sebagian orang, berpuasa di bulan Ramadan bukanlah…

4 Manfaat Vitamin C untuk Kulit Sehat

Vitamin C merupakan salah satu nutrisi penting agar…

Mengapa Bernapas Melalui Hidung Lebih Baik daripada Melalui Mulut, Ini Jawabannya

Mengapa bernapas melalui hidung lebih baik daripada melalui…

Alexithymia adalah kondisi ketika seseorang tidak mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya. Meski tidak berbahaya, alexithymia tetap perlu diatasi karena dapat memengaruhi kehidupan sosial penderitanya.

Orang dengan alexithymia tidak mampu mengenali emosinya sendiri dan orang lain. Misalnya, ketika sedang berduka, penderitanya tampak tidak sedih dan terlihat tidak dapat menerima rasa empati dari orang lain.

Begitu pula saat penderita alexithymia sedang senang. Ia tidak mampu menunjukkan ekspresi bahagianya. Hal ini terkadang membuat orang lain menilai bahwa ia merupakan sosok yang dingin, sombong, bahkan tidak memiliki empati.

Padahal, orang dengan alexithymia tidak mengetahui perasaan apa yang mereka rasakan, bahkan menunjukkannya saja tidak bisa.

Berbagai Penyebab Alexithymia

Diperkirakan 1 dari 10 orang memiliki alexithymia dan kemungkinan besar tidak menyadari bahwa dirinya menderita kondisi ini. Penyebab alexithymia juga belum diketahui secara pasti. Namun, ada kemungkinan alexithymia diturunkan dari orang tua yang memiliki kondisi serupa.

Di sisi lain, alexithymia juga dapat dipicu oleh adanya kerusakan insula, yaitu bagian otak yang berperan penting dalam mengelola empati, emosi, dan keterampilan sosial. Selain itu, alexithymia juga sering dikaitkan dengan beberapa kondisi, seperti:

1. Autisme

Meski bukan menjadi penyebabnya, autisme dan alexithymia punya keterkaitan. Pasalnya, setengah penderita autisme terdiagnosis alexithymia sehingga kurang memiliki empati terhadap orang lain. Namun, korelasi antara keduanya belum diketahui dengan pasti sehingga perlu diteliti lebih lanjut.

2. Depresi

Penelitian menunjukkan bahwa 30–50% orang yang mengalami depresi memiliki alexithymia. Penderita alexithymia juga 2 kali lebih besar mengalami depresi, karena sulit mengelola dan mengatasi emosinya.

3. Trauma

Alexithymia juga dapat dialami oleh orang yang memiliki trauma masa kecil. Ini karena trauma dan pengabaian yang dialami pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan perubahan pada otak yang membuatnya sulit merasakan atau mengenali perasaannya.

4. Penyakit tertentu

Penelitian menunjukkan bahwa alexithymia juga mungkin dimiliki oleh orang yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit Alzheimer, epilepsi, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, stroke, dan cedera otak.

Kenali Gejala Alexithymia

Alexithymia membuat penderitanya sulit mengungkapkan perasaan. Oleh karena itu, gejalanya sulit untuk dikenali. Namun, beberapa hal bisa menjadi tanda seseorang mengalami alexithymia. Berikut ini adalah tanda atau gejalanya:

  • Sulit mengungkapkan perasaannya sendiri ketika orang lain bertanya mengenai apa yang sedang dirasakannya
  • Sulit menjaga hubungan baik dengan orang lain
  • Bicara dengan nada datar, begitu pula dengan ekspresi wajahnnya
  • Tampak apatis, meski sebenarnya ingin melakukan sesuatu
  • Sikapnya dingin terhadap orang lain atau terlihat kikuk
  • Tidak sadar sedang mengalami stres sampai orang lain memberitahunya
  • Sulit berkomunikasi dengan orang lain
  • Kurang punya imajinasi
  • Tidak punya motiviasi
  • Kurang tahu apa yang diinginkan di masa depan

Cara Mengatasi Alexithymia

Alexithymia bisa mengganggu kehidupan penderitanya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu ditangani sesuai dengan pemicu atau penyebabnya agar alexithymia yang diderita bisa dikelola dengan baik.

Misalnya, alexithymia terkait depresi. Penanganannya dapat berupa pemberian obat antidepresan untuk mengelola depresi yang dialami penderitanya. Selain itu, beberapa terapi juga dapat direkomendasikan guna mengelola alexithymia, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi bicara.

Untuk orang yang berada di sekitar penderita alexithymia, cobalah untuk menjalin komunikasi yang jelas dan baik kepadanya. Ajari penderita untuk mengenali perasaannya, misalnya dengan mengatakan kepadanya bahwa ia terlihat lelah setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Jika merasa kesulitan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan emosi, bisa dikatakan Anda mengalami alexithymia. Namun, untuk memastikan hal tersebut, Anda sebaiknya berkonsultasi ke psikolog.

Sebagai terapi awal alexithymia, psikolog akan membantu Anda untuk memberikan nama terhadap perasaan yang muncul. Metode ini membutuhkan alat bantu yang disebut roda emosi, yaitu gambar berbentuk bola yang berisi kamus perasaan secara spesifik, mulai dari sedih hingga bahagia.